Nasib naas menimpa Deandra. Akibat rem mobilnya blong terjadilah kecelakaan yang tak terduga, dia tak sengaja menabrak mobil yang berlawanan arah, di mana mobil itu dikendarai oleh kakak ipar bersama kakak angkatnya. Aidan Trustin mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya, sedangkan Poppy kakak angkat Deandra mengalami koma dan juga kehilangan calon anak yang dikandungannya.
Dalam keadaan Poppy masih koma, Deandra dipaksa menikah dengan suami kakak angkatnya daripada harus mendekam di penjara, dan demi menyelamatkan perusahaan papa angkatnya. Sungguh malang nasib Deandra sebagai istri kedua, Aidan benar-benar menghukum wanita itu karena dendam atas kecelakaan yang menimpa dia dan Poppy. Belum lagi rasa benci ibu mertua dan ibu angkat Deandra, semua karena tragedi kecelakaan itu.
"Tidak semudah itu kamu memintaku menceraikanmu, sedangkan aku belum melihatmu sengsara!" kata Aidan
Mampukah Deandra menghadapi masalah yang datang bertubi-tubi? Mungkinkah Aidan akan mencintai Deandra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran Papa Ricardo
“Dasar anak sialan tidak tahu diri, masih berani menunjukkan wajahnya di sini!” gerutu Mama Daisy saat tiba di ruangan Papa Ernest.
Papa Ernest tidak menanggapinya justru pria paruh baya itu duduk di kursi kebesarannya dan langsung mengejek beberapa dokumen yang sudah tergeletak rapi di meja kerjanya.
“Harusnya jangan gara-gara Aidan memiliki saham di perusahaan Papa, Papa tidak bisa memecat anak sialan itu!” lanjut kata Mama Daisy menggebu-gebu.
Papa Ernest mendesah. “Stop jangan sebut Deandra anak sial! Mama tidak ingat jika Deandra menikah dengan Aidan untuk menyelamatkan perusahaan Papa, dan sekarang yang berhak memecat Deandra adalah Aidan, bukan Papa!” sahut Papa Ernest sedikit kesal.
“Loh kok begitu Pah? Papa kan juga berhak memecat Dea! Papa pemilik perusahaan ini!” balik bertanya Mama Daisy, dengan tatapan menyelidiknya.
Papa Ernest menutup berkas dokumen yang baru saja dia buka untuk mengeceknya, dengan terpaksa pria paruh baya itu bangkit dari kursinya lalu mendekati istrinya yang duduk di sofa.
Pria paruh baya itu menarik napasnya dalam-dalam saat ingin duduk dan lalu berkata, “Perlu Mama ketahui pemilik perusahaan ini dikuasai hampir 70% oleh saham milik Aidan, saham Papa hanya 30% di sini. Mulai hari ini dia akan sering berkantor di sini maka dari itu Papa tidak mau cari perkara baru dengan Deandra, dan sebaiknya Mama lebih memperhatikan kondisi Poppy di rumah sakit, harapan kita adalah kesembuhan Poppy. Jika Poppy sudah bangun dari komanya, kita akan minta Poppy untuk membujuk Aidan agar saham milik Aidan menjadi saham milik Poppy, jadi perusahaan Papa akan kembali aman,” tutur Papa Ernest, dengan tatapan mata liciknya.
Mama Daisy menyandarkan punggungnya ke sofa, jemarinya memijat keningnya yang mulai terasa penat. “Ini semua karena anak adopsimu yang sialan itu Pah, gara-gara dia anak kita jadi celaka!” celetuk Mama Daisy dengan kasarnya. Sesungguhnya semua ulahmu Mama Daisy! Andaikan mereka tahu.
“Bukan karena Deandra saja Mah, memang beberapa bulan yang lalu Poppy belum berhasil membujuk Aidan untuk memindahkan sahamnya ke atas nama Poppy, andaikan sebelum kecelakaan sudah terealisasikan, saat ini Papa tidak akan secemas ini dan ragu dalam bertindak,” sahut Papa Ernest.
Wajah Mama Daisy terlihat masam, hatinya tiba-tiba ada keinginan untuk mencelakakan Deandra, namun dalam bentuk apanya sedang dia pikirkan.
Sungguh pelik keadaan keluarga Ernest, ingin bertindak lebih tapi stuck dengan kekuasaan yang dimiliki Aidan pada perusahaan Nusantara.
Sementara itu di ruang kesehatan yang ada di perusahaan Nusantara di lantai 3, wanita berkacamata itu minta bantuan untuk menggantikan perban yang ada di kedua tangannya pada perawat yang bertugas, karena tadi pagi tidak sempat mengobati nya. Setelah usai mengobati kedua tangannya, wanita itu keluar dari ruang kesehatan, dan tak disangka dia bertemu dengan Arik.
Deandra memalingkan wajahnya, dia tidak kuasa menatap Arik. “Dea,” panggil Arik, ditariknya lengan wanita itu hingga mereka pun tidak ada jarak pemisah.
Dalam hitungan detik mereka berdua saling bersitatap, Deandra masih bisa merasakan ada hati untuk pria itu tapi hal itu sangat terlarang untuk saat ini.
“Aku tidak terima hubungan kita berakhir, aku anggap ucapan kamu kemarin hanyalah candaan. Aku tidak mau putus darimu, aku mencintaimu Deandra!” ucap Arik dengan lirihnya.
“Aku juga tidak mau putus darimu Mas, tapi keadaanlah yang membuat aku harus mengakhiri semua.” Ingin sekali kata batin ini terucapkan di mulut Deandra, namun tak bisa.
Deandra bergeming, tapi Arik justru semakin menarik tubuh wanita berkacamata itu lalu memeluk dengan eratnya. Luruhlah sudah hati Deandra yang sengaja dia kuatkan, ternyata tidak mampu menguasai keadaan, dia tenggelam dalam pelukan Arik yang terasa hangat dan nyaman. Seakan pria itu tahu jika dia butuh pelukan ini, dan melupakan permasalahannya sesaat.
Cekrek!
Di ujung lorong sudah ada yang membidik adegan pelukan itu dari berbagai sudut, sampai adegan Arik mencium kening Deandra. “Laporan yang paling panas nih buat tuan muda,” gumam pria berkumis tipis. Dengan cepatnya pria itu mengirim pesan bergambar itu melalui ponselnya.
Ting!
Pesan tersebut masuk ke ponsel Aidan, pria lumpuh itu yang baru saja menyelesaikan fisioterapinya untuk pertama kali, kedua netranya mulai memanas dan sudut bibirnya menyeringai bagaikan iblis saat membuka pesan tersebut.
“Oh ternyata kamu benar-benar ingin menantang ku, Deandra. Jangan salahkan aku!” geram Aidan sendiri.
“Lucky, hari ini saya mengantor di perusahaan Nusantara,” pinta Aidan sembari melihat jam di ponsel, masih ada waktu untuk bekerja sampai sore hari.
“Baik Tuan Aidan,” jawab patuh Lucky. Sang asisten bergegas membantu Aidan menggunakan kembali jasnya lalu menuju mobil yang sudah menunggu di luar lobby rumah sakit.
Kembali ke Deandra dan Arik yang masih berpelukan.
Wanita berkacamata itu sesaat memejamkan kedua netranya, rasa sedih kembali menghinggapi hatinya, namun tak lama kata ancaman Aidan semalam kembali teringat. “Maafkan aku Mas, aku memang tidak bisa melanjutkannya, ini semua untuk kebaikan Mas sendiri, dan semoga Mas Arik dapat pengganti yang lebih baik dari aku,” ucap Deandra suaranya terdengar bergetar menahan rasa sedihnya sendiri.
Setelahnya dilepasnya pelukan Arik dari tubuhnya, tapi pria itu justru melabuhkan bibirnya di kening Deandra untuk kedua kalinya, semakin hancurlah hati Deandra dibuatnya. Sudah tak sanggup dengan keadaan tersebut, Deandra berbalik badan dan berlari kecil menjauh dari Arik. “Ya Allah kenapa sakit sekali hati rasanya,” batin Deandra.
Arik adalah cinta pertama Deandra sepanjang hidupnya, akan tetapi tidak bisa menjadi cinta terakhir Deandra, karena semuanya telah berakhir, mimpi indahnya telah tergantikan oleh mimpi buruk.
...----------------...
Menjelang siang Papa Ricardo bikin temu janji dengan Papa Ernest di salah satu restoran mewah yang berada di Jakarta Udara. Sehubungan Mama Daisy sejak pagi ikut ke kantor, mau tidak mau Papa Ernest mengajak Mama Daisy menemui besannya.
“Selamat siang Pak Ricardo,” sapa Papa Ernest ketika sudah sampai di ruang VVIP bersama istrinya.
“Siang juga Pak Ernest, ternyata Bu Daisy ikut juga,” balas sapa Papa Ricardo sembari menerima uluran tangan dari Papa Ernest lalu Mama Daisy.
“Mari silahkan duduk, makan siang sudah menunggu,” ucap Papa Ricardo dengan ramahnya kepada besannya.
Ketiga orang tersebut duduk di meja yang sama, beberapa hidangan ternyata memang sudah tersaji di meja makan, dan Papa Ricardo mengajak orang tua angkat Deandra untuk menikmati hidangan terlebih dahulu, sembari berbincang ringan.
Setelah beberapa menit kemudian dirasa beberapa makanan inti sudah disantap, Papa Ricardo membuka pembicaraan yang serius.
“Sebenarnya pertemuan ini saya ingin minta bantuan pada Pak Ernest beserta Bu Daisy yang kebetulan ada di sini,” ujar Papa Ricardo dengan ekspresi wajahnya yang serius kali ini, tidak sesantai ketika pertama kali bertemu.
Papa Ernest meletakkan cangkir tehnya yang baru saja dia minum. “Minta bantuan apa ya Pak Ricardo kalau boleh saya tahu?” tanya Papa Ernest.
“Begini Pak Ernest, kita semua tahu jika Poppy masih dalam keadaan koma, dan entah kapan dia kembali sadar sedangkan waktu terus berjalan, dan usia saya akan semakin bertambah dan entah sampai kapan saya masih ada di dunia ini. Jadi langsung pada pokok pembahasan saja. Saya ingin Pak Ernest membujuk Deandra agar mau mengandung anak Aidan sebagai penerus keluarga Ricardo, karena dia salah satu istri Aidan, tapi ternyata tadi pagi Deandra menolak permintaan saya,” ujar Papa Ricardo.
Wajah Mama Daisy awalnya terlihat ramah, berubah menjadi agak masam. “Sebentar Pak Ricardo, memangnya kita tidak bisa menunggu Poppy sadar dulu, jangan terburu-buru mengambil keputusan Deandra untuk mengandung,” balas Mama Daisy, tidak menyukai usulan besannya.
Papa Ricardo menatap dingin ke arah Mama Daisy. “Mau sampai kita menunggu waktu Poppy tersadar, sedangkan pihak dokter tidak bisa memberikan gambaran. Lagi pula bantuan ini ada imbalan buat Pak Ernest jika berhasil membujuk Deandra sampai dia melahirkan keturunan Aidan,” sahut Papa Ricardo.
Papa Ricardo paham sekali jika keluarga Ernest sudah tidak berkutik dengan kekuasaan Aidan di perusahaan besannya. “Jika kalian berdua berhasil membujuk Deandra untuk mengandung sampai melahirkan, maka saya akan membeli saham Aidan yang dia investasikannya untuk diberikan kembali ke perusahaan Nusantara dan otomatis menjadi milik keluarga Pak Ernert, jadi sepenuhnya perusahaan Nusantara kembali 100% di tangan Pak Ernest. Bagaimana tertarik!” Papa Ricardo menaikkan salah satu alisnya, dan kembali menyesap kopi expreso yang baru saja dipesannya.
“Sialan! kenapa harus Deandra yang mengandung. Tapi tawarannya cukup menggiurkan! Batin Mama Daisy.
Mama Daisy dan Papa Ernest sejenak saling bersitatap, lirikan mereka berdua memancarkan adanya kerlingan yang tergoda atas imbalan yang ditawarkan oleh Papa Ricardo. Otak Papa Ernest membayangkan investasi yang ditanamkan oleh Aidan sebanyak 50 milyar akan menjadi milik dia semuanya.
“Baiklah Pak Ricardo, saya terima tawarannya dan akan berusaha menyuruh Deandra untuk segera mengandung dan melahirkan keturunan Aidan,” jawab Papa Ernest dengan mantapnya.
Papa Ricardo pun menarik kedua sudut bibirnya hingga berbentuk bulan sabit. Ternyata sangat mudah menggoyahkan pendirian seseorang dengan menjanjikan kekayaan yang berlimpah.
“Ernest ... Ernest disangkanya aku bodoh akan memberikan saham itu ke kalian berdua! Saham itu yang jelas untuk calon cucuku dari menantuku yang telah dijadikan kambing hitam oleh istrimu. Istrimu yang berulah, tapi orang lain yang disalahkan!” batin Papa Ricardo.
bersambung ...
keren thor..
aq suka ma novel2 mu.....
sukses selalu thor...../Heart//Heart//Heart//Heart/