Sekuel(Emily:Ketika cinta harus memilih)
Maxime Alexander Lemos pria berusia 37 yang merupakan orang kepercayaan pimpinan mafia paling kejam di Jerman jatuh cinta pada seorang gadis namun cintanya harus kandas terhalang restu dari orangtua gadis yang ia cintai dan meninggalkan luka yang begitu mendalam hingga cinta itu berubah menjadi dendam. Ia pergi meninggalkan semuanya merelakan orang yang ia cintai menikah dengan pria pilihan orangtua.
Hingga berbulan lamanya dan keduanya kembali dipertemukan dengan keadaan yang berbeda.
Bagaimana kisah mereka, yuk simak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Misi Berhasil.
Dengan tangan gemetar Maxime membuka kunci pintu sel. Melihat pemandangan dimana pria tua yang kini tampak lusuh dan juga kurus itu membuat hatinya tercabik-cabik. Ia memang mengira selama ini Grandpanya sudah tiada di tangan Lucas meski ia tidak tahu dimana makamnya. Tapi kenyataannya orang yang menjadi panutannya itu masih hidup dan kini di pasung bagaikan binatang.
Pintu sel terbuka, Maxime segara menghampiri Lemos yang tampak memejamkan kedua mata. Maxime menyentuh nadi sang Kakek lalu bernafas lega. Ia tidak memiliki banyak waktu, diatas sana tidak tahu apa yang terjadi. Apakah orang-orang Lucas berhasil melumpuhkan pasukan Armand atau sebaliknya.
Maxime mencoba satu persatu kunci untuk membuka pasungan sang Kakek. Pria itu tampak berkaca-kaca melihat kondisi Lemos yang sangat memperihatinkan. Dulu Grandmanya dan sekarang Grandpanya juga diperlakukan sama oleh orang-orang yang ia percaya.
Maxime bernafas lega, saat pasungan itu terlepas. Tanpa membangunkan sang Kakek, Maxime langsung menggendong tubuh ringkih itu dan membawanya dari tempat lembab dan dingin itu.
Ternyata pergerakan Maxime membuat Lemos membuka kedua matanya perlahan. Pria tua itu menatap wajah tegas dan dingin pria yang kini membopongnya itu dan memperhatikannya dengan seksama tanpa disadari Maxime.
"Tuan... kita berhasil, dan saat ini tiga tawanan kita sudah di bawa Tuan Gio ke markas kita," ucap orang kepercayaan Maxime yang menjaga pintu masuk menuju ruang bawah tanah.
Maxime mengangguk pelan tanpa bersuara. Pria itu melangkah melewati para musuh yang sudah tidak bernyawa lagi. Entah apa yang terjadi di tempat ini sebelumnya karena ia berada di ruang bawah tanah menyelamatkan Grandpanya. Bau amis menyeruak masuk kedalam hidungnya. Banyak darah yang berceceran bukti dari keganasan orang-orang Lucas yang menghabisi anak buah Armand.
Saat sampai di luar gerbang, dengan sigap orang kepercayaan Maxime membukakan pintu mobil untuk Maxime. Maxime masuk kedalam mobil dengan Lemos yang masih berada didalam gendongannya. Saat pintu tertutup Maxime menurunkan kaca mobil dan menatap markas yang sudah kacau, mayat berada dimana-mana. Dan orang-orang Lucas tampak membersihkan kekacauan. Dan ia tahu kemana para mayat itu berakhir dan dalam dunia hitam itu sudah biasa. Markas itu dulunya adalah rumah kedua baginya tapi kini tempat itu menjadi kenangan buruk baginya. Maxime beralih menatap tubuh ringkih yang ada dipangkuannya. Dulu tubuh ini kuat dan tegap, bahkan ia mengingat dengan jelas jika ia seringkali tidur dipangkuan sang Kakek. Tapi kini tubuh tegap itu sudah terlihat rapuh, hanya kulit membalut tulang.
"Kita ke rumah sakit sekarang!," ujar Maxime saat orang kepercayaannya masuk ke dalam mobil dan duduk dibelakang kemudi.
"Baik Tuan," jawab orang kepercayaan Maxime, segara menjalankan mobil.
Namun saat mobil melaju beberapa meter, tiba-tiba Gio mencegat mobil yang ditumpangi Maxime. Dan Maxime meminta orang kepercayaannya untuk menghentikan mobilnya. Maxime menurunkan kaca mobilnya dan tersenyum kaku pada Gio yang menatapnya dingin.
"Kau berhasil?," tanya Gio melirik tubuh ringkih yang ada dipangkuan Maxime.
"Ya, terimakasih untuk semuanya," jawab Maxime dengan tulus. Jika bukan dari bantuan Gio mungkin ia tidak akan bisa menyelamatkan sang Kakek.
"Hm, tawanan mu ada di Markas kami, kau bisa datang kapan saja untuk menemuinya," ucap Gio.Ia berucap seperti itu atas perintah Lucas.
"Ya. Tapi tidak untuk sekarang. Aku harus membawa Grandpa ke rumah sakit terlebih dahulu," jawab Maxime.
"Silahkan, lebih cepat lebih baik. Dan akan ada beberapa mobil yang akan mengawal mobilmu menuju rumah sakit," ucap Gio.
"Sekali lagi terimakasih," jawab Maxime diangguki Gio. Pria itu segera berdiri kembali dan melangkah meninggalkan mobil yang ditumpangi Maxime.
Maxime meminta orang kepercayaannya untuk melanjutkan perjalanan mereka. Ia harus segara membawa sang Kakek ke rumah sakit. Dan selama perjalanan tatapan Maxime terus tertuju ke depan tanpa berani menatap wajah sang Kakek. Ia tidak kuat melihat wajah keriput itu yang akan menambah kepedihan hatinya. Harusnya sejak dulu ia curiga pada Armand yang melarangnya untuk memasuki ruang bawah tanah itu.
Sesampainya di pelataran rumah sakit, Maxime turun dari mobil setelah orang kepercayaannya membukakan pintu mobil untuknya. Maxime meminta pada Dokter yang berjaga untuk memeriksa keadaan sang Kakek.
Dan disinilah sekarang ia berada, didepan ruang UGD rumah sakit menunggu penuh harap sang Kakek yang saat ini tengah diperiksa di dalam sana.
Tring
Damian is calling...
Sejenak Maxime terpaku melihat layar ponselnya melihat nama sang sahabat menghubunginya. Kenapa ia melupakan Damian, apakah tadi Damian berada di Mansion? Tapi ia tidak melihat keberadaan pria itu tadi disana. Maxime menekan tombol hijau dan menjawab telepon dari sahabatnya.
"Ya Dam...," ujar Maxime saat panggilan masuk terhubung.
"Max, markas Kakek Armand di serang oleh orang tidak dikenal. Mereka semua memakai topeng dan tidak ada satu orang pun yang mengenali mereka," jawab Damian.
"Kau ada di sana saat kejadian?," tanya Maxime berpura-pura terkejut.
"Tidak, tapi ada salah satu anak buah Kakek Armand yang selamat. Dan sekarang aku ada di depan Markas tapi semuanya terlihat sepi dan seperti tidak ada kejadian apapun," jawab Damian.
"Oh ya kau ada dimana sekarang?," tanya Damian.
"Rumah sakit," jawab Maxime.
"Siapa yang sakit?. Kau baik-baik saja kan Max?," tanya Damian terdengar panik.
Maxime terlihat menghela nafas beratnya sebelum menjawab pertanyaan Damian." Aku membawa Grandpa ke rumah sakit," jawab Maxime.
"Tunggu dulu, jangan bilang kau terlibat dalam penyerangan di markas," tuduh Damian.
"Nanti akan aku jelaskan, datanglah ke rumah sakit xxxxx," jawab Maxime.
"Aku segara datang," ucap Damian segara mematikan panggilan teleponannya.
***
Maxime tetap diam dan tidak menoleh saat derap langkah terdengar semakin mendekat. Pria tampak menatap lurus pada pintu ruang UGD. Sudah hampir satu jam Dokter memeriksa keadaan Grandpanya tapi pintu ruangan itu belum kunjung terbuka.
"Bagaimana keadaan Lemos, Max?," tanya Lucas yang sudah duduk disampingnya.
Maxime lagi-lagi menghela nafas beratnya. Dadanya terasa sesak untuk menjawab pertanyaan Lucas. Maxime terlihat menggeleng pelan, lidahnya terasa kelu.
Lucas ikut menghela nafas beratnya."Dia akan baik-baik saja, dia orang yang kuat Max. Dia selama ini bertahan pasti karena ingin melihatmu. Oh ya kau sudah memberitahu Laura?," tanya Lucas.
"Belum, Grandma berada di Indonesia," jawab Maxime.
"Armand dan algojonya sudah berada di markas. Aku tidak akan melakukan apapun padanya. Kau yang berhak menentukan hukuman untuknya," ujar Lucas.
Maxime tampak mengepalkan kedua tangannya dengan rahang yang tampak mengetat saat Lucas menyebut nama Armand.
"Aku tidak akan memberikan pengampunan padanya," jawab Maxime.
"Ya aku tahu, tapi sebaiknya berikan hukuman yang setimpal. Apa yang dirasakan Lemos ia juga harus merasakannya," ujar Lucas.
"Ya...," jawab Maxime.
...****************...
..ingin menyakiti Amelia tapi terkena diri sendiri,Terjebak dengan ulahnya..sebab itu jangan iri dan dengki kan dah kena getah nya...
Apa pandangan MU Lukas cintakah,pada wanita tua lampir itu orang yang ingin mencelakai Cucumu juga ..
Max kau jangan mengiba pulak ,bukankah sudah kau mengancamnya namun apa dia peduli malah ingin meracuni grandpa MU sendiri ,
Bastian lelaki yang tidak pernah tegas kepada kedua wanita kembar lampir memiliki seorang ibu yg ingin meracuni suaminya sendiri... mereka tidak tahu berlatar belakang siapa Grandpa Lemos ....
"Musuh DaLaM SeLiMut"....
Max jangan bertele tele lagi seharusnya berbincang dengan lemos dan Lukas mengenai Laura sebelum melangkah jauh ,..