Karya ini hanya imajinasi Author, Jangan dibaca kalau tidak suka. Silahkan Like kalau suka. Karena perbedaan itu selalu ada 🤭❤️
Perjodohan tiba-tiba antara Dimas dan Andini membuat mereka bermusuhan. Dimas, yang dikenal dosen galak seantero kampus membuat Andini pusing memikirkan masa depannya yang harus memiliki status pernikahan.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
"Besok saya jemput jam 7" ucap Dimas sesampainya dihalaman rumah Dini
Aku mengangguk.
"Terima kasih dan hati -hati dijalan" ucap Dini sebelum menutup pintu.
"Iya" hanya satu kata yang terucap dari bibir Dimas membuat Dini meradang.
"Dasar batu es" gerutu Dini.
Mobil yang ditumpangin Dimas sudah menghilang dari halaman rumah Dini. Dini segera masuk kekamarnya tanpa menyapa orang tuanya karena kebetulan hari ini kedua orang tuanya sedang pergi keluar kota menghadiri pernikahan anak teman kuliah mereka.
"Astaga sudah jam 8, begadang lagi" keluh Dini melihat jam didinding kamarnya. Dini lekas membuka tasnya dan mengerjakan tugas yang diberikan Dimas.
"Dasar dosen ga punya perasaan, ganteng ganteng kejam" omel Dini baru separuh mengerjakan tugasnya.
"Hatchim. Hatchim" Dimas bersin dikamarnya.
Pukul 23.30, Dini baru selesai mengerjakan tugasnya. Dini menutup bukunya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya. Mata Dini sudah tidak bisa diajak kompromi.
***
"Non Dini, Non Dini" suara ketukan yang berasal dari luar pintu membangunkan Dini.
"Iya, mbok. Ada apa?" tanya Dini dengan muka bantalnya.
"Ada yang nyari dibawah, Non"
"Siapa, Mbok?" tanya Dini. Dini masih belum 100 persen sadar.
"Ga tau, Non"
"Ya udah, Mbok. Ntar Dini turun"
Setelah Mbok Yumi turun, Dini menyusul kebawah dengan wajah orang yang baru bangun tidur dan setelan piyama celana pendeknya.
"Maaf, Nyari siapa ya?" tanya Dini ketika melihat seorang laki-laki berkacamata sedang membaca koran diruang tamu.
Laki-laki itu menurunkan korannya dan menatap Dini dengan tatapan tajam.
"Baru bangun?" tanyanya.
"Pak Dimas?" Dini kaget bukan main, Dosen galaknya ada dirumahnya. Dini melihat jam yang berada diruang tamu, waktu menunjukkan jam 07.10.
"Astaga, aku kesiangan" batin Dini.
"Maaf, Pak" setelah mengatakan kalimat itu, Dini berlari menuju kamarnya. Malunya setengah mati
Dimas menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Dini, namun dilain sisi Dimas sempat tegang melihat tubuh Dini yang baru saja bangun dengan piyama pendeknya.
Beberapa lama menunggu, Dini sudah berpakaian rapi dengan celana panjang berbahan jeans dan kemeja berlengan pendek.
"Ayo, Pak" ajak Dini setelah jarak mereka sudah dekat.
"Kamu ga sarapan?"
Dini menggeleng. "Ntar terlambat lagi, bisa repot saya"
Mendengar alasan Dini, Dimas hanya mengangkat bahunya tidak mengerti. Bukan alasan Dini berkata begitu, melihat bagaimana Dimas mengatur waktu dan jika hari ini terlambat maka yang akan kena semprot adalah Dini. Dia menghindari hal itu.
Selama perjalanan menuju kampus, mereka berdua lebih banyak sibuk dengan fikiran masing-masing.
"Nanti turunin saya didepan kampus saja, Pak" ucap Dini
"Kenapa?" tanya Dimas heran
"Ga enak kalau dilihat anak-anak yang lain, Pa" alasan Dini
"Inikan hari sabtu, hanya segelintir mahasiswa saja yang ke kampus. Jadi ikut saja sampai parkiran dosen"
"Iya, dan segelintir mahasiswa tersebut kebanyakan yang mau ngumpul tugas" gerutu Dini pelan.
"Iya" balas Dini akhirnya. Malas kali pagi-pagi harus debat sama laki-laki ini.
"Saya keluar duluan, nanti bapak baru nyusul keluar" ide Dini. Dia malas jika nanti keluar barengan ada yang lihat terus ditanya-tanyain dan dituduh macam-macam.
"Hemm" balas Dimas.
Setelah mengecek keadaan, Dini langsung cepat-cepat keluar dari mobil Dimas.
"Terima kasih atas tumpangannya, Pak" ucap Dini sebelum menutup pintu mobil.
"Oke" jawab Dimas