Seorang Wanita yang berjuang bertahun-tahun menghadapi badai hidupnya sendirian, bukan sebuah keinginan tapi karena keterpaksaan demi nyawa dan orang yang di sayanginya.
Setiap hari harus menguatkan kaki, alat untuk berpijak menjalani kehidupan, bersikap waspada dan terkadang brutal adalah pertahanan dirinya.
Tak pernah membayangkan, bahwa di dalam perjalanan hidupnya, akan datang sosok laki-laki yang mampu melindungi dan mengeluarkannya dari gulungan badai yang tak pernah bisa dia hindari.
Salam Jangan lupa Bahagia
By Author Sinho
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My LB-34
Ada yang sedang dipikirkan oleh Dryana, mata jeli-nya tentu bisa melihat dengan jelas kepergian paman dan bibinya meninggalkan Mansion keesokan harinya, tidak terlalu banyak drama, dan sepertinya ada yang tidak beres disana.
"Ada apa Nona?" Tanya pelayan setia yang tak lain adalah Lhenia.
"Mereka pergi begitu saja, apa menurutmu itu tidak aneh?"
"Saya kira hanya saya yang merasakannya, ternyata Nona Dryana juga bisa membaca hal itu" Lhenia menjawab, lalu kemudian sengaja pamit mengambil sesuatu yang penting untuk diserahkan.
"Ini mungkin bisa membantu Nona Dryana, maaf, hanya ini yang bisa saya lakukan" ucap Lhenia menyerahkan seberkas kertas kusut, dimana terdapat salinan surat kepemilikan sebuah Apartemen mewah ternama di pusat kota.
Perlahan Dryana membacanya, dan dengan geram seketika mengumpat, "Brengsek, begini cara mereka mencuri uangku!"
"Kebetulan saya waktu itu disuruh untuk mengambil surat-surat itu dan menyimpannya Nona, tak sengaja saya melihat isinya, jadi_, barangkali di perlukan, saya meng-copy nya, dan ternyata dugaan saya benar, mereka sudah mempersiapkan segalanya, dan mencuri uang anda untuk memberi Apartemen mewah di pusat kota"
"Ada lagi yang kamu tau?" Tanya Dryana.
"Maaf, hanya itu saja Nona Dryana"
"Baiklah, terimakasih" Dryana hendak melangkah, namun teringat akan sesuatu dan berbalik kembali, "Lhenia, bersiaplah mulai saat ini untuk meninggalkan Mansion, ikut bersamaku dan juga Grandpa pindah ke tempat Evan nantinya, maaf, mungkin disana tak sebesar tempat ini"
"Iya Nona, tidak masalah, asal saya bisa terus menjaga Tuan besar dan juga Nona Dryana, saya sangat senang"
"Hem" Dryana tersenyum, ada kebahagian tersendiri melihat Lhenia yang selalu ada untuk keluarganya, kesetiaan yang patut untuk di hormati, batin Dryana.
Dryana masuk ke dalam kamar Grandpa, melihat keadaannya sejenak, dan rupanya sedang tidur dengan pulas, maklum ini sudah jam dua siang, tentu Grandpa memang waktunya beristirahat.
Satu pesan di dapatkan ketika baru saja Dryana masuk ke dalam kamarnya, rupanya sang kekasih sudah menghubunginya.
"Undangan makan malam bersama sahabatnya?" Gumam Dryana, dan akhirnya tersenyum, disaat pesan yang baru saja masuk tertuliskan [Berdandan biasa saja, jangan sampai salah satu sahabatku tergoda], "Dasar posesif!" Gumam Dryana yang kini langsung masuk ke dalam bathroom untuk bersiap dan membersihkan dirinya.
Dryana terlihat lebih segar dengan penampilan naturalnya, baju yang dikenakan juga lebih tertutup dan terkesan bisa saja, walaupun di dalamnya jelas tertera barang branded yang harganya tak main-main.
"Sudah siap?" Tanya Evan yang kini sudah menunggu kedatangannya dengan senyuman.
"Hem" Dryana menyambut senyuman itu dengan sebuah pelukan singkat.
"Kemana kita akan bertemu dengan teman-teman mu?" Tanya Dryana.
"Ditempat yang sederhana, tapi begitu banyak cinta dan kasih sayang disana"
"Oh ya, aku penasaran?"
"Dengan ku?" Sengaja Evan menggoda.
"Ck, kau milikku, buat apa aku penasaran dengan mu Ev,?"
"Kita belum saling memiliki seutuhnya Dry" senyuman tengil di perlihatkan lagi.
Dan Dryana hanya bisa memutar matanya, jelas yang ada di otak kekasihnya saat ini adalah hubungan fisik dan desa-han yang menghanyutkan.
"Diam, ayo jalan!" Dryana akhirnya berhasil membuat Evan manyun karena tidak ada tanggapan.
Perjalanan hampir satu jam lamanya, sengaja Evan tak ingin terlalu cepat sampai, karena masih ingin pelukan hangat Dryana yang mau tak mau harus erat berada dalam punggungnya, karena terakhir yang diingat oleh Dryana, dia hampir saja terjatuh saat sengaja tak mau merapatkan tubuhnya ke Evan, memang dasar!
"Ev!" Teriak John yang sudah menyambut.
Evan melambaikan tangan, dengan membawa Dryana dalam eratnya genggaman berjalan mendekati sebuah rumah yang sederhana.
"Hai Nona Dryana?" Sapa John disusul dengan Klein di belakangnya.
"Ada pesta rupanya?" Ucap Dryana sambil tersenyum.
"Menyambut kalian, bukankah setelah menikah nanti, kaulah penguasa Evan sepenuhnya, kami tak akan bisa lagi menyeretnya kapanpun" Klein menjawab dengan tawa kecil di bibirnya.
"Masuklah Ev!, ibuku sudah memasakkan menu komplit untuk mu!' teriak seseorang yang masih belum di kenal oleh Dryana.
"Siapa?" Tanya Dryana setelah Evan menjawab dan segera melangkah masuk bersama yang lain.
"Dia Dixon, satu temanku lagi yang belum pernah aku kenalkan padamu, maklum dia pekerja keras, menghidupi keluarga dan jarang ada waktu senggang"
"Oh, dan rumah ini seperti yang kau bilang, sangat nyaman"
"Benar kan?" Ucap Evan.
"Hem" Dryana mengangguk senang, dan kini sudah berada di dalam ruang makan yang telah di tata dengan rapi.
"Halo Ev, dan ini adalah gadis yang sangat beruntung itu?, halo Nona?" Seorang ibu menyapa Dryana, sangat lembut dan penuh kasih sayang, Dryana sampai terkesiap saat mendapat pelukan hangat.
"Saya Dryana Bu"
"Dan aku ibunya Dixon, orang tua yang pernah diselamatkan oleh kekasih mu"
"Oh ya?"
"Hei Bu, ayolah, bukankah aku juga anakmu?" Sahut Evan tak ingin mengungkit bantuan yang pernah di berikan.
Dixon tertawa, melihat Evan merasa tak nyaman dan tentu saja sang ibu hanya menggelengkan kepala.
"Makanlah, semua sudah siap, jangan kecewakan aku dengan menyisakan makanan itu okey?"
"Siap!" Semua berseru, dan kini Dryana juga ikut terlibat dalam menyantap makanan yang rasanya sungguh luar biasa baginya.
Evan di buat tertawa ketika melihat Dryana sedikit bingung saat Evan dan ketiga temannya saling mengambil dan bertukar makanan dalam piring, ke usilan yang tidak pernah Dryana lihat selama hidupnya dan kini dirinya ikut tertawa.
Perut Dryana benar-benar kenyang, dan berakhir meninggalkan meja makan lebih dulu menuju ke kamar mandi, ada rasa tak nyaman karena mungkin belum terbiasa dengan makanan yang cukup pedas, dan saat mencoba, dirinya suka.
"Apa perutmu sakit sayang?" Tanya ibu Dixon.
"Sedikit Bu, hanya tidak nyaman saja"
"Oh, minuman hangat ini mungkin bisa meredakan rasa tak nyamannya, minumlah"
"Terimakasih Bu" Dryana mengambilnya dan perlahan meminumnya, sesaat kemudian, dia merasakan nyaman di perutnya.
Dryana berjalan bersama dengan ibu Dixon menuju ke ruang makan lagi, namun sesuatu menarik perhatian Dryana hingga terhenti.
"Ini_?" Dryana terkejut dan melihat sebuah kunci berhias kan kaca kecil di mana didalamnya ada sebuah foto mini, jelas ada gambar orang yang sangat di kenalnya.
"Itu_, kunci yang ibu dapatkan dari seseorang yang meminta bantuan di malam terjadi tragedi, tapi sayang, saat ibu berlari berteriak meminta tolong, ada orang yang telah_"
"Ibu?" Dixon datang dan nampak khawatir akan keadaan ibunya.
"Ada apa?" Tanya Dryana saat melihat sang ibu nampak berkeringat dingin dan segera menghirup alat untuk melegakan nafasnya.
"Ibu akan mengalami panik dan rasa bersalah saat mengingat kunci ini, kenapa ibu mengeluarkannya kembali hem?"
"Aku hanya ingin melihat saja Dix, ibu merasa bersalah karena tak bisa bercerita yang sebenarnya, mereka melarang dan mengancam ku, ibu_"
"Ibu, sudahlah, kejadian itu sudah lama sekali, ibu tidak bersalah karena melindungi ku yang masih kecil saat itu, akan ada saatnya ibu akan bisa mengungkapkan segalanya nanti"
Deg
Seketika Dryana terdiam, mungkin wajahnya sudah berubah sekarang ini, hingga Dryana kecil yang ada dalam foto di gantungan kunci kecil itu tak bisa dikenali.
Yang makin penasaran, yuk nih mana KOMENnya, LIKE, VOTE, HADIAH dan tonton IKLANNYA.
Bersambung.