Season kedua dari Batas Kesabaran Seorang Istri.
Galen Haidar Bramantyo, anak pertama dari pasangan Elgar dan Aluna. Sudah tumbuh menjadi pemuda yang sangat tampan. Ia mewarisi semua ketampanan dari ayahnya.
Namun ketampanan juga kekayaan dari keluarganya tidak sanggup menaklukkan hati seorang gadis. Teman masa kecilnya, Safira. Cintanya bertepuk sebelah tangan, karena Safira hanya menganggap dirinya hanya sebatas adik. Padahal umur mereka hanya terpaut beberapa bulan saja. Hal itu berhasil membuat Galen patah hati, hingga membuatnya tidak mau lagi mengenal kata cinta.
Adakan seorang gadis yang mampu menata hati si pangeran es itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Good bye Kania
Hasil pemeriksaan urine terhadap Kania dan Renata hasilnya menunjukkan kedua gadis itu positif sebagai pemakai. Hingga tidak membuat para kepala sekolah berpikir panjang untuk mengeluarkan keduanya dari sekolah. Bahkan uang sogokan dari kedua orang tua gadis itu tidak mampu menyelamatkan keduanya. Jelas saja, kepala sekolah sudah mendapatkan tekanan dari Galen sebelumnya.
Kabar itu terdengar sampai ke telinga Lucyana. Gadis itu dibuat terkejut dengan kabar itu. Lucyana heran bagaimana Kania sampai lepas dari pengawasan orang tuanya. Beruntung dirinya memiliki pengasuh yang baik di saat kekacauan yang terjadi dalam keluarganya.
Huff, Lucyana mengela napas berat ketika mengingat sang pengasuh yang sudah tiada.
"Ana!"
Seruan seseorang membuat lamunannya buyar. Lucyana menoleh ke asal suara. Satu alis Lucyana naik melihat tiga perempuan yang pernah membully dirinya.
"An, ini buku lo." Nia datang ke kelas Lucyana bersama dua temannya yang lain untuk menyerahkan buku yang sama persis dengan buku milik Lucyana. Beruntung mereka mendapatkan buku itu meskipun melebihi dari waktu yang ditentukan oleh Galen.
"Te-rima kasih ya, Kak. Aku butuh banget buku ini," ucap Lucyana seraya tersenyum. "Tapi …." Lucyana membolak-balikan bukunya. "Ini kayaknya baru? Oh iya, buku aku yang lama ketinggalan di rooftop."
"Udah lo gak usah mikirin buku lama atau buku baru. Yang jelas gue minta tolong bilangin sama cowok lo kalau kita udah dapat bukunya. Bilang sama cowok lo untuk gak ngapa-ngapain kita ya." Setelah mengatakan kalimat itu Nia segera pergi dari kelas itu dengan tergesa-gesa, takut sewaktu-waktu Galen datang.
"I-ya." Kening Lucyana mengerut melihat tingkah ketiga kakak kelasnya. Tetapi siapa peduli, yang terpenting ia mendapatkan bukunya lagi. Ia juga tidak harus mengganti buku yang rusak sebelumnya.
-
-
Jam pulang sudah tiba, semua siswa berhamburan keluar kelas. Lucyana berjalan beriringan dengan Arabella sembari mengobrol di koridor sekolah, tetapi langkah mereka terhenti dengan tiba-tiba karena suatu hal.
"Eh." Lucyana mundur satu langkah saat Gea dan Amara tiba-tiba berlutut di hadapannya, sama halnya dengan Arabella, tetapi ekspresi gadis itu biasa saja lebih ke arah jengah.
"Kalian ngapain?" tanya Lucyana bingung.
"Kami minta maaf ya, An," mohon Gea sembari menyatukan kedua tangannya.
"Iya, An. Maafin kita ya," imbuh Amara. Gadis itu juga melakukan hal yang sama dengan Gea.
"Kita gak sengaja ceburin lo ke kolam. Kita mau nolongin lo juga gak bisa. Gue sama Amara gak bisa berenang," ucap Gea lagi.
"Iya, tapi bangun dong! Gak enak kalau kaya gini," suruh Ana. Lucyana menjadi kikuk sendiri lantaran tindakan Amara juga Gea.
Arabella sendiri memutar bola matanya malas sembari memainkan kuku-kukunya. "Kemarin ke mana aja. Giliran kakak gue nunjukkin taringnya, lo pada ciut."
Gea dan Amara sama-sama menoleh ke arah Arabella. "Iya, Ra. Kita tahu kita salah. Kami melakukan itu juga karena dipaksa sama Kania. Kita juga takut sama dia."
"Lo pikir gue peduli?" senga Arabella membuat Gea dan Amara terdiam seketika. "Minggir! Lo berdua ngalangin jalan gue sama Ana!" imbuhnya.
"Kami gak bakalan bangun sebelum kalian maafin kami dan —"
"Kalau begitu kalian seperti itu saja terus sampai besok." Arabella menukas ujaran Gea. "Yuk, An kita pulang." Arabella menarik tangan Lucyana, tetapi langkah mereka kembali dihadang oleh Gea dan Amara.
"Please, Ra. Bilangin sama kakak lo untuk gak ngapa-ngapain kita, ya." Gea kembali menyatukan kedua tangannya, memohon pada Arabella.
"Bilang aja sendiri." Arabella menunjuk ke arah Galen dengan dagunya.
Gea dan Amara sama-sama menoleh ke arah belakang mereka. Keduanya melihat Galen sedang berjalan mendekat ke tempat mereka. Ekspresi datar dengan tatapan tajam membuat Gea dan Amara kesulitan hanya untuk sekedar menarik napas.
Galen semakin dekat membuat Gea dan Amara semakin tegang, hingga saat Galen berhenti beberapa langkah dari mereka, Gea dan Amara semakin ketakutan. Suara mereka serasa tercekat, untuk sekedar menyapa pun mereka kesulitan.
"L-en—"
"Apa?"
Galen merespon dengan suara datar tetapi berhasil membuat Gea dan Amara meringis.
"Itu, ki-ta minta maaf. Kemarin kita gak sengaja ceburin cewek lo ke kolam," ucap Gea dengan terbata-bata. "Kania —"
"Jadi babu cewek sama adik gue." Galen menukas ujaran Gea seakan tahu apa yang akan dikatakan oleh dua gadis itu.
"I-ya," sahut Gea diikuti anggukkan Amara. "Kita bakal lakuin apa aja asal lo jangan bikin kita dikeluarin dari sekolah, kaya Kania dan Renata."
"Mereka dikeluarin karena kebodohan mereka sendiri." Galen meralat ucapan Gea.
"Gak usah banyak ngomong. Nih, bawain tas gue!" Arabella langsung menyerahkan tasnya pada Amara. "Punya Ana juga." Arabella mengambil alih tas milik Ana lantas melemparkannya ke arah Gea.
"Pulang ke apart," ucap Galen pada Lucyana mengabaikan apa yang dilakukan oleh Arabella.
"Eh, i-ya, Kak," sahut Lucyana terbata-bata. Lucyana lantas menoleh ke arah Arabella. "Kamu ikut, Ra?"
"Gak ya, gue gak mau jadi obat nyamuk," tolak Arabella.
"Bukan begitu, Ra." Lucyana menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal. Tidak mungkin Lucyana mengatakan di depan umum jika dirinya bekerja dengan Galen.
"Gue tunggu di mobil," ucap Galen pada Lucyana kemudian meninggalkan tempat itu.
"Tas aku." Lucyana berniat meminta tasnya dari Gea, tetapi Gea melarangnya.
"Udah, An. Gue bawain tas lo sampai parkiran mobil. Dari pada nanti gue diamuk sama cowok lo," cegah Gea.
"Iya, An. Gak apa-apa," imbuh Amara.
"Ya udah deh." Lucyana mengangguk sembari menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal.
Lucyana kembali berjalan beriringan dengan Arabella. Di belakang mereka ada Gea dan Amara yang membawa tas kedua gadis itu, mengabaikan semua ejekkan dari orang di sekitar mereka. Lebih baik diejek dari pada berurusan dengan Galen. Sesekali Lucyana melirik ke belakang, merasa tidak enak pada kedua gadis itu.
"Ini berlebihan gak sih," bisik Lucyana pada Arabella.
"Kurang malah," jawab Lucyana seraya berisik. "Rencananya gue mau suruh mereka buat cuci kaki gue di depan anak-anak yang lain." Arabella balas berbisik kepada Lucyana membuat tersenyum sembari menggeleng.
"Oh iya, Kak. Emang bener ya kak Kania sama Kak Renata dikeluarin?" tanya Lucyana basa-basi, padahal dirinya sudah tahu lebih dulu.
"Iya, An. Katanya hasil tes urine mereka positif," jawab Gea.
"Aku gak nyangka dia ternyata pemakai," ucap Amara.
"Berapa lama kalian berteman sama si pick me bisa gak tahu dia pemakai?" Kali ini Arabella yang bertanya.
"Dadi awal kita masuk sekolah ini. Tapi … benaran gue gak tahu di ani-ani sama pemakai," jawab Gea.
"Ara." Lucyana menghentikan langkahnya lantas memegang pergelangan tangan Arabella.
"Apa?" tanya Arabella.
"Tuh!" Lucyana menunjuk sesuatu dengan dagunya.
Arabella menoleh, melihat ke arah yang Lucyana tunjuk. Senyum sinis terukir di bibir Arabella ketika melihat Kania berjalan tidak jauh dari mereka dengan wajah yang tertunduk. Kania tiba-tiba menoleh, membuat pandangan Arabella bertemu dengan Kania.
"Good bye, miss Kania," ejek Arabella.
pengin baca safiraaa di hujat emak dan netizen yg dsanaaa
pengin liat safira dimaki2 emak nya
km kok hmmm nyebelin bgt
yok thor bisa yok double up lagi
jangan2 dia ngomong macem2 lagi sama ana
tiap chapter minim 3x baca
soale nagih bgt