[SEDANG PROSES REVISI]
Shakila Anara Ainur sudah pernah bertemu dengan berbagai jenis konsumen. Dari Ia yang hanya seorang karyawan toko sampai sekarang menjadi owner butik, rasanya tidak ada satupun konsumen yang belum pernah Ia temui. Namun, hari itu Ia bertemu dengan konsumen tidak terduga yang memintanya menjadi istri kedua.
Shakila tersinggung sebagai perempuan yang memiliki prinsip tidak ingin menjadi orang ketiga dalam pernikahan orang lain, tapi hatinya yang lembut dan tidak tegaan membawanya masuk ke dalam pernikahan poligami dengan Abian Devan Sanjaya sebagai kepala rumah tangganya.
Pernikahan itu membuat Shakila menjadi seorang ibu tanpa melahirkan anak, karena Abian dan istri pertamanya —Zahra sudah dikaruniai seorang putri cantik bernama Khansa.
Shakila sangat menyayangi Khansa sebagai putri dari suaminya, akan tetapi kesalahpahaman terjadi dan masalah demi masalah kian hadir dalam pernikahannya dengan Abian.
Bagaimana kisahnya? ikuti terus ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Alquinsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 : Terjebak
Shakila menggeleng, menepis apa yang baru saja terlintas di pikirannya. Jika sekarang Ia berpikir ingin melengkapi kekurangan dalam rumah tangga orang lain, berarti Ia sama saja dengan selingkuhan-selingkuhan ayahnya.
"Kalau Ibumu mampu memuaskan Ayahmu, tidak mungkin Ayahmu selingkuh."
Shakila mengepalkan tangan mengingat apa yang pernah selingkuhan ayahnya katakan padanya. Ia tidak mengerti bagaimana cara pelakor itu berpikir, bisa-bisanya mereka bangga menjadi pemuas nafsu suami orang.
"Menjijikkan sekali," gumam Shakila tanpa sadar karena terlalu kesal dengan selingkuhan ayahnya yang dulu membanggakan diri di hadapannya.
Shakila sangat membenci pelakor seperti selingkuhan ayahnya itu. Modal mengangkang di depan suami orang saja sudah merasa diri mereka paling sempurna.
Shakila ingat betul dulu selingkuhan ayahnya bahkan menyebutnya tidak laku. Hah, padahal yang jualan dirinya sendiri, tapi orang lain yang disebut tidak laku.
"Jelas-jelas yang tidak laku dia sendiri, tidak laku dengan yang masih lajang sampai harus memiliki hubungan dengan suami orang."
Saat Shakila kesal dengan orang yang ditemuinya di masa lalu, suara Adiba di jok belakang mengalihkan atensinya.
"Menjijikkan?" tanya Adiba terkejut mendengar Shakila mengucapkan kata itu.
"Eh?" Shakila reflek menatap Adiba yang berada di jok belakang mobilnya. Hanya sebentar karena posisinya Shakila masih menyetir mobil.
"Maksud saya, menjijikkan sekali pakaian saya kotor," ucap Shakila saat matanya tidak sengaja melihat pakaian bagian bawahnya yang kotor akibat kecipratan air.
"Oh, pakaian Anda?" Adiba langsung mempercayai perkataan Shakila karena tahu sekotor apa pakaian Shakila setelah hujan-hujanan.
"Kita mampir dulu saja ke toko baju sebentar, saya bisa membelikan pakaian baru untuk mengganti pakaian Anda yang kotor," ucap Adiba tidak enak karena dirinyalah penyebab pakaian Shakila basah dan kotor.
"Tidak perlu diganti, lagipula ini hanya terkena kotoran dan masih bisa dicuci."
"Tapi Anda pasti kedinginan."
"Di depan ada butik saya, jika boleh saya ke butik saya sebentar untuk ganti pakaian."
"Oh, tentu saja boleh. Kita bisa mampir ke butik Anda."
Tidak ada percakapan lagi setelahnya. Setelah mampir sebentar ke butik untuk berganti pakaian, Shakila melajukan kembali mobilnya untuk mengantar Adiba dan Khansa ke rumah sakit.
-
-
Disinilah Shakila berada sekarang, di ruangan tempat Zahra dirawat. Shakila berniat pulang setelah mengantarkan Adiba dan Khansa ke rumah sakit, tapi Adiba melarang Shakila pulang dan mengajaknya masuk ke ruangan Zahra.
"Untung saja tadi ada kak Shakila yang mengantar kami kesini, jika tidak aku tidak tahu harus bagaimana menghadapi Khansa," ucap Adiba mengakhiri ceritanya pada kakak dan kakak iparnya.
Anak kecil yang mereka bicarakan saat ini berada dalam gendongan babanya dan sedang tertidur pulas dalam dekapan hangat laki-laki yang menjadi cinta pertamanya itu.
Khansa belum bangun lagi semenjak ketiduran di mobil Shakila. Bahkan Shakila lah yang menggendong Khansa sampai Khansa masuk ke ruangan ummanya dan diambil alih oleh babanya.
"Maaf sudah merepotkanmu," ucap Zahra merasa tidak enak sudah merepotkan adik iparnya.
Zahra kemudian beralih menatap perempuan yang mengenakan burqa di hadapannya yang terasa tidak asing baginya, "Shakila?"
"Iya, saya Shakila. Tadi saya tidak sengaja bertemu mereka," jawab Shakila.
Zahra tersenyum mengetahui perempuan di depannya benar-benar Shakila. Ia yakin kehadiran Shakila disana karena Allah SWT mengabulkan doa-doanya selama ini.
"Mas, Adiba ada disini?" suara itu menginterupsi mereka. Adam menyelonong masuk ke dalam ruangan Zahra tanpa mengetuk pintu ataupun mengucapkan permisi.
"Kamu tidak bisa ketuk pintu dulu ya?" tegur Abian karena kedatangan Adam mengusik tidur putri kecilnya.
Khansa tidak bangun. Gadis kecil itu hanya sedikit menggerakan tubuhnya karena merasa terganggu oleh suara berisik yang Adam timbulkan.
"Maaf, mas," cicit Adam saat melihat gadis kecil yang sedang Abian gendong.
Adam tidak tahu keponakannya sedang tidur dan bersikap sembrono karena mengkhawatirkan adik dan juga keponakannya.
"Kenapa digendong, mas? kenapa tidak ditidurkan dulu Khansa nya?" tanya Adam berniat mengambil alih Khansa supaya keponakannya bisa tidur dengan lebih nyaman.
Adam tidak tega melihat Khansa tidur dengan posisi digendong oleh Abian. Pasti badan Khansa akan sakit jika terus dibiarkan seperti itu.
"Tidak apa-apa, biarkan saja. Takutnya Khansa malah bangun," perkataan Zahra membuat Adam mengurungkan niatnya mengambil alih Khansa.
Jika kakak iparnya sudah berkata seperti itu, Adam tidak bisa apa-apa selain menuruti kakak iparnya. Ia tidak tega melihat Khansa, tapi Ia juga tidak berhak untuk membantah kakak iparnya.
"Baiklah."
Mata Adam kini tertuju pada perempuan asing yang ada di ruangan kakak iparnya. Entah kenapa Ia merasa familiar dengan perempuan ini.
"Kenapa aku merasa mengenal perempuan ini?" gumam Adam dalam hati menatap Shakila yang terasa familiar baginya.
Adam merasa bahwa perempuan di depannya adalah perempuan pemilik butik yang diam-diam dikaguminya selama ini.
"Jaga pandangan, kak. Astaghfirullah," tegur Adiba menyadari tatapan tidak biasa kakaknya.
Mereka adalah keluarga yang paham agama. Tidak ada satupun anggota keluarga mereka yang matanya jelalatan melihat yang bukan marham.
Adiba menegur Adam karena Adam terlalu lama menatap Shakila yang bukan mahramnya yang dikhawatirkan menimbulkan syahwat.
Adam langsung mengalihkan pandangannya setelah mendapat teguran dari Adiba dan langsung beristighfar dalam hati.
"Oh ya, kenalkan ini Shakila, calon istri mas kalian," ucap Zahra tiba-tiba mengenalkan Shakila sebagai calon istri Abian.
Shakila belum setuju menikah dengan Abian, tapi Zahra sudah mengklaim Shakila sebagai calon istri kedua Abian.
"Sayang!" Abian nampak keberatan dengan cara istrinya mengenalkan Shakila.
Tidak ada yang setuju untuk menikah, kenapa Zahra bicara seperti itu di depan adik-adik Abian?
"Apa maksudmu, Mba?" tanya Adiba tidak mengerti.
Bagaimana bisa perempuan yang sudah membantunya dan mengantarkannya ke rumah sakit tiba-tiba menjadi calon istri kakaknya?
Bukannya menjawab pertanyaan Adiba, Zahra justru malah melemparkan pertanyaan pada Shakila, "Shakila, kamu sudah memikirkannya, kan? kamu mau menikah dengan suamiku?"
Shakila tidak tahu situasi seperti apa yang sedang dihadapinya sekarang. Ia juga bingung karena Zahra tiba-tiba saja menanyakan itu padanya.
"Kamu tahu kenapa kamu bisa ada disini?" Zahra kembali melemparkan pertanyaan pada Shakila yang masih terdiam kaku di tempatnya.
Shakila sama sekali tidak mengerti yang sedang Zahra bicarakan. Ia berada disana hanya karena rasa kemanusiaannya. Bukan karena ada hal lain.
Jika tahu akan seperti ini, Shakila juga tidak akan mau mengantarkan Adiba dan Khansa ke rumah sakit. Lebih baik menjadi orang yang tidak berempati daripada dihadapkan dengan hal seperti ini.
"Beberapa hari ini aku selalu berdoa supaya kamu bisa menjadi istri kedua suamiku. Dan kamu berada disini sekarang karena Allah mengabulkan doa-doaku," jelas Zahra.
Shakila tidak bisa mengatakan apa-apa. Ia merasa terjebak karena ternyata Zahra melibatkan Allah SWT dalam masalah ini.
jdi istri nya tetep 2 ya kan Bu😁😁😁
harusnya kalo mau nikah lagi yaa nunggu jadi duda dulu😁😁aq team monogami, jadi rada nyesek kalo baca cerita gini....untung aja ini di dunia hallu😁🙏🙏
sabarr ya Damm😁😁