Kesalahan yang terjadi pada dua manusia yang saling mencintai. Hubungan keduanya yang sudah tidak direstui. Mungkin karena tidak memiliki status sosial yang setara. Alina hanya gadis biasa yang duduk di bangku SMA dan menggunakan beasiswa dan sementara Fathan anak seorang pengusaha kaya raya dan juga seorang ibu yang bekerja dalam dunia entertainment.
Fathan dan Alina terjebak dalam hubungan gairah yang akhirnya menjadi skandal dan siapa yang dirugikan dalam hal itu.
Alina harus menerima nasibnya yang masih duduk di bangku SMA dan mengandung akibat kesalahan fatal yang dia lakukan bersama dengan kakak kelasnya yang juga menjadi pacarnya.
Karena hubungan yang tidak direstui itu yang ternyata membawa Fathan pergi dari Alina.
Bagaimana Alina menjalani kehidupannya dengan janin yang ada di dalam kandungannya.
Lalu apakah mereka dipertemukan kembali?
Jangan lupa untuk mengikuti cerita Saya dari awal sampai akhir dan follow akun Instagram saya .
ainunnharahap12.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21 Hamil
Setalah dilarikan ke rumah sakit yang ternyata Alina, Andre dan juga Ratih kembali pulang ke rumah. Karena pemeriksaan yang sudah selesai. Di hujan yang begitu deras terlihat Alina yang menangis bersujud di kaki Ratih yang tampak duduk di sofa terlihat sedih. Derasnya hujan hampir saja sama dengan derasnya air mata Alina yang meminta ampun.
"Maafkan Alina, Mah!"
"Alina bersalah, Mah! Maafkan Alina!"
"Alina mengecewakan Mama," ucapnya yang terus menangis sesenggukan penuh dengan rasa bersalah.
"Apa kamu pikir dengan kamu minta maaf sejak tadi akan bisa mengubah segalanya hah!" suara Andre yang terdengar begitu kencang mengalahkan hujan di luar.
Wajahnya memerah yang berdiri di samping Alina dan sekarang mencengkram tangan adiknya itu yang menyuruhnya untuk berdiri.
"Kakak tidak menyangka Alina kamu berbuat sejauh ini. Pergaulan kamu benar-benar sudah di luar batas. Tindakan kamu benar-benar kelewatan Alina!" ucap Andre dengan penuh kekecewaan.
"Maafkan Alina!" hanya kata maaf yang bisa dia ungkapkan.
"Kamu sejak tadi masih diam saja, katakan siapa yang sudah menghamili kamu! jangan terus menangis. Tangisan kamu tidak akan mengubah segalanya. Katakan siapa laki-laki yang tidak bertanggung jawab itu!" teriak Andre dengan bentakan yang keras membuat tubuh Alina bergetar dan sementara Ratih sejak tadi hanya diam saja yang merasa gagal menjadi seorang ibu.
Saat Alina dibawa ke rumah sakit dan betapa terkejutnya Ratih dan Andre ketika Alina yang dinyatakan positif hamil. Ratih sempat pingsan mendengarnya. Mereka tidak mungkin meluapkan amarah di rumah sakit dan saat ini di rumah sejak tadi Andre tidak berhenti mendesak sang Alina yang tetap saja bungkam atas Ayah janin di dalam kandungannya.
"Jawab Alina!" teriak Andre dengan suara menggelegar.
Alina tetap bungkam yang menyembunyikan kebenaran yang ada.
"Alina! kamu masih punya mulut. Jawab siapa laki-laki itu?" teriak Andre dengan suara yang semakin menggelegar.
"Andre sudah!" sahut Ratih yang terlihat begitu lemah.
Andre melepaskan kasar tangan adiknya itu sampai membuat Alina kembali terjatuh.
"Kamu benar-benar keterlaluan Alina? Apa yang kamu pikirkan hah! Kamu disuruh belajar sekolah dengan yang baik dan ternyata kamu melewati batas kamu yang bertindak sebodoh ini!" ucap Andre yang tampak begitu sangat kecewa dengan air mata juga jatuh.
Alina tidak berani berbicara lagi yang hanya menunduk dengan air mata yang tidak berhenti sejak tadi keluar.
"Kamu tahu, Mama penuh harapan untuk kita berdua. Mama berjuang sendirian selama ini membesarkan kita, melakukan yang terbaik untuk kita. Kita hanya ditugaskan untuk belajar agar bisa memiliki pendidikan yang tinggi dan bisa menikmati sekolah atau universitas yang di rasakan orang-orang kaya. Kita tidak punya harta Alina. Kita hanya bisa memanfaatkan apa yang sudah ada,"
"Lalu kamu menghancurkan masa depan kamu seperti ini? Kamu masih remaja dan bahkan masih sekolah kamu sudah hamil. Kamu bukan hanya menyakiti hati Mama tetapi jika menyakiti hati almarhum Papa!" tegas Andre yang berbicara merendahkan suaranya namun terdengar begitu sangat kecewa.
"Kakak berulang kali mengingatkan kepada kamu untuk tidak memilih pergaulan dan kamu tidak mendengarkan dan ini akibatnya. Lalu sekarang bagaimana hah! Apa setelah kamu sudah seperti ini dan kamu pikir masih bisa mendapatkan kesempatan untuk sukses, masa depan kamu sudah hancur di tangan kamu sendiri!" tegas Andre.
"Jalan satu-satunya hanya kamu menikah dengan laki-laki itu dan sekarang katakan siapa laki-laki itu!" Andre terus mendesak Alina.
"Atau jangan-jangan dia!"tebak Andre yang sudah pasti tahu siapa yang dimaksud Alina dan Alina mengangkat kepala yang menggelengkan kepalanya yang dalam kondisi seperti itu dia masih melindungi Fathan.
"Lalu jika bukan dia siapa hah!" teriak Andre.
"Andre sudah cukup!" sahut Ratih.
"Mama lihat sendiri dia sejak tadi hanya diam saja. Bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah ini jika dia saja tidak mengatakan siapa orangnya," ucap Andre.
"Jadi bicaralah Alina!"
Andre benar-benar tidak bisa mengendalikan dirinya. Alina berdiri dari tempat duduknya dan langsung berlari ke kamarnya.
"Kakak belum selesai bicara Alina!"
"Kamu sudah mengecewakan semua orang!"
"Kamu menyakiti hati Mama!"
Andre terus aja berteriak mengeluarkan semua unek-unek rasa kekecewaan terhadap adik perempuannya.
Pranggg.
Andre dan Ratih dikejutkan dengan suara pecahan benda yang membuat mereka berdua kaget dan Ratih langsung berdiri.
"Alina!" Ratih yang merasa terjadi sesuatu langsung berlari ke pintu kamar putrinya dan membuka pintu kamar itu yang ternyata dikunci.
"Alina buka pintunya apa yang kamu lakukan?"
"Alina!"
"Alina buka pintunya?"
"Alina!" Ratih dengan panik.
"Andre kamu cepat bantu buka pintunya!" tegas Ratih.
"Alina buka!" Andre menggedor-gedor dengan kencang.
"Alina buka! Alina buka!" Ratih terus berteriak dan begitu juga dengan Andre yang langsung menghampiri Ratih dan karena Alina tidak membuka pintu yang membuat Andre mendobrak sampai beberapa kali dan akhirnya pintu itu terbuka.
Betapa terkejutnya mereka berdua yang sudah melihat Alina melukai dirinya sendiri dengan menyayat bekas pecahan vas bunga ke nadinya dan tergeletak dengan tangan yang berdarah.
"Alina!" teriak Ratih yang langsung menghampiri Alina dan Alina sudah terlihat pucat yang tampak tidak sadarkan diri namun matanya masih terbuka.
"Alina kenapa kamu begitu bodoh?"
"Apa yang kamu lakukan Alina?"
Ratih memeluk Alina yang mana Ratih terlihat begitu histeris sekali melihat putrinya yang bertindak nekat yang melakukan percobaan bunuh diri.
"Alina ada apa dengan kamu?"
Andre juga tidak percaya. Jika adiknya bisa bertindak sejauh itu.
Karena psikolog Alina masih sangat lemah yang mana dia juga masih remaja dan apalagi harapannya sudah dipatahkan oleh Andre yang mengatakan masa depannya sudah hancur. Menurut Alina untuk apa lagi dia hidup yang sudah tidak ada gunanya dan lebih baik mengakhiri segalanya, karena dia juga tidak ingin menyusahkan Ratih dan lebih lagi Kakaknya.
***
Rumah sakit.
Alina dilarikan ke rumah sakit dan Alhamdulillah masih tertolong. Alina yang setelah mendapatkan perawatan beberapa jam yang akhirnya tersadar, tapi kondisinya masih belum membaik.
Andre maupun Ratih yang berada di dalam ruangan Alina yang tidak mengungkit apa yang terjadi dan bahkan tidak marah-marah dengan tindakan Alina yang mana mereka berdua tidak ingin Alina mengulangi semua itu lagi. Alina mungkin menyadari kebodohannya tetapi mungkin dia lebih merasa menyesal karena masih hidup.
Dengan berbaring miring yang membelakangi Ratih yang sejak tadi duduk di sampingnya dan Andre berdiri di dekat Ratih. Air mata Alina terus aja keluar dengan tatapan mata yang kosong yang benar-benar tidak memiliki tujuan.
"Ini sudah terlanjur dan jika kamu tidak ingin mengatakan siapa orang yang harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada kamu. Maka sudahlah apa yang bisa kita lakukan," ucap Ratih terlihat pasrah.
"Apa maksud Mama?" tanya Andre.
"Mama hanya punya kalian berdua dan sejak awal Mama berjuang untuk kalian. Apa yang terjadi pada adik kamu adalah kesalahan Mama yang kurang mengontrol Alina dan kita juga tidak tahu apa yang terjadi pada Alina sehingga dia bisa mengandung. Andre kamu jangan menyalahkan Alina terus-menerus, mungkin tadi yang terjadi ini juga bukan keinginannya dan mungkin saja ada hal buruk yang dialami dan tidak ingin berbicara dengan kita. Jadi kita lupakan semua ini," ucap Ratih.
Bersambung........