Mayang terpaksa harus menikah dengan Randi. Ia di jodohkan oleh ibu tiri nya pada pria arogan dan tempramen itu, demi bisa melunasi hutang kakak tiri nya bernama Sonya pada Randi.
Mayang menempati rumah orang tua Randi dan satu rumah dengan mertua juga kakak ipar nya yang sudah menikah.
Selama ini Mayang selalu di perlakukan semena-mena oleh suami dan keluarga suaminya. Kecuali Rion yang merupakan suami Lia, kakak ipar Randi.
"Mayang, kenapa kamu tidur di teras? Ayo masuk, disini dingin. Apa Randi yang melakukan ini?" ajak Rion, yang baru pulang dari bekerja. Ia terkejut melihat Mayang yang tidur meringkuk diatas lantai teras.
Mayang yang kaget mendengar suara bariton milik kakak iparnya langsung duduk dan menunduk malu. "Nggak papa mas! Aku takut mas Randi akan memarahiku, jika aku memaksa masuk dan tidur di dalam."
"Keterlaluan sekali Randi, bisa-bisa nya menyuruh istrinya tidur di luar, padahal di luar hujan deras." Rion menggertakkan rahangnya hingga menegas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
"Terimakasih bik!" ucap Mayang dengan mata berkaca-kaca.
"Non, hidup lah bahagia setelah ini. Jangan bersedih lagi. Den Rion akan membantu non agar bisa hidup dengan baik. Jangan pernah kembali ke rumah ini."
Mayang memeluk bibik dan menangis tertahan.
"Aku akan membalas perlakuan mereka setelah mentalku sehat bik." ucap Mayang.
"Biar Allah yang membalasnya non, Allah tau apa yang harus dilakukan. Sebaiknya sekarang kita keluar. Non cuci wajah dulu."
Mereka mengurai pelukan dan saling tersenyum bahagia.
Akhirnya Mayang merasa terbebas, karena ada yang bersedia membantu dirinya untuk keluar dari neraka ini.
Bibik dan Mayang menuruni tangga bersama-sama dan memulai sandiwara. Di ruang tengah ada ibu mertua yang sedang melihat majalah dengan televisi menyala.
"Non bantu saya pindahin pot bunga yang sudah mati ya. Saya mau ganti tanamannya dengan bunga lain." kata bibik ketika sedang berada di tangga.
"Memang bunga apa sih bik yang mau di ganti?" ucap Mayang. Yang ikut bersandiwara.
"Bugenvil non."
Sesampainya mereka di bawah, langsung di sambut tatapan tak suka dari ibu mertuanya.
"Mau kemana kalian?" tanya ibu mertuanya dengan tatapan sinis.
"Saya minta bantuan non Mayang buat angkat pot Nya. Bunganya mau saya ganti karena sudah mati." jawab bibik dengan wajah tertunduk. Begitupun dengan Mayang, ia tak berani menatap wajah ibu mertuanya.
"Sudah sana pergi, sakit mata saya melihat kalian berdua." ucapnya. Dengan kibasan tangan.
Mereka berjalan menuju ke luar rumah. Sesampainya di luar rumah, Mayang melihat para pekerja sudah menunggunya dengan wajah sendu. Bibik langsung memeluk Mayang dan menangis.
"Non, maaf selama ini bibik dan yang lainnya tidak bisa melakukan apapun ketika non di siksa. Hanya ini yang bisa kami lakukan. Sekarang pergilah, den Rion sudah menunggu." ucap bibik.
Mayang menutup bibirnya dengan telunjuk, agar tidak berisik.
"Aku baik-baik saja. Terimakasih kalian sudah mau menjadikanku teman di rumah ini. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikan kalian selama ini. Aku pergi sekarang, maaf jika setelah ini kalian akan di hukum karena kepergianku." ucap Mayang tulus dengan mata berkaca-kaca.
Ia menyalami satu persatu pelayan yang berjumlah 3 orang dengan perasaan berat, karena akan meninggalkan orang sebaik mereka.
"Non tenang saja, setelah ini, kami semua akan menyusul non." ucap salah seorang pelayan yang berusia 20an.
Mayang mengerutkan kening karena bingung dengan perkataannya. "Maksudnya?" tanyanya penasaran.
Mereka semua tersenyum bahagia. "Setelah non keluar dari rumah ini, kami dan para penjaga akan di bawa den Rion untuk bekerja dengannya."
Mendengar perkataan pelayan itu, Mayang membelalakkan matanya. "Benarkah?"
Mereka bertiga serempak menganggukkan kepala yakin.
"Semoga kak Rion memberikan kalian pekerjaan yang lebih baik dari ini ya. Aku akan merindukan kalian setelah ini." Mayang memeluk satu persatu pelayan itu dengan perasaan haru.
"Sudah non, cepat keluar. Sebelum nyonya besar keluar rumah."
Mayang mengangguk dan langsung berlari menuju ke pos penjaga.
"Ini tas nya non, sekarang cepat pergi. Den Rion sudah menunggu." ucap salah satu penjaga dan menyerahkan tas miliknya.
"Terimakasih pak!"
"Sama-sama non, silahkan keluar."
Mayang mengangguk dan keluar dengan perasaan bahagia. Akhirnya setelah satu tahun terkurung di dalam sangkar emas, Mayang bisa menghirup udara bebas.
Mayang melihat mobil milik Rion terparkir di depan rumah kosong, yang hanya berselang 2 rumah dari rumah mertuanya.
Ia gegas berlari mendekati mobil milik Rion.
Rion yang sedang menghisap rokoknya, membuang asal puntung rokoknya ketika melihat Mayang sedang berlari, dari kaca spion.
Ia menyunggingkan senyum senang, karena Mayang mau ikut dengannya. Sejak tadi ia gelisah menunggu Mayang, karena takut Mayang akan menolak ajakannya.
Dan ketika melihat Mayang berlari mendekati mobilnya, Rion tak bisa menyembunyikan rasa senangnya.
Rion keluar dari dalam mobil dan membukakan pintu untuk Mayang.
"Cepat masuk!" ucap Rion ketika Mayang sudah berada di depannya.
Dengan nafas tersengal, Mayang tersenyum dan mengangguk. "Terimakasih kak!" ucapnya dengan dada naik turun.
Setelah Mayang masuk, ia kembali ke kursi kemudi. Dan langsung melajukan mobilnya keluar komplek.
"Diminum dulu!" Rion menyerahkan sebotol air mineral yang sudah ia minum beberapa teguk.
Mayang terlihat ragu menatap air mineral di tangan Rion. Ia hanya diam tak mengambil, juga tak menolaknya.
"Aku baru minum beberapa teguk, tenang saja, aku tidak memasukkan apapun kedalamnya."
Mayang masih diam.
"Apa kau menolak minuman bekasku, padahal semalam kita berciuman bibir dengan rakus berbagi saliva?" ucap Rion dengan seringai di bibirnya.
Mendengar perkataan Rion, wajah Mayang langsung memerah karena mengingat kembali permainan panasnya dan Rion semalam.
Ia akhirnya mengambil botol di tangan Rion. "Terimakasih kak!" ucap Mayang dengan malu-malu.
Rion sangat gemas melihat Mayang yang malu-malu hingga menimbulkan rona merah di pipinya.
"Mulai sekarang panggil aku mas, setelah ini aku akan mendaftarkan perceraianmu dan Randi. Lalu jadilah istriku!" kata Rion sambil melirik Mayang. Ia ingin melihat reaksi Mayang.
Mayang sendiri langsung tersedak minumannya mendengar penuturan Rion.
Uhuk
Uhuk
Uhuk
Rion menghentikan laju mobilnya, dan mengambil tissu untuk membersihkan mulut Mayang yang basah.
"Maaf membuatmu terkejut." ucapnya dengan wajah bersalah. Dengan telaten Rion mengelap pakaian Mayang yang basah.
Mayang masih syok dengan pernyataan Rion, sehingga tubuhnya membeku.
"Sudah, setelah ini ganti pakaianmu dengan yang baru." kata Rion, seraya membuang tissu ke tempat sampah kecil. Dan melajukan kembali mobilnya.
Mayang menatap jalanan di depannya dengan perasaan gamang. Ia senang karena akhirnya bisa terbebas dari neraka itu.
Namun kembali menjadi seorang istri, rasanya ia belum siap. Luka yang Randi dan keluarganya torehkan, terlalu dalam.
Rion sesekali menoleh menatap Mayang yang terdiam membisu menatap jalanan, dengan wajah murung.
Rion merasa ada hal yang mengganggu Mayang, apakah perkataannya barusan membuat Mayang terluka? Ia hanya ingin menjadi pelindung bagi Mayang, tak lebih.
"Mayang!" Rion menyentuh lembut pergelangan tangan Mayang dan menggenggamnya.
"Jangan pikirkan apapun lagi saat ini. Aku tidak akan memaksamu menikah denganku jika kau tidak ingin. Aku hanya ingin melindungi mu saja. Dengan menikahimu, aku berharap bisa membuatku melindungimu. Tapi jika hal itu mengganggumu, sebaiknya lupakan ucapanku tadi."
Mayang memaksakan senyumnya. "Aku senang dan berterimakasih sekali dengan kak Rion, karena sudah membantuku. Tapi untuk menjadi istri lagi. Aku masih trauma, aku belum siap." ucap Mayang dengan suara parau. Ia menundukkan wajahnya karena malu sudah menolak ajakan Rion. Padahal Rion hanya ingin membantunya.
Rion memahami trauma yang Mayang alami, salahnya karena terlalu cepat seolah memaksakan kehendaknya.
Ia mengulurkan tangannya mengusap pucuk kepala Mayang. "Maafkan aku karena terlalu terburu-buru. Aku akan membantumu untuk menyembuhkan luka. Setelah luka mu sembuh, aku akan menikahimu. itupun jika kau sudah siap untuk kembali berumah tangga."
Mayang mendongakkan kepalanya dan menatap Rion dengan mata berkaca-kaca.
Rion tersenyum manis dan mengusap airmata Mayang, tanpa melihatnya. Karena fokusnya kembali ke arah depan.
"Jangan menangis lagi. Mulai sekarang bahagialah bersamaku. Aku akan membalas perlakuan mereka semua."