Yasmina Salsabilla atau yang akrab dengan sapaan Billa ini mengalami ketertinggalan dari teman-temannya yang sudah lebih dulu lulus kuliah disebabkan keterbatasan ekonomi dan membuatnya mengambil kuliah sambil bekerja. Akhirnya Billa dibantu oleh pamannya yang merupakan adik kandung dari almarhum ayahnya.
Dikarenakan mempunyai hutang budi, sang paman pun berniat menjodohkan Billa dengan anak salah satu temannya. Dan tanpa sepengetahuan sang paman, ternyata Billa sudah lebih dulu dilamar oleh Aiman Al Faruq yang tak lain adalah dosen pembimbingnya. Bukan tanpa alasan dosen yang terkenal dingin bak es kutub itu ingin menikahi Billa. Namun karena ia tidak mau mempunyai hubungan dengan sepupunya yang ternyata menaruh hati padanya. Aiman pun memutuskan untuk menikahi Billa agar sepupunya tidak mengganggunya lagi.
Bagaimana kisahnya, apakah Billa menerima lamaran dosennya ataukah menerima perjodohan dari pamannya?
Cerita ini 100% fiksi. Skip bila tidak suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisy Faya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Yudisium
Hari ini adalah hari Yudisium Billa, saat ini ia tampil simple namun menawan dengan kebaya tanpa renda berwarna Oat Brown dengan jilbab berwarna sama dipadukan dengan bawahan batik yang dominan warna hitam dihiasi dengan motif coklat. Riasan simpel di wajahnya terlihat begitu fresh dan menawan. Hari ini Billa hanya ditemani oleh Ocha yang terlihat begitu bahagia melihat Billa yang akhirnya sudah Yudisium.
Billa terlihat lelah dan gerah dengan pakaiannya saat ini, ditambah lagi kakinya begitu sakit setelah menggunakan high heels setinggi 7 cm itu.
“Bil, Pak Aiman ga datang?” Tanya Ocha penasaran sambil melihat sekeliling.
“Dia lagi di Bandung.” Jawab Billa singkat.
“Tega bener tu orang, malah ga ada pas momen-momen begini.” Gerutu Ocha.
“Lagian apa pentingnya sih Cha dia datang, kan cuma Yudisium ini.” Ucap Billa yang sedang membalas chat seseorang.
“Ya kan, seenggaknya hadir loh.” Ocha masih kukuh memprotes. “Lu lagi bales chat siapa?” Lanjutnya bertanya.
“Adek gue, mau ngasih tau kalau gue udah selesai Yudisium,” jelas Billa dan Ocha hanya mengangguk menanggapi.
Billa dikejutkan oleh kehadiran seseorang yang memeluknya dan mengucapkan selamat kepadanya.
“Mbak Rania, kenapa gak bilang-bilang mau datang mbak, kaget saya mbak,” ucap Billa setelah pelukan Rania terlepas dari tubuhnya.
“Sengaja mau kasih kejutan buat kamu.” Ucap Rania tersenyum.
“Selamat ya Mbak Billa,” ucap Khalisa yang ternyata sejak tadi ada disamping Rania.
“Makasih banyak ya Sa sudah datang.” Khalisa mengangguk dan kemudian memeluk Billa sejenak.
“Ini anaknya Mbak Rania ya?” Billa melihat ke arah seorang anak laki-laki yang mungkin berusia 5 tahun sedang digandeng oleh Khalisa.
“Iya, ini Zidan anak mbak yang nomer dua , kalo kakaknya sudah kelas 6 dan sekarang sedang sekolah.” Jelas Rania.
“Oh ya mbak kenalin juga ini sahabat saya, Ocha. Kami juga tinggal satu rumah.” Ocha mengulurkan tangannya ke arah Rania untuk berjabat tangan sebagai tanda perkenalannya dengan Rania. Ocha sudah tahu jika Aiman memiliki seorang kakak perempuan bernama Rania dan adik perempuan bernama Khalisa, karena Billa pernah menceritakan tentang mereka padanya.
“Sebagai ucapan selamat atas Yudisium kamu, mbak mau ajak kamu untuk makan makanan Korea, gimana setuju gak?” Tanya Rania.
“Apa gak ngerepotin mbak?” Tanya Billa tidak enak.
“Ya jelas enggak lah, ayo kalau gitu!” Ajak Rania buru-buru.
Billa benar-benar beruntung bisa bertemu dengan orang-orang baik seperti keluarga Aiman. Mereka dengan lapang dada menerima kedatangan Billa dalam kehidupan mereka. Billa berpikir, mungkin ini salah satu hikmah yang diberikan tuhan untuknya atas hal-hal menyedihkan yang dia terima selama ini. Mereka berbincang setelah menikmati berbagai menu khas Korea yang begitu memanjakan lidah. Berbagai hal lucu dan konyol tidak luput dari pembahasan mereka.
Ditengah serunya pembicaraan mereka, Ocha meminta izin pamit untuk kembali ke tempat kerjanya mengingat jam makan siangnya hampir selesai. Ya saat Ini Ocha bukan lagi seorang pengangguran setelah diterima kerja sebagai seorang Teller di salah satu Bank BUMN.
Sementara itu Khalisa saat ini sedang menemani Zidan yang ingin mandi bola. Tinggal lah Billa dan Rania yang masih terus berbincang.
“Mbak,saya boleh tanya sesuatu?” Ucap Billa.
“Tanya aja Bil, kalau bisa mbak jawab pasti akan mbak jawab.” Tukas Rania.
“ Tapi gak jadi lah mbak, saya ga enak mau nanya nya, nanti akan terkesan kepo sama urusan orang lain,” tutur Billa.
“Gak apa-apa Bil, tanya aja, daripada mengganjal dalam hati kamu.” Sahut Rania.
“Masalah Pak Aiman sama Mbak Aruna,” ujar Billa dengan takut-takut.
“Mereka tidak ada hubungan apa-apa Bil melainkan hanya sepupu yang sudah seperti adik-kakak karena sudah sama-sama sejak lama, bahkan sejak Aruna kecil.” Jelas Rania yang seolah mengerti arah tujuan pertanyaan Billa.
“Saya hanya takut mbak, jika kedekatan saya dengan Pak Aiman, akan menghancurkan sebuah hubungan.” Ujar Billa dengan nada tidak enaknya.
“Tidak ada yang seperti itu Bil, Aiman dengan Aruna memang pernah berniat di jodohkan, lebih tepatnya orang tua Aruna ingin menjodohkan Aruna dengan Aiman, tapi Aiman sama sekali tidak setuju dengan usulan itu, dan orang tua kami akan selalu menghargai keputusan anak-anaknya, jadi mereka juga akan keberatan jika anaknya tidak setuju.” Jawab Rania.
“Dulu orang tua kami juga sudah berusaha untuk meyakinkan Aiman menerima Aruna, mengingat Aruna adalah gadis yang baik dan santun. Terlebih lagi Aiman tidak pernah dekat dengan seorang perempuan. Tapi semua itu berubah ketika Aiman mengatakan jika ia sudah memiliki seorang calon, tapi belum siap untuk mengenalkannya kepada kami.” Lanjut Rania.
“Saya jujur aja ya mbak sama mbak, saya harap mbak dapat maklum dengan apa yang akan saya sampaikan ini.” Ucap Billa.
“Tentang apa Bil?” Tanya Rania penasaran.
“Tentang diri saya mbak, tentang hidup saya dan semuanya tentang saya mau saya ceritakan ke mbak. Saya tidak berasal dari keluarga berada mbak,” ucap Billa lalu menghela nafas sejenak.
“Terlalu banyak permasalahan yang saya alami mbak, permasalahan dengan paman saya yang meminta kembali semua uang yang pernah ia berikan untuk membantu kami sekeluarga, dan paman saya juga berniat menjodohkan saya dengan putra dari kerabat kerjanya.” Mata Billa menatap ragu ke arah Rania, ia takut menunggu respon dari kakak Dosennya itu.
“Aiman tahu permasalahan ini?” Tanya Rania dengan raut wajah yang sulit Billa artikan.
“Iya mbak, Pak Aiman sudah tahu semuanya, bahkan Pak Aiman membantu saya melunaskan hutang saya kepada paman saya mbak, saya benar-benar tidak enak menerima segala kebaikan Pak Aiman itu.” Jawab Billa dan masih takut-takut akan respon selanjutnya dari Rania.
“Tapi dia tetap maju kan, tidak mundur selangkah pun dari kamu kan Bil, itu artinya dia sudah siap menerima semuanya tentang kamu Bil, dia menyelesaikan semua permasalahan kamu, sepeduli itu Aiman sama kamu, jadi mbak minta sama kamu, tolong terima Aiman sepenuh hati seperti dia menerima kamu Billa.” Tutur Rania penuh permohonan. Billa mengerutkan keningnya, ia bingung dengan ucapan Rania.
“Billa, mbak begitu memahami Aiman, walaupun dia diam tidak banyak bicara tapi mbak bisa membaca semuanya tentang dia. Aiman itu bukanlah laki-laki yang mudah dekat seseorang Bil, melihat Aiman jatuh cinta adalah keajaiban bagi kami semua, apalagi ketika dia sudah mengenalkan kamu kepada kami semua itu artinya dia tidak akan main-main dengan rasanya. Aiman sudah jatuh terlalu dalam untuk kamu Bil. Dan mbak juga seolah bisa menebak kalau kamu masih ragu untuk menerima Aiman, masih banyak pertanyaan yang muncul di benak kamu tentang Aiman.” Lanjut Rania, membuat Billa seolah-olah kehilangan suaranya untuk menjawab.
Obrolan mereka terhenti ketika ponsel Billa berdering menampilkan nama Pak Aiman Dosbing😈 sebagai penelpon.
“Jawab tuh, Dosen Pembimbing kamu telpon, pasti mau ucapin selamat Yudisium buat kamu,” goda Rania membuat pipi Billa memanas.
Billa menjawab panggilan Aiman, dan benar saja laki-laki itu memberi ucapan selamat kepada Billa karena sudah sampai ke tahap Yudisium, sekalian Aiman juga meminta maaf tidak dapat hadir, karena ia sedang mengurus pekerjaannya di Bandung. Tidak sampai 2 menit, panggilan itu sudah berakhir, dan Billa meletakkan kembali ponselnya ke atas meja, lalu menatap ke arah Rania yang tengah mengulum senyumnya.
“Kenapa mbak?” Tanya Billa heran menatap ekspresi wajah Rania.
“Aiman tahu gak, kalau nama kontaknya di ponsel kamu ada emot setannya?” Tawa Rania pecah setelah menanyakan hal itu. Refleks Billa membulatkan matanya terkejut dengan pertanyaan Rania.
“Pasti dia Dosen yang kejam ya Bil, sampai-sampai kamu menaruh emot setan itu di nama kontaknya.” Rania masih belum bisa menghentikan tawanya.
“Jangan bilang-bilang Pak Aiman ya mbak, bisa habis saya mbak.” Pinta Billa dengan senyum canggung dan tentu saja disambut tawa lepas Rania.