Dunia Sakura atau kerap dipanggil Rara, hancur seketika saat video dia yang digerebek sedang tidur dengan bos nya tersebar. Tagar sleeping with my boss, langsung viral di dunia Maya.
Rara tak tahu kenapa malam itu dia bisa mabuk, padahal seingatnya tidak minum alkohol. Mungkinkah ada seseorang yang sengaja menjebaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
"Jepang?" Jovan mengerutkan kening. Bukannya hari itu bilang mau babymoon deket-deket aja, kenapa mendadak mau ke Jepang? "Aku gak bisa cuti terlalu lama, Ra."
"Aku gak ngajakin kamu kok," Rara menahan senyum.
"Maksudnya?" Jovan terlihat bingung. "Gak ngajakin aku, terus kamu mau kesana sama siapa? Jangan bilang kalau kamu mau ke Jepang dengan Haidar? Enggak, aku gak kasih izin."
"Gak hanya berdua."
"Pokoknya aku gak kasih izin." Jovan tak rela membiarkan Rara dan Haidar makin dekat.
"Alasannya?"
"Ya....ya aku gak kasih izin pokoknya."
"Ya tapi alasannya apa?" desak Rara.
"Sakura," tekan Jovan dengan telapak tangan mulai mengepal. "Aku bilang enggak ya enggak!"
"Kenapa gak boleh?" tanya Mama Rere yang tiba-tiba datang. Entah sejak kapan wanita itu ada disana, menyimak obrolan anak dan menantunya. "Kenapa gak boleh?" ulangnya sambil berjalan mendekati Rara dan Jovan.
"Rara sedang hamil, Mah. Aku gak bisa biarin dia pergi terlalu jauh kalau gak sama aku. Aku khawatir dengan kondisinya."
Mama Rere terkekeh mendengar ucapan Jovan. "Jadi menurut kamu, cuma kamu yang bisa jagain Rara, gitu? Jadi menurut kamu, Mama dan Papa gak bisa jagain Rara? Astaga!" dia sampai geleng-geleng. "Sok bisa jagain Rara banget kamu, padahal bisanya cuma nyakitin."
Jovan menelan ludahnya susah payah saat lagi-lagi, dapat ucapan pedas dari mertuanya. Gak mamanya Rere, ataupun Mamanya Dista, semuanya gak ada yang suka padanya. Nasib, batin Jovan. Padahal dia spek menantu idaman, tampan dan mapan, tapi semua mertuanya malah gak suka padanya.
"Mama sama Papa, juga ke Jepang?" Jovan menatap Rara dan Mama Rere bergantian.
"Iya," sahut Mama Rere ngegas. Kedua lengannya dilipat di dada, wajahnya jutek.
"Maaf, aku kira cuma sama Haidar. Kalau sama Mama dan Papa, aku izinin," mau tak mau, Jovan merubah keputusannya. "Tapi gak lama kan?"
"Enggak, paling cuma setahun," celetuk Mama Rere random.
What! Jovan langsung melotot.
"Sekitar 2 minggu," ucap Rara.
Jovan menghela nafas lega mendengar ucapan Rara. "Ya udah aku izinin. Nanti aku transfer uang buat jalan-jalan disana."
"Yang banyak!" Mama Rere menyeletuk tanpa dosa.
"Mah," Rara justru yang gak enak.
Seenggaknya, biar rasa sakit hati Rara dibayar, batin Mama Rere. Peduli apa mau dianggap matre, menantu kayak Jovan, memang harus dikerjain, dibikin pusing biar kapok.
Tanpa mereka semua tahu, di seberang jalan juliet florist, Dista terus memperhatikan toko. Dadanya bergemuruh melihat mobil suaminya ada disana. Yang katanya mau nyari makan sambil ketemu Hendra, tau-taunya malah ketemu Rara. Dari awal Jovan bilang mau nyari makan, dia sudah curiga. Suaminya itu bukan tipe orang yang suka jalan cari makan, kalau memang lapar, lebih suka delivery aja. Tadinya Dista mencari ke rumah Rara, saat tak menemukan mobil Jovan disana, dia langsung menuju toko.
"Kurang ajar kamu, Mas," Dista mengepalkan telapak tangan. "Dari tadi aku teleponin gak diangkat."
Cukup lama Dista menunggu di depan Juliet florist, sampai akhirnya dia melihat Jovan keluar. Tapi tak seperti bayangannya, yang akan melihat Rara bergelayut mesra di lengan Jovan saat mengantar ke mobil, dia hanya melihat Jovan sendirian.
Jovan sendiri tak ngeh kalau Dista berada di dalam mobil yang ada di seberang jalan, karena itu bukan mobil Dista, melainkan taksi online.
Beberapa saat setelah mobil Jovan menghilang, Dista keluar dari taksi, berjalan menuju Juliet florist.
"Dista," gumam Papa Romeo saat melihat Dista masuk ke toko.
"Saya ingin bertemu Rara," Dista mendekati Papa Romeo yang duduk di kursi kasir.
"Untuk apa?"
Belum sempat Dista menjawab, Mama Rere sudah lebih dulu berteriak. "Ngapain kamu kesini?" matanya mendelik tajam pada Dista. Kalau ingat wanita itu yang telah menyebarkan video Rara, ingin rasanya dia jambak dan cakar-cakar sampai mampus.
"Saya mau ketemu Rara, Tante."
"Untuk apa, Hah!" bentak Mama Rere sambil mendorong bahu Dista kasar. "Kamu tidak di terima disini, pergi sana!"
"Rara, keluar kamu!" teriak Dista. Dia berjalan cepat menaiki tangga karena yakin Rara ada di atas. Cukup lama mereka bersahabat, hingga Dista tahu seluk beluk toko ini, hafal di luar kepala saking seringnya kesini.
"Astaga setan itu!" Mama Rere menggeram tertahan. Dia sudah tak sanggup lagi memanusiakan Dista karena baginya, kelakuannya sudah lebih buruk dari setan. Buru-buru dia menyusul naik ke atas. Papa Romeo juga ingin ikut menyusul, sayangnya tiba-tiba ada pelanggan masuk. Hari ini pegawai mereka cuti, jadi dia terpaksa melayani pembeli.
"Kurang ajar kamu ya, Ra!" teriak Dista sambil menatap Rara nyalang. "Bisa gak sih, kamu gak gangguin hidup aku? Hidup aku berantakan sejak kenal kamu," dia menunjuk wajah Rara dengan nafas memburu.
Jika Dista emosi tingkat dewa, Rara justru kebalikannya, dia malah tersenyum sambil berjalan mendekati Dista.
"Saat ini jatahku, bisa-bisanya kamu nyuruh Mas Jovan kesini," teriak Dista.
"Nyuruh?" Rara makan makin ngakak. "Tuh laki yang kesini sendiri, bukan aku yang nyuruh."
"Gak mungkin."
"Yakin gak mungkin? Coba deh kamu telepon, loudspeaker kalau perlu, kita ngomong bertiga. Bang Jovan yang kesini sendiri, atau aku yang minta." Hati Rara terasa bahagia sekali saat melihat Dista kebakaran jenggot seperti ini.
Di belakang Dista, Mama Rere hanya menonton karena merasa Rara cukup tangguh untuk menghadapi setan itu.
"Dista, Dista," Rara tertawa renyah. "Masa sih, kamu belum sadar sampai saat ini. Bangun, Dis, bangun," dia menepuk bahu Dista. "Sekarang Bang Jovan itu lebih perhatian ke aku daripada kamu. Dan kamu tahu apa artinya itu?" dia bicara di dekat telinga Dista sambil tersenyum miring. "Bang Jovan lebih cinta sama aku daripada kamu."
Darah Dista mendidih mendengar itu. Telapak tangannya mengepal kuat dan nafasnya kian memburu.
"Mending sekarang kamu pulang. Tanya pada suami kamu, kenapa dia nyamperin aku pas jatah kamu? Kalau jawabannya karena dia khawatir sama aku, atau kangen sama aku, mending kamu siap-siap." Rara sengaja menjeda kalimatnya. "Siap-siap, untuk diceraikan."
Dista yang naik darah langsung mendorong Rara hingga jatuh.
...----------------...
astaghfirullah, rasain lu. malu banget dah kalau tubuh jg sdh dikonsumsi publik
kpok dista..
ganyian yg masuk perangkap fino..
kalo mau ngelayani pasti ngancam nyebarin video dista dan bastian..
bahaya punya koleksi video syur pribadi..
kalo kecopetan atau kerampokan kan bisa disebarin orang lain..