Albert Smirt, mafia kejam yang ditakuti semua orang. Dan yang membuat kita tahu bahwa mafia ini juga sering bermain dengan wanita mal4m maupun wanita pengh1bur untuk memenuhi kebutuhannya. Namun saat ia bertemu dengan seorang wanita yang bernama Bella/Bellinda dari sebuah insiden, membuat dirinya jatuh cinta pada pandangan pertama dan merubah dirinya menjadi pria yang sangat posesif hingga membuatnya candu. Bagaimana selanjutnya?
"Kita mulai yah!" kata Albert.
"Tapi, mungkin ini sakit," ucap Bella.
"Aku tidak akan menyakitimu, Sayang. Jadi kita mulai yah!" ucap Albert sekali lagi yang di jawab anggukan kepala oleh Bella.
penasaran? yukk baca!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aery_your, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku mencintaimu
"Habisi dia! Habisi penyusup yang ingin mencelakai, ketua!" perintah Frans yang sudah membelakanginya.
"Tuan, Frans. Saya bukan penyusup. Saya mohon jangan hukum saya!" mohon pria itu.
"Kerjakan!" tegas Frans dan segera Boy melaksanakannya.
Setelah kepergian penyusup itu Frans mendekati Bella. "Siapa pria itu?" tanya Bella.
"Dia adalah, Iyan salah satu anak buah Albert yang sudah tidak bekerja dengan, Albert."
"Tapi mengapa dia ingin mencelakai, Albert?"
Frans diam sejenak sebelum ia menjawab. "Entah. Mengapa dia berbuat seperti itu. aku pun tidak tahu apa maksud dia datang kemari dan ingin mencelakai, Albert," jelas Frans.
Bella mengangguk. Gadis itu langsung memanggil semua anak buah Albert.
"SEMUANYA KUMPUL!" teriak Joe.
Semuanya pun kumpul di hadapan Bella, Frans dan juga Joe.
"Aku ingin kalian berjaga lebih ketat lagi. Aku tidak ingin seorang penyusup masuk ke dalam mansion ini lagi dan berusaha mencelakai, Albert! Periksa CCTV! Seret orang yang terlihat mencurigakan!" perintah Frans.
Semuanya saling menatap lalu menangguk. "APA KALIAN MENGERTI?" teriak Bella.
"Siap Tuan, Nona," jawab mereka secara bersamaan.
Frans dan Joe yang melihat ketegasan Bella merasa bangga. Perubahan sikap Bella benar-benar drastis. Apabila Albert melihatnya pria itu sangat bangga telah memiliki kekasih seperti Bella.
Setelah Bella mendengar jawaban itu. Ia segera kembali ke kamar Albert.
***
Albert menatap Bella begitu dalam. Dalam diam pria itu memperhatikan raut wajah kekasihnya yang terlelap tidur tepat disampingnya Albert. Ia berpikir sosok bidadari cantik menemaninya semalam hingga pagi ini.
Albert yang merasa bahagia melhat Bella disampingnya dengan refleks tangan kanannya mengusap lembut pucuk kepala itu dengan lembut. Membuat sang empu terusik dari tidurnya.
Mata indah itu terbuka sedikit demi sedikit melihat sosok tampan yang tengah tersenyum padanya.
Sontak Bella terkesiap. Gadis itu langsung duduk tegap meraih tangan kekar Albert dan di elusnya.
"Kamu sudah bangun? Apa kamu merasa sakit? Kalau ia, minum obat dulu yah? Eh, tidak! Kamu sarapan dulu!" tanya Bella begitu khawatir padanya.
Albert terkekeh mendengar pertanyaan Bella Begitu banyak pertanyaan yang di lemparkan olehnya.
Bella menggulum senyumnya, setelah melihat Albert terkekeh padanya.
Perlahan tubuh Albert bangkit berusaha duduk bersandar di divan tempat tidur.
"Eh, ngapain? Kamu istirahat saja dulu!"
Albert menggerakkan tangannya menyentuh pipi Bella. "Terimakasih kamu telah menemani aku dari semalam hingga sekarang, Bella."
Bella tersenyum memperlihatkan senyum indahnya yang membuat Albert candu.
"Senyumanmu, aromamu, wajahmu dan semuanya membuat aku candu, Bella," ucap Albert pelan.
Kedua pupil mata Bella berbinar tatkala ia mendapat pujian dari kekasihnya yang mafia itu.
Secantik apakah Bella?
"Sayang.. maafkan aku telah mengacuhkan dirimu beberapa hari ini. Aku tidak bermaksud untuk menjauh. Hanya saja aku ingin memberimu pelajaran agar kamu bisa sadar dengan apa yang selama ini kamu perbuat di masalalu agar kamu tidak melakukan hal yang sama lagi!" jelas Bella.
Sayang? mendengar itu Albert merasa bahagia.
Albert mengangguk. "Kamu tenang saja Sayang. Aku disini setia untuk kamu. Hati dan tubuh ini hanya untuk kamu, Bella," jelas Albert membuat Bella tersenyum bahagia.
Semoga hubungan percintaan mereka selalu bahagia. Tapi apakah, mereka akan bahagia selamanya?
"Ah..." Albert terpekik saat perih menjalar di bagian belakangnya.
"Ada apa?" tanya Bella khawatir. "Aku akan menghubungi, Dimas," lanjutnya segera beranjak dari sana. Namun tangannya di cekal oleh Albert membuat Bella kembali duduk.
"Ada apa?" Kini Bella bertanya.
"Aku hanya ingin di rawat oleh kamu saja. Aku tidak ingin di rawat oleh orang lain," jelasnya.
"Tapi, Sayang.. aku takut luka kamu nanti kenapa-napa," jelas Bella. Gadis itu kembali beranjak namun Albert kembali mencegah.
"Jangan. Aku hanya butuh kamu, Bella," cerca Albert merengek.
Albert terus saja merengek, memaksa Bella agar tetap bersamanya disini. Hingga Bella tak bisa menolaknya selain memberikan sapuan tangan di wajah sang kekasih.
Albert tak menyadari, bagaimana tangan Bella mengusap lembut wajahnya karena senyum indah itu mengalihkan dunianya.
Albert tak mampu bertahan dengan senyum indah dengan bibir yang terukir indah di tempatnya. Membuat Albert mendaratkan ciumannya rakusnya pada gadis itu hingga Bella tak mendapatkan pasokan udara membuat dirinya terengah-engah
Albert yang menyadari Bella seperti itu sontak melepas pungutannya dan tersenyum mengejek.
Bukk
"Ahhh!!" ringis Albert saat mendapat hadiah pukulan dari sang kekasih.
"Eh, maaf." Bella mengusap bekas pukulannya di bidang dada Albert membuat Albert terkekeh. Sepertinya Albert hanya ingin menggodanya.
Seketika wajah Bella memerah bagai kepiting rebus. "Wajah kamu memerah, Sayang," goda Albert pada Bella.
Bella menyadari itu sebab wajahnya terasa panas. Sontak ia cepat menutupnya dengan kedua tangan.
"Haha kamu kenapa?" tanya Albert kembali menggoda.
"Ahh.. jangan kamu goda aku seperti itu! Aku malu," ujar Bella masih menutup wajahnya sambil menggeleng malu.
Hari itu Bella lebih menghabiskan waktunya bersama Albert di mansion. Karena menurutnya saat ini kesehatan Albert lebih penting dari apapun. Ia sudah izin oleh dosen mata pelajaran tiga hari kedepan.
***
Siang itu, Bella beranjak keluar dari kamar setelah ia tahu bahwa Albert sudah tertidur lelap. Ia pun turun menuju halaman belakang mansion menghirup angin siang yang segar dimana halaman itu memiliki banyak tumbuhan dan pepohonan.
Tuhan, izinkan aku bahagia. Izinkan aku membahagiakan, Albert yang dimana pria itu memberiku kebahagiaan.
Langkah seseorang terdengar dari belakang Bella membuat Bella menoleh dengan cepat. Ia takut apabila penyusup datang kembali dan ingin mencelakai Albert atau pun dirinya yang dimana keberadaannya sudah di ketahui di beberapa Klan mafia.
"Eh, Frans," sapa Bella.
Frans tersenyum manis pada gadis yang menyapanya. "Bagaimana keadaan, Albert?" tanya Frans.
Bella melipat kedua tangannya di dada lalu menatap lurus ke depan. "Albert sudah mendingan kok. Kenapa kamu tidak mempertanyakan hal itu pada Albert sendiri?" tanya Bella.
Frans tersenyum mendengarnya. Bella tidak tahu bahwa Frans dan Albert baru saja mengalami percekcokan karenanya.
"Hum.. aku ingin bertanya sesuatu padamu. Bolehkan?" tanya Frans.
Bella mengangguk. "Silahkan!"
Frans menghela nafas panjang lebih dulu lalu membuangnya. "Katakan!" pinta Bella yang sudah menunggu pertanyaan dari Albert.
"A apakah--" ucapan Frans terhenti saat jantungnya berdegup kencang merasakan ketakutan saat ia tahu kenyataan yang sebenarnya.
"Apakah apa?" tanya Bella menaikkan saru alisnya.
Frans berdehem sebentar. "Ehem, i itu." Tiba-tiba Frans menjadi gugup di hadapan Bella. Bella terdiam masih menunggu pertanyaan yang akan Frans keluarkan.
"Mengapa kamu tidak kuliah?"
Deg
Pertanyaan apa ini? Bella terkekeh. "Kamu hanya ingin mengatakan itu, tapi kamu malah gugup. Baiklah aku jawab, tiga hari ini aku izin untuk merawat, Albert saja. Apabila dosen tak mengizinkannya, aku akan menembak dia." Mendengar itu mata Frans sontak melotot horor.
Ia berpikir, bisa-bisanya Bella ingin menembak dosen yang tidak mengizinkannya.
"Hahah! Aku hanya bercanda kok. Kamu kenapa serius seperti ini?"
Frans menggeleng dengan senyumannya. "Benar-benar Bella membuat aku gemes. Dia benar-benar banyak berubah," gumam pria itu.