Vonis dokter tentang dirinya yang seorang penderita Azoospermia membuat Dean memutuskan untuk memiliki anak adopsi. Karena baginya, tak ada wanita yang ingin menikah dengan pria yang di anggap mandul sepertinya.
Namun, pertemuannya dengan Serra membuat perubahan baru dalam hidupnya. Serra, seorang wanita yang memilih Childfree dalam kehidupannya. Membuat kekasihnya memilih untuk menikah dengan wanita lain karena pilihannya itu.
Tak di sangka, Serra dan Dean justru jatuh hati pada seorang anak bernama Chio. Ia bocah berusia 3,5 tahun yang harus menetap di panti asuhan setelah mengalami kecelakaan bersama kedua orang tuanya. Naasnya, kedua orang tuanya tak dapat di selamatkan.
Satu tujuan dua masalah yang berbeda, sayangnya pilihan keduanya mengadopsi jatuh pada anak yang sama.
“Kita nikah aja deh, kamu childfree dan aku gak bisa ngasih kamu anak. Impas kan? Biar kita sama-sama dapat Chio.” ~Dean
“Ya sudah, ayo nikah!“ ~ Serra
Pernikahan yang saling menguntungkan? Yuk baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terima kasih sudah menjaganya untukku
Pagi hari ini Nessa datang kembali ke rumah Eriska, keduanya berniat akan sarapan bersama. Eriska pagi-pagi sekali sudah masak untuk mereka sarapan. Sementara Chio, anak itu baru saja bangun tidur dan tengah duduk di kursinya sembari melahap pancake yang oma nya buatkan.
"Eh sudah bangun, Grandma bawakan susu kedelai buat Chio." Nessa meletakkan susu kedelai yang ia beli tadi di hadapan Chio. Tahu tentang itu, Chio segera menggelengkan kepalanya.
"Chio nda cuka cucu keledai Glandma,"
"Eh? Bukan keledai, kedelaaai." Ucap Nessa membenarkan.
Chio menggeser susu itu, ia pernah mencobanya dan menurutnya rasanya aneh. DIa tak ingin lagi meminumnya. Apapun namanya itu, dia tak ingin minum kecuali susu box biasanya.
"Nda cuka, mau kedelai, keledai, kelbo, cucunya cangcolang juga nda cuka."
"Hais yasudah kalau gak suka, buat Grandma aja. Nih, makan ini aja puding buah biar tambah gemes." Nessa mengambil kembali susu keledai itu dan menggantinya dengan puding buah mini. Chio yang suka buah pun menerimanya, setelah menghabiskan pancake nanti ia akan memakan puding itu.
"Eh besan, menurutmu ... apa Serra dan Dean sudah melakukannya?" Celetuk Eriska secara tiba-tiba. Wanita paruh baya itu duduk bersebelahan dengan Chio dan menatap Nessa yang duduk di hadapannya.
"Sudaaaah! Percaya padaku, semalam kau menelepon Dean tapi tak di angkat. Dean tuh mudah sekali terbangun, baru kali itu dia tak mengangkatnya. Lagian, katanya jamunya tuh bener-bener top pokoknya!"
"Waah keren yah!"
"Nah iya, selain itu ... jamu itu juga bagus tuh buat kesuburan pria. Katanya sih, udah banyak testimoninya. Yang buat tuh jamu pertama uji coba ke menantunya, eh dapet kembar tiga."
"Iya kah?! Mantap juga tuh jamu yah, langsung tiga." Heboh Eriska. Chio hanya sebagai pendengar saja walau ia tak mengerti dan sibuk menghabiskan pancake nya.
"Iya, padahal si menantunya masih berondong ting-ting."
"Tahu dari mana kamu tentang jamu-jamuan itu?" Tanya Eriska penasaran.
Nessa menegakkan tubuhnya, ia berbisik lirih pada Eriska. "Dari Mario, putra adikku. Dia dokter, sering tuh gosip sama pasiennya. Pasiennya rata rata ibu-ibu yah, gosip aja terus."
Eriska tertawa, begitu pun dengan Nessa. Keduanya pun mengobrol santai membahas hal lain. Keduanya berharap, setelah ini semoga ada bayi lucu yang akan hadir.
.
.
.
"Iya Ma, Serra juga masih tidur. Aku pulang mungkin tiga hari lagi, gak tahu nanti Serra maunya kapan."
Serra terbangun setelah mendengar suara Dean yang tengah mengobrol dengan seseorang. Perlahan, ia mengerjapkan matanya. Cahaya matahari sungguh menyilaukan penglihatannya. Ia pun menghalangi cahaya itu dengan tangannya. Matanya menangkap Dean yang tengah memakai bathrobe sedang berdiri membelakanginya.
Serra langsung teringat kejadian semalam, ia mengecek kondisinya. Dirinya pikir, semalam hanya mimpi. Tenyata, dirinya dan Dean telah benar-benar melakukannya. Mata Serra mel0t0t sempurna, ia menatap Dean yang masih fokus menelepon.
"Ja-jadi semalam itu aku dan Dean ...." Tiba-tiba pipi Serra terasa panas, jantungnya berdebar kencang.
"Iya Ma iyaaa, aku tutup dulu teleponnya."
Mengetahui Dean yang akan berbalik, Serra buru-buru kembali memejamkan matanya. Ia tak kuat menahan malu, pasti pria itu akan meledeknya dan Serra tak mau. Jadi, dia memilih berpura-pura tidur kembali entah sampai kapan.
"Masih tidur ternyata." Gumam Dean. Ia mendekati Serra dan mengelus kepala wanita itu. Tak sampai sana, Dean bahkan meng3cup keningnya sebelum beranjak untuk membuka pintu.
Serra merasa syok, ia membuka matanya dan memegang keningnya yang baru di k3cup oleh Dean. "Dia tidak izin dulu denganku?" Pekik Serra dalam hatinya.
"Sudah bangun? Aku kira masih tidur." Suara Dean mengejutkan Serra. Wanita itu tiba-tiba salah tingkah saat Dean berjalan mendekatinya dengan membawa makanan.
"Aku bawakan sarapan kita ke kamar, gak tega bangunin kamu yang tidur pules begitu." Dean mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang, ia meletakkan nampan yang ia bawa ke atas ranjang.
Serra bergegas beranjak duduk, ia mengusap mulutnya. Khawatir, ada sesuatu yang keluar tanpa dia sadari. Dean mengambil salah satu piring dan berniat menyuapkan Serra. Namun, wanita itu justru menjauhkan kepalanya.
"Aku bisa makan sendiri Dean," Tolak Serra.
"Aku suapkan saja, kamu pasti lelah karena semalam. Maaf, aku tak bisa mengontrol diriku semalam."
"Iiih jangan di bahas!" Rengek Serra. Jika di bahas lagi, ia jadi malu sendiri.
Dean tersenyum, ia kembali menyodorkan suapan pada mulut Serra. Untungnya, kali ini Serra mau membuka mulutnya. Perlahan, Serra memakannya. Perutnya memang sangat lapar, apalagi semalam ia tak memakan apapun.
"Terima kasih," ucap Dean secara tiba-tiba.
"Untuk?"
"Untuk sesuatu yang selama ini kamu jaga dengan baik. Terima kasih sudah menjaganya untukku." Ucapan Dean membuat Serra tersipu malu. Dia menganggukkan kepalanya sembari melahap kembali suapan yang Dean berikan.
"Masih sakit?"
"Apanya?" Serra bingung dengan pertanyaan Dean.
"Itu." Mata Dean melirik ke bawah, menyadari hal itu Serra membulatkan matanya.
"Kan aku bilang gak usah di bahaaaas!" Greget Serra.
"Oh, oke." Dean tak lagi membahasnya sampai Serra selesai menghabiskan makannya.
Serra berencana akan mandi, jadi dia memakai bathrobe yang Dean berikan dan berniat turun dari ranjang. Namun, ia merasakan sakit di bagian bawahnya. Tak ingin Dean mengetahui, Serra berpura-pura meminta sesuatu.
"Dean, bisa belikan aku vitamin? Tubuhku pegal-pegal, jadi aku butuh vitamin sekarang." Pinta Serra.
"Ya, aku akan membelikannya. Apalagi?" Tanya Dean.
"Enggak, itu saja."
Dean mengangguk, ia berganti pakaian dan keluar membeli pesanan yang Serra inginkan. Setelah kepergian Dean, barulah Serra berani turun dari ranjang. Tak sanggup menahan malu di depan pria itu. Takut juga Dean tiba+tiba-tiba menggendongnya dan terjadi hal yang aneh-aneh lagi.
"Aku kira dia tak mampu, ternyata aku salah." Batin Serra sembari menahan sakit.
Tak lama, Dean kembali. Terlihat Serra sudah selesai mandi tapi masih memakai bathrobe. Tak hanya membelikan vitamin untuk Serra, Dean juga membelikan baju untuk wanita itu. Karena tak mungkin juga, seharian Serra memakai baju kurang bahan yang mamanya bawakan.
"Pakailah, aku belikan di toko dekat hotel. Semoga pas dengan tubuhmu, juga ini ... salep."
Serra mengerutkan keningnya dalam, ia mengambil salep yang Dean berikan dan menatapnya dengan seksama. "Salep?"
"Iya, obat luka. Buat ...." Dean tampak ragu membicarakannya. Serra, yang tadinya tak paham pun menjadi paham.
"DEAAAAN! SUDAH KU BILANG JANGAN DI BAHAS, AKU MALUUU!"
"Malu kenapa? AKu sudah lihat semuanya, apa yang belum ku lihat?" Sahit Dean dengan tatapan polosnya. Serra menepuk keningnya, ia heran mengapa pria itu tak ngerti juga.
"Astaga, aku harus menjelaskan seperti apa agar dia paham? Pengen hilang aja sekarang." Desis Serra dalam hatinya.
___
Maaf yah kawan u p nya lama🤧 lagi ada acara, jadi sambil nu.lis lanjutan juga🤓
memang anak pak Nicholas 😃👍🏻🙆🏻♀️
nikmati konsekuensi yg kamu pilih Tara rarararara🎶🎵🎶
"bulan kemarin"
coba baca lagi
Semoga cepat membuahkan hasil,
Dan Serra mau menerimanya.
Oalah ternyata Dean suka minum
Vitamin juga. Pasti sebelumnya mama
Nessa dah konsultasi kedokter langsung.
Mama Nessa selain menyembunyikan,
tentang kemandulan Dean, Beliau juga
berusaha membantu proses penyembuhannya.
Cecep menghamili Tara demi penerus
dan anak yang dia kandung prempuan.
Kalau sampai Tara hamil gender prempuan lagi dan lagi, Cecep terpaksa akan nikah lagi atau mencer4ikan dia.
Anak prempuan seolah mala pet4ka, padahal semua laki2 juga lahir dari prempuan🤦♀️ yang salah itu buatnya sebelum menikah, soal jenis kelamin siapa yang tahu.