NovelToon NovelToon
Contracted Hearts

Contracted Hearts

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Chu-Chan

Lyra terpaksa cuti dari pekerjaannya untuk menjenguk neneknya yang sakit di kota N, hanya untuk menemukan bahwa neneknya baik-baik saja. Alih-alih beristirahat, Lyra malah terlibat dalam cerita konyol neneknya yang justru lebih mengenalkan Lyra pada Nenek Luna, teman sesama pasien di rumah sakit. Karena kebaikan hati Lyra merawat nenek-nenek itu, Nenek Luna pun merasa terharu dan menjodohkannya dengan cucunya, seorang pria tampan namun dingin. Setelah nenek-nenek itu sembuh, mereka membawa Lyra bertemu dengan cucu Nenek Luna, yang ternyata adalah pria yang akan menjadi suaminya, meski hanya dalam pernikahan kontrak. Apa yang dimulai sebagai perjanjian semata, akhirnya menjadi permainan penuh teka-teki yang mengungkap rahasia masa lalu dan perasaan tersembunyi di antara keduanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chu-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 7

Suara alarm memenuhi keheningan kamar. Lyra Zara Amani membuka matanya perlahan, mengernyit saat suara itu terus berdering. Dengan tangan yang masih setengah sadar, ia meraba meja kecil di samping tempat tidurnya, berusaha menemukan ponsel untuk mematikan alarm. Namun, setelah beberapa detik meraba tanpa hasil, Lyra mendesah kesal dan bangkit dari posisi tidurnya.

Ternyata bukan alarmnya yang berbunyi, melainkan milik Aira. Semalam, Aira ngotot tidur di kamar Lyra dengan alasan merindukannya setelah beberapa hari tidak bertemu. Meski Lyra menyayangi sahabatnya itu, ia masih merasa sedikit pusing akibat perjalanan dengan Aira semalam. Mobil yang penuh aksesori ditambah cara menyetir Aira yang sedikit ugal-ugalan benar-benar membuat kepalanya berdenyut.

Melangkahi tubuh Aira yang masih terlelap di sampingnya, Lyra mengambil ponsel Aira di meja kecil untuk mematikan alarm. Ponsel itu menunjukkan pukul 6 pagi, sementara jam kerja mereka dimulai pukul 8. Ia mencoba membangunkan Aira dengan menggoyangkan bahunya. Namun, seperti biasa, Aira tetap tidur nyenyak seperti batu.

Lyra memutuskan untuk melanjutkan rutinitasnya. Ia segera membersihkan diri di kamar mandi, lalu menyiapkan sarapan sederhana untuk mereka berdua. Tiba-tiba terdengar suara jeritan melengking dari kamar.

"AAAARGH! Sudah jam setengah tujuh?! Aku kesiangan!" suara Aira menggema, diiringi langkah tergesa-gesa keluar dari kamar.

Lyra, yang sudah terbiasa, hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum tipis. "Alarm tidak berguna? Padahal sudah kau setel jam lima pagi berbunyi berulang kali," gumamnya.

Aira sibuk mondar-mandir mencari barangnya, sembari mengomel, "Benar-benar sial! Kenapa aku selalu tidak bangun tepat waktu?!"

Beberapa saat kemudian, Lyra bersiap untuk berangkat kerja ia juga sudah selesai sarapan. Aira bergegas keluar, memakai sepatunya.

Lyra menyodorkan bekal yang sudah disiapkannya ke tangan Aira. "Bekalmu, jangan lupa."

Lyra sudah menyiapkan bekal untuk Aira, dia tahu kebiasaan aira yang sering terlambat hingga melewatkan sarapannya.

"Oh iya! Terima kasih, sahabatku!" seru Aira dengan nada penuh terima kasih sebelum melanjutkan kegiatannya.

Setelah semuanya siap, mereka keluar dari kontrakan kecil itu bersama. Lyra telah memesan taksi online untuk perjalanan ke kantor. Perjalanan biasanya memakan waktu 20 menit, tetapi jika macet bisa sampai 45 menit.

Di dalam mobil, Aira bersenandung riang. "Bagaimana menurutmu nada ini?" tanyanya tiba-tiba.

"Uhmm, bagus. Kau menulis lagu lagi?" tanya Lyra tanpa menoleh.

"Yup! Ini untuk game baru yang akan diluncurkan oleh perusahaan. Gaya visualnya semi-realistis dengan warna lembut, menciptakan nuansa dunia fantasi klasik. Musiknya akan bervariasi, dari simfoni orkestra hingga nada melankolis dengan alat musik tradisional seperti seruling dan kecapi, oh, iya nanti ketua tim akan menjelaskan lebih detail kepadamu." jelas Aira panjang lebar.

"Ah, kupikir kau sedang menulis untuk agensi musik lagi," balas Lyra singkat.

"Itu urusan lain. Tentu saja aku punya banyak lagu untuk itu!" Aira membusungkan dada, bangga. "Aku bahkan sudah mengirimkan instrumen musik ke agensi tempat Naveed Akhtar Al-Nasse bekerja. Bayangkan kalau dia menyanyikan lagu-lagu ciptaanku. Bahagia sekali!" jeritnya kecil.

Lyra memutar bola mata. "Mulai lagi dengan khayalanmu."

Sesampainya di kantor, Aira menyapa semua rekan kerja dengan antusias, sementara Lyra langsung menuju meja kerjanya dan memeriksa dokumen yang sudah disiapkan di atasnya.

"Symphonia Chronicles. Mungkin ini game yang tadi dibahas Aira," pikir Lyra.

Bu Zee, kepala tim divisi Pengembangan Game, datang menghampiri Lyra. "Kau sudah kembali, Lyra. Bagaimana kabar nenekmu?"

"Nenek saya sudah jauh lebih baik, Bu," jawab Lyra dengan sopan.

Bu Zee melirik dokumen di tangan Lyra. "Oh, kau sudah melihat dokumen itu. Tolong pelajari ya. Kita akan rapat dengan Creative Director jam 10."

"Baik, Bu," jawab Lyra sambil mengangguk.

Setelah beberapa saat membaca dokumen dan mencatat poin-poin penting, Lyra dipanggil oleh Aira untuk menghadiri rapat “Ara, Bu Zee memintamu ke ruang rapat.”Ucap Aira.

Lyra melihat jam ditangannya, “Jam 10.”gumamnya, ia pun membereskan beberapa dokumen dan bergegas ke ruang rapat.

Di ruang rapat, sudah banyak anggota tim yang hadir. Presentasi dimulai dengan Lyra menjelaskan konsep game secara detail.

"Symphonia Chronicles," katanya membuka presentasi. "Ini adalah game yang menggabungkan eksplorasi dunia terbuka dengan gameplay berbasis musik. Pemain akan berperan sebagai Virtuoso, pahlawan yang menggunakan alat musik magis untuk melawan makhluk gelap bernama Dissonance."

Presentasi Lyra berlangsung selama 30 menit, diselingi sesi tanya jawab. Evan, salah satu Creative Director perusahaan, terlihat sangat tertarik dengan konsep yang dia paparkan.

Evan mengangguk perlahan, matanya mulai menunjukkan antusiasme. “Hmm… menarik. Jadi, alat musik menjadi fokus gameplay. Bagaimana cara pemain berinteraksi dengannya?”

Lyra menyentuh layar presentasi yang menunjukkan ilustrasi alat musik magis. “Setiap alat musik berfungsi sebagai senjata dan alat eksplorasi. Misalnya, Biola Pedang (Aurea Stringblade) menciptakan serangan gelombang suara yang tajam. Flute Daggers (Zephyr Notes) digunakan untuk serangan jarak dekat dan membingungkan musuh dengan nada tinggi.

Drumhammer (Rhythm Crasher) menciptakan gempa kecil di area sekitar. Selain itu, pemain dapat memainkan melodi tertentu untuk memecahkan teka-teki atau membuka area tersembunyi.”

“Kreatif.” Evan mengusap dagunya, terlihat terkesan. “Tapi, bagaimana dengan cerita? Apa yang membuat pemain terhubung secara emosional?”

Lyra menunjuk peta dunia yang disebut Elarion di layar. “Ceritanya berpusat pada Harmonia Nexus, pusat energi dunia yang mulai retak. Pemain harus mengumpulkan Harmonic Keys untuk memperbaiki Nexus, sambil berhadapan dengan Dissonance. Setiap wilayah memiliki tema unik, Symphonia Plains dengan suasana hijau dan damai. Abyssal Orchestra, dunia bawah tanah yang kelam. Hubungan emosional terbangun melalui interaksi dengan NPC yang memiliki cerita personal. Misalnya, seorang NPC kehilangan kemampuannya untuk bernyanyi karena trauma, dan pemain harus memainkan melodi tertentu untuk mengembalikan ingatannya.”

Evan menyandarkan tubuhnya ke depan dengan tatapan tajam. “Bagus, kedengarannya ada banyak lapisan cerita yang bisa dikembangkan. Bagaimana dengan musik? Kamu tahu betapa pentingnya itu untuk game seperti ini.”

“Musik adalah inti dari segalanya,” jawab Lyra dengan nada penuh semangat. “Kami akan menggunakan orkestra dinamis soundtrack akan berubah sesuai situasi. Misalnya, saat bertarung, musik akan menjadi lebih intens dengan drum dan string. Pemain juga dapat berkontribusi pada musik dengan memainkan melodi yang memengaruhi lingkungan, seperti menyembuhkan pohon atau memanggil hewan.”

Evan terlihat berpikir sejenak. “Oke, itu bisa menjadi pengalaman yang sangat imersif. Tapi kita perlu mempertimbangkan replayability. Apa elemen yang membuat pemain terus kembali?”

Lyra memindahkan layar presentasi ke daftar fitur tambahan. “Selain eksplorasi dunia terbuka dan cerita utama, kami akan memiliki, misi harian dan mingguan untuk mendapatkan item langka. Event berbatas waktu, seperti festival musik dalam game. Co-op Mode, di mana pemain bisa bermain dengan teman untuk menyelesaikan tantangan musik bersama.”

Evan tersenyum lebar dan menyilangkan tangannya. “Hebat, Lyra. Kamu benar-benar memikirkan semuanya. Aku suka idenya, tapi apakah kita punya target pasar yang jelas?”

“Target kita adalah pemain yang menyukai dunia terbuka seperti Genshin Impact atau Zelda, tetapi juga penggemar game berbasis musik seperti Osu! dan Theatrhythm Final Fantasy,” jawab Lyra percaya diri. “Game ini akan menjadi kombinasi sempurna dari kedua genre.”

Evan berdiri dari kursinya dan mengangguk penuh persetujuan. “Oke, aku suka arah yang kamu ambil. Buatkan prototipe kecil dan presentasikan kepada dewan. Jika semua berjalan lancar, kita bisa menjadikannya proyek besar berikutnya.”

“Terima kasih, Pak Evan,” kata Lyra sambil menutup presentasi. “Saya akan segera menyiapkan semuanya!”

Evan berjalan keluar ruangan, sesekali menoleh ke Lyra. “Lyra, ide ini punya potensi besar. Pastikan timmu tahu bahwa aku akan mendukung mereka sepenuhnya.”

“Tentu, Pak. Ini akan menjadi mahakarya kita berikutnya.” Lyra tersenyum penuh semangat.

1
Yuliasih
kpn nie d up nya...
Yuliasih
keren
Chu-Chan
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!