Seorang Wanita yang berjuang bertahun-tahun menghadapi badai hidupnya sendirian, bukan sebuah keinginan tapi karena keterpaksaan demi nyawa dan orang yang di sayanginya.
Setiap hari harus menguatkan kaki, alat untuk berpijak menjalani kehidupan, bersikap waspada dan terkadang brutal adalah pertahanan dirinya.
Tak pernah membayangkan, bahwa di dalam perjalanan hidupnya, akan datang sosok laki-laki yang mampu melindungi dan mengeluarkannya dari gulungan badai yang tak pernah bisa dia hindari.
Salam Jangan lupa Bahagia
By Author Sinho
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My LB-35
Ibu Dixon kini sudah tenang kembali, namun melihat Dryana yang terdiam dan masih memegang kunci kenangan itu, membuat hatinya kembali tak tenang.
"Maaf Sayang, kalau ibu membuatmu tak nyaman" ucapnya.
"Tidak, aku hanya berusaha mengenang"
"Maksudmu?"
"Ini milikku"
"Apa?!" Bukan hanya ibu Dixon yang terkejut, namun juga Dixon tak jadi melangkah pergi, segera berbalik dan berada di samping ibunya kembali.
"Ini Foto kecilku ibu, dan mungkin orang yang kalian maksud adalah orang tuaku, kejadian belasan tahun yang lalu, kecelakaan maut yang merenggut nyawa kedua orang tuaku"
Brug!
"Ibu!" Dixon terkejut, sang ibu kini terjatuh dan tak sadarkan diri.
"Ada Apa?!" Evan dan yang lainnya segera menghampiri saat terdengar teriakan Dixon sesaat tadi.
Dixon segera mengangkat dan membaringkan ibunya diatas tempat tidur, sedangkan Dryana hanya duduk menangis sambil mendekap sebuah kunci yang berada di tangannya.
Evan yang masih bingung dengan keadaan dan situasi sekarang ini, langsung mendekap Dryana dan berusaha menenangkannya, "Ada apa Dry?" Ucap lirih Evan.
Dryana masih tak sanggup untuk bicara, hanya sisa isakan tangis yang di dengar oleh Evan saat ini, sedangkan Klein dan John kini sudah keluar kamar dan melihat Dryana dalam pelukan Evan.
"Bagaimana keadaan ibu?" Tanya Evan.
"Ibu sudah siuman, dan_, Nona Dryana, apa Nona baik-baik saja?" Tanya John nampak khawatir.
"Sebentar lagi" jawab Evan memberikan kode ke John.
John hanya mengangguk, lalu kemudian, berjalan keluar bersama Klein, membiarkan Evan mengatasi Dryana dengan caranya sendiri.
"Ini" ucap Dryana menyerahkan kunci itu dan sudah membersihkan wajahnya dari air mata.
"Apa ini?" Tanya Evan masih tak memahami.
"Di dalam aksesoris kunci ini ada foto masa kecilku, ini adalah milikku yang hilang tepat dimana kecelakaan maut kedua orang tuaku terjadi, dan ibu Dixon yang menemukannya, tepatnya beliau yang diberi oleh kedua orang tuaku saat ingin menolong"
"Apa?!, jadi ibu yang tau kejadian itu?"
"Aku masih kecil, tak bisa mengingat apapun waktu itu dan ibu menceritakan sebuah kenyataan yang membuat hidupnya selama ini juga tak tenang"
"Maksudnya?"
"Ibu mengatakan merasa bersalah karena tak bisa mengatakan yang sebenarnya karena terancam, dan kemungkinan besar orangtuaku di celakai oleh seseorang Ev"
"My God, lalu?"
"Ibu shock dan tak sadarkan diri saat tau aku adalah wanita di foto ini"
"Okey, tenangkan dirimu Sweety, kita akan membahasnya kembali jika ibu sudah tenang dan siap akan hal itu"
Dryana mengangguk dan kembali memeluk erat Evan, seolah tak mau di lepaskan dan begitu nyaman.
Dixon keluar setelah dokter yang dipanggil memeriksa dan menyatakan keadaan ibunya baik-baik saja, lalu kemudian duduk di depan Evan yang masih berada disisi Dryana.
"Sorry, apa yang terjadi dengan ibuku mungkin mengejutkan mu Nona Dryana, tapi apa semua yang dia ceritakan padaku itu benar, bahwa kamu adalah wanita yang ada di hiasan kunci yang selalu di simpan rapi bertahun-tahun lamanya?"
Dryana tak menjawab, menatap Evan sekilas lalu menganggukkan kepalanya.
"My God, ini kebetulan yang tidak disangka" ucap Dixon.
"Kemungkinan besar Ibu tau kejadian yang sebenarnya bukan?" Tanya John yang kini ikut dalam perbincangan bersama dengan Klein yang ada di belakangnya.
Dixon mengangguk, lalu kemudian menceritakan sebuah kejadian yang sering ibunya ceritakan, dimana pernah berada di dalam situasi genting, dimana terjadi sebuah kecelakaan yang nampak di sengaja, karena sang ibu melihat mobil box besar berkecepatan tinggi menghantam mobil mewah yang waktu itu berjalan dengan kecepatan sedang.
Sang ibu yang waktu itu berlari mendekati dan menolong, di berikan sebuah kunci oleh wanita yang dalam keadaan memprihatinkan, dengan segera membantu wanita mungil yang tergeletak lebih dulu karena posisi yang paling mudah di jangkau.
Sesaat ibu Dixon berusaha menarik pengemudi yang rupanya masih tersadar, namun karena kakinya yang terjepit, susah untuk di tarik, hingga kemudian wanita yang ada di sebelahnya menyuruhnya untuk membawa sang anak lebih dahulu untuk meminta bantuan.
Berlari terburu-buru, sambil membawa tubuh mungil itu dalam gendongan, lalu meletakkan di tempat aman, Ibu Dixon kemudian berteriak meminta tolong di jalanan yang sepi, hingga kemudian saat dirinya akan kembali, dilihatnya beberapa orang sengaja menggulingkan mobil itu hingga tergelincir ke dalam jurang, tak lama kemudian, terdengar ledakan.
Takut tentu saja, jelas sekali ada tawa yang di dengarnya, dan lampu jalan di sana cukup terang hingga Ibu Dixon bisa mengenali dengan jelas, tapi bibirnya tak berani berkata-kata, apalagi berteriak, dan akhirnya tujuannya hanya menyelamatkan mahluk kecil yang belum sadarkan diri.
"Ibu_"
"Biar ibu sendiri yang melanjutkan Dix" sebuah suara mengejutkan semua orang.
"Ibu, kenapa bangun?" Dixon nampak khawatir dan segera memapah ibunya yang tetap berjalan keluar dari kamarnya.
Klein dan John segera mengambil kursi, memberikan tempat nyaman pada sang ibu yang berusaha tersenyum di depan Dryana saat ini.
"Aku tau, kau menjalani hidup yang tak mudah setelah kejadian itu, karena mereka terlihat senang setelah membunuh kedua orang tuamu"
Dryana tak mampu lagi menahan air matanya, dadanya terasa sesak mendengar kenyataan yang baru saja di dengarnya, hanya satu keinginannya saat ini, membalas tuntas perbuatan orang-orang yang telah membunuh orang tuanya dengan keji.
"Aku bisa membantumu mengenali mereka, jika mungkin kamu menunjukkan foto orang-orang yang mungkin bermusuhan dengan keluarga mu sayang"
"Mungkin nanti aku bisa membantu Bu, tapi tidak sekarang, Dryana butuh tenang" ucap Evan yang kini masih memeluk Dryana dalam tangisnya.
"Ibu Tau, maaf, baru sekarang bisa mengungkapkan semuanya, mereka sangat berkuasa, dan waktu itu, aku dan Dixon hanya seorang diri menjalani kehidupan ini"
"Tidak apa-apa ibu, terimakasih sudah berani bertahan sampai detik ini, dan setelah nya, semua masa lalu ibu akan segera tuntas, ibu bisa tenang" ucap Evan dengan senyuman lembutnya.
Dixon memeluk ibunya, dan Evan segera pamit untuk pulang lebih dulu bersama Dryana, perjalanan yang senyap, dimana Dryana hanya terlihat diam memeluk Evan dari belakang.
"Kenapa kita disini?" Tanya Dryana terkejut saat mendapati bukan Mansion miliknya, tapi Apartemen Evan yang kini sudah terbuka.
"Grandpa sudah aku kabari jika kau bersamaku malam ini, aku tidak ingin kesedihan di wajahmu bisa terbaca dengan jelas oleh nya"
"Hem, terimakasih Ev"
"Tidak perlu Sweety, kau sudah tanggung jawabku sekarang ini"
"Aku tidak ingin tidur di kamar sendirian Ev"
"Mimpi buruk?"
"Saat kecelakaan maut itu ter ungkit, traumaku kembali hadir, tidurku sering tidak tenang" jelas Dryana.
"Malam ini dingin, tidurlah di kamarku, aku akan berada di sampingmu"
"Jangan menggunakan kesempatan dalam kesempitan Ev"
"Tidak, aku hanya menggunakan kesempatan untuk menghangatkan Sweety"
"EV!"
"Okey, aku hanya bercanda, tidurlah disampingku, aku tidak akan menganggu mu"
Dryana tersenyum, setelah membersihkan diri, Evan membawanya dalam pelukan, tidur dengan nyaman tanpa ada kekhawatiran, karena Dryana yakin Evan tidak akan berbuat macam-macam.
Tanpa di sadari, tepatnya di jam tiga pagi, seseorang sudah bersiap memasuki Apartemen dengan mulut yang tak berhenti mengomel.
Bisa tebak siapa nih yang datang tiba-tiba?, yuk jangan lupa KOMENnya, LIKE, VOTE, HADIAH, dan tonton IKLANNYA.
Bersambung.
apalagi dikemas author dengan bahasa yg lugas dan enak dibacanya.ditambah sosok dryana yang mandiri dan serba bisa jadi makin komplit special nya...
terimakasih atas bacaannya yang bagus thor
terus semangat berkarya thor 🥰🥰🥰🥰
anak2 mereka ya thor lanjutannya
yuk Bochap thor
request dong Thor,, bikin cerita anak2nya triple twins 😍