Di sebuah desa kecil bernama Pasir, Fatur, seorang pemuda kutu buku, harus menghadapi kehidupan yang sulit. Sering di bully, di tinggal oleh kedua orang tuanya yang bercerai, harus berpisah dengan adik-adiknya selama bertahun-tahun. Kehidupan di desa Pasir, tidak pernah sederhana. Ada rahasia kelam, yang tersembunyi dibalik ketenangan yang muncul dipermukaan. Fatur terjebak dalam lorong kehidupan yang penuh teka-teki, intrik, kematian, dan penderitaan bathin.
Hasan, ayah Fatur, adalah dalang dari masalah yang terjadi di desa Pasir. Selain beliau seorang pemarah, bikin onar, ternyata dia juga menyimpan rahasia besar yang tidak diketahui oleh keluarganya. Fatur sebagai anak, memendam kebencian terhadap sang ayah, karena berselingkuh dengan pacarnya sendiri bernama Eva. Hubungan Hasan dan Fatur tidak pernah baik-baik saja, saat Fatur memutuskan untuk tidak mau lagi menjadi anak Hasan Bahri. Baginya, Hasan adalah sosok ayah yang gagal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miftahur Rahmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membalas sang bayangan
Semakin hari suasana rumah Hasan semakin mencekam, dihiasi teriakan, kekerasaan dan tangisan. Hasan semakin bersikap dingin pada Eva. Bahkan dia tidak menyapa sang istri saat makan bersama. Hasan selalu menatap sang istri penuh curiga.
Keesokan harinya, Hasan semakin berubah dingin terhadap Eva. Ia bahkan tidak menyapa istrinya saat sarapan, hanya menatapnya dengan mata penuh curiga. Eva menghela napas panjang.
"Bang, aku tahu kau masih marah. Tapi kita harus cari tahu tentang siapa yang mengambil barang-barang dirumah ini. Jika kita begini terus, kapan masalah ini bisa selesai? Ayo kita pikirkan bersama bagaimana cara menjebak orang itu."
Hasan mendengus sinis.
"Kau pikir aku bodoh? Bisa percaya begitu saja padamu? Aku akan cari sendiri siapa pelakunya. Ingat! Jika kau pelakunya, kau akan menanggung akibatnya."
Eva sangat sedih, dia meninggalkan suami makan sendiri. Dia tidak tahu lagi bagaimana cara membuat suaminya percaya.
Saat malam tiba, Eva duduk di kamar sendirian. Hasan dari tadi siang keluar dari rumah, hingga kini belum kembali. Eva menangis mengingat pernikahannya baru satu bulan, tapi rasanya kayak setahun. Hari terasa begitu lama. Apa karena dia menikmati hidupnya atau merasa menderita, makanya hari terasa begitu lama. Awal-awal pernikahannya begitu bahagia, namun kini semuanya terasa hampa.
Serangan orang asing.
Malam itu, nama Hasan Bahri menjadi perbincangan hangat di media sosial. Dokumen yang di unggah Fatur menjadi viral. Menimbulkan berbagai spekulasi tentang masa lalu Hasan. Berita itu juga sampai ke Hasan. Dia membaca postingan itu dengan tangan gemetar.
" Siapa yang melakukan ini? Siapa yang berani melakukan ini?"
Di kos, Fatur menatap layar laptopnya dengan puas. Reaksinya persis seperti yang dibayangkan. Sang Devil kembali menyerang dengan mengirimi pesan kepada Hasan.
"Dosa-dosamu di masa lalu telah terungkap Hasan. Bersiaplah, akan kehancuranmu. Ini baru awal Hasan. Akhirnya juga akan lebih menyakitkan lagi." pesan itu terkirim. Fatur tersenyum puas.
"Akan ada masanya yang tertindas akan menindas." kirim Fatur lagi. Hasan mengepalkan tangannya. Ada rasa marah, takut, menguasai dirinya.
"Siapa kamu? Jangan bermain-main padaku! Jika berani datangi aku, kita bertarung satu lawan satu!" tantang Hasan membalas pesan tersebut. Fatur tersenyum sinis membaca pesan tersebut.
"Akan kupenuhi permintaanmu. Aku akan segera datang ke rumahmu!" balas Fatur. Membuat hati Hasan bergejolak.
Dia penasaran siapa orang yang selalu buat perkara dengannya.
Hasan semakin frustasi dengan kekacauan yang di buat orang asing tersebut. Eva merasakan sesuatu yang berbeda dari suaminya. Dia menyadari suaminya banyak berubah. Sering termenung dan marah-marah.
Saat Hasan telah tertidur di sofa karena kelelahan, Eva membuka ponsel suaminya. Dia melihat pesan dari orang asing tersebut. Eva mengerutkan keningnya.
"Siapa orang ini?" gumamnya. Membaca pesan itu membuatnya bergetar.
"Kenapa hasan tidak memberitahu soal ini?" lirihnya.
Eva kaget saat mendengar ketukan keras di pintu, terdengar tidak sabaran. Karena kaget dan ketakutan. Eva membangunkan suaminya. Sang suami yang merasa terganggu pun bangun. Dia juga kaget mendengar ada ketukan pintu yang keras. Dia diam sejenak sebelum berujar.
"Apakah dia sudah datang?" lirih Hasan. Dari wajahnya nampak kelelahan. Suasana menjadi tegang karena ketukan itu sudah hilang berganti dengan suara yang memanggil nama Hasan.
"Bagaimana kabarmu Hasan?" ujar suara itu dengan keras dan juga terdengar dingin. Hasan dan Eva hanya terdiam menatap di lorong rumah mereka sudah berdiri seorang yang memakai baju serba hitam dan memakai topeng.
"Aku sudah memenuhi permintaanmu Hasan! Ayo kita bertarung. Kita tunjukkan siapa yang akan menang!" suara dingin itu berubah menjadi dingin.
" Siapa disana?" Hasan memberanikan diri bertanya.
Fatur berdiri di ujung lorong, tidak jauh dari ruang tengah tempat Hasan duduk.
"Bayang dosa-dosamu!" jawab Fatur dingin.
"Apa maksudmu? Apa mau mu? Jangan ganggu kami?" teriak Hasan bergema. Fatur hanya tertawa dengan keras.
"Aku adakah bayangan yang coba kau lupakan, tetapi tidak bisa hilang dari hidupmu."
Keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya.
"Apa yang kau inginkan? Jika mau uang, akan aku berikan. Tapi tolong, jangan mengusikku lagi..." ucap Hasan bergetar.
Fatur kembali tertawa, "Uang? Sepertinya aku bukan hanya menginginkan uang, tapi juga kehancuranmu!" Fatur mendekati suami istri itu.
"Apa kesalahan yang aku perbuat padamu sehingga kamu menginginkan kehancuranku? Tolong jangan ganggu hidupku!" ujar Hasan memohon.
"Sebenarnya kau siapa?" tanya Hasan.
Namun bukan jawaban yang dia dapatkan, tapi malah pukulan yang dia dapatkan. Eva histeris melihat suaminya dipukul. Dia berusaha menolong suaminya berdiri, dan dia juga melakukan penyerangan terhadap Fatur dengan memukul badan pria itu.
"Pergi kau dari sini... Jangan ganggu hidup kami!" teriak Eva.
Namun Fatur hanya tersenyum dan mendorong tubuh Eva. Saat Eva hendak menyerang, sebuah tamparan mengenai wajah Eva. Eva sangat kaget dan akhirnya diam. Dia menangis.
"Kau tidak hanya kasar pada orang yang lebih tua darimu. Tapi juga kasar dengan wanita. Dasar pria biadab!" serang Hasan hendak meninju Fatur. Namun Fatur mampu menghindar, dan menghajar pria tua itu hingga tak berdaya. Suami istri itu diikat. Lalu dia menjarah barang-barang yang bisa dia jual.
"Kau dah istrimu pantas mendapatkan itu." bisiknya sebelum meninggalkan rumah Hasan. Nampak dari dua wajah itu menyimpan dendam.
Hasan menggeram, mencoba melepaskan ikatan di tangannya. Matanya tajam menatap pintu yang terbuka, dimana Fatur keluar tadi.
"Tunggu aja pembalasanku!" bathinnya.
"Aku bersumpah akan membalasmu!" sambung Hasan dalam hatinya.
Saat sudah bisa melepaskan ikatan dan membuka ikatan istrinya, dia langsung keluar dari rumah. Mengas motornya, mengikuti motor Fatur yang sudah menjauh. Merasa ada yang mengikuti Fatur mencoba mencari jalan lain untuk mengelabui Hasan.
Eva dan Hasan berencana untuk membalas dendam, dan mencoba mencari tahu siapa orang asing itu. Eva dan Hasan bekerja sendiri. Mereka tidak bekerja sama untuk membalas Fatur. Karena Hasan masih bersikap dingin pada Eva.
Eva mencoba menganalisa sosok pria itu. Tinggi, besar badan dan suaranya. Dia mencoba mengingat siapa saja yang pernah bermusuhan padanya. Namun semakin dia berpikir, makin dia tidak mendapatkan jalan untuk mencari tahu siapa pria asing itu.
Siangnya Eva mencoba memasangkan cctv dirumahnya.
Serangan Fatur semalam membuat Hasan geram dan ingin membalas dendam. Hasan menyusun rencana untuk menjebak Fatur. Hasan mulai menyusun rencana. Ia ingin Fatur merasakan teror yang dia rasakan. Dia berniat harus menjebak pria asing itu. Hasan mengirim Fatur pesan. Dia memakai nomor baru.
"Jika kau pikir hanya kau yang bisa bermain, ayo kita bertemu dan kita selesaikan masalah ini. Jangan jadi pengecut berlindung dibalik topengmu itu. Aku tahu siapa kau. Lebih baik kau temui aku sekarang!" Hasan mengirimi Fatur pesan.
Dengan cepat Fatur membalas pesan tersebut. "Aku tidak takut padamu. Berikan alamatnya. Aku segera kesana!"
Hasan tersenyum dingin membaca pesan itu.
Hasan memilih tempat yang jauh dari keramaian. Malam itu suasana terasa dingin. Fatur tiba lebih dulu, namun dia tetap siaga sewaktu-waktu ada serangan yang tak diinginkan. Dia memasuki rumah yang sudah lama tak dihuni. Didepan rumah tersebut terdapat rumahnya sewaktu dia kecil, yang kini telah dijual.
Fatur mengerutkan keningnya, "Kenapa harus dirumah ini?" bathinnya.
Dia tahu, rumah ini selalu dijadikan tempat pembunuhan seorang psikopat gila di desa Pasir. Dia melangkah perlahan. Saat memasuki rumah, tiba-tiba pintu terkuncinya. Fatur nampak terkejut, dan dia terlihat sangat hati-hati melangkah memasuki rumah.
"Apa kau takut?" terdengar suara dingin menyapa telinganya. Fatur tahu itu pasti ayahnya. Hasan berdiri di sudut gelap, membawa sebilah pisau di tangannya. Mata Hasan memancarkan kebencian.
"Aku tidak pernah takut! Karena orang tuaku mengajarkan aku tidak pernah takut kepada siapapun." jawab Fatur tak kalah dinginnya.
"Selamat datang di nerakaku." ujar Hasan dingin.
"Kita mulai pertarungannya!" jawab Fatur tak kalah menantangnya.