Semenjak kandungan Andini menginjak usia tiga bulan, dia sering muntah darah dan kata dokter itu karena dia sama sekali tidak ada makan nasi sehingga asam lambung jadi naik.
bau mulut nya juga membuat Hendra sangat bingung, tubuh Andini juga kurus kering seperti tengkorak. hingga Hendra pun memutuskan untuk pulang kedesa nya saja.
Bagai mana kisah mereka?
Mampu kah Hendra membawa istri nya pulang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Memandikan jenazah
Kedatangan jasad Andini di sambut dengan isak tangis serta jeritan pilu dari mulut Salsa, sejak mendengar kabar saja dia sudah sedrop itu kondisi nya. apa lagi ketika melihat jasad Andini yang rusak parah dengan keadaan perut meledak di penuhi lintah berwarna hitam pekat yang terus menggeliat tidak mau pergi dari sana.
Mayat Andini di bawa kerumah Bu Desi yaitu orang tua Hendra, mereka memang sudah kumpul di sana karena Bu Yuni sudah menduga bahwa Andini akan di bawa kerunah sang mertua. tidak mungkin juga di bawa kerumah Salsa, karena Andini masih punya suami dan sudah pasti di bawa kerumah orang tua suami.
Di kampung mereka tidak punya rumah karena mereka berdua sudah sepakat tidak ingin punya rumah di sini, ingin hidup di kota saja menikmati semua yang ada di sana. melupakan semua kenangan buruk yang sudah mereka berdua alami di kampung ini, kepahitan yang tidak mau terulang lagi tentu nya.
Tapi ya karena nama nya nasib jadi mereka pun tetap harus kembali kedesa dengan keadaan sudah hilang satu nyawa, Hendra juga tidak menduga bahwa dia akan secepat ini kehilangan istri tercinta. kondisi nya saja sekarang sudah drop, Purnama menatap iba pada pasangan baru ini karena baru akan memulai hidup yang baru tapi sudah di panggil yang maha kuasa.
Bruuuuk.
Salsa kembali terjatuh di atas lantai karena syok melihat kondisi sang Kakak, tangis sudah tidak bisa di keluarkan lagi karena air mata seolah sudah kering. Davin tidak beranjak sedikit pun karena dia harus tetep memegangi sang istri, bahaya bila sampai di tinggal.
"Hendra, lepas kan tangan nya Andini ya." bujuk Bu Desi yang ada di sebelah putra nya.
"Pelan pelan saja, Mbak! itu Hendra sudah sangat syok, pandangan nya kosong sejak tadi." bisik Bu Yuni.
"Ya allah, gimana ini jadi nya?" Bu Desi sampai bingung dengan keadaan sang anak yang mendadak saja begini.
Hendra tetap menggenggam erat tangan Andini walau jasad sang istri sudah di baringkan di atas kasur menghadap kiblat, kondisi yang begini akan susah sembuh nya karena yang di bawa adalah semangat hidup. Hendra sudah pasti akan jadi orang yang pendiam, karena semangat hidup nya di bawa oleh Andini.
"Kakaaaaak....Massss, gimana Kakak?!" Salsa sudah terbangun lagi dari pingsan nya.
"Istigfar, Sayang." bisik Davin tak kuasa membendung air mata nya.
"Kakak, aku mau Kakak ku hidup lagi!" isak Salsa.
"Ucap nama allah dulu, ayo lah sayang." bujuk Davin berusaha keras.
"Huaaaaaa, Kakaaaaak!" jerit pekik langsung menggema dari mulut Salsa.
Para pelayat semua nya memperhatikan Salsa yang begitu kehilangan, ada dua yang sangat terpukul di sini, hanya beda cara mengungkap kan nya saja. yang satu terus menggerung dan satu nya terdiam tak bisa berkata kata, namun sebenar nya lebih mudah membujuk yang histeris ini dari pada membujuk yang terdiam seribu bahasa.
"Kasihan sekali Salsa ya, sekarang malah di tinggal Andini." bisik tetangga.
"Mereka selalu akur dan sekarang malah berpisah, cepat sekali Andini pergi." keluh Reni mengusap air mata.
"Itu lah azab dari allah, kan dia dulu orang jalang." ujar Retno.
"Kau ini bicara apa? yang sudah lalu biarkan saja!" sentak Reni.
"Untuk apa kau menyangkal nya, dia kan pelacur dan punya urusan ghaib maka nya sekarang di azab allah." Retno tetap kekeh.
"Sudah kau konfirmasi langsung dari allah, apa kau panitia surga?!" suara dingin dan datar bertanya, siapa lagi bila bukan Purnama.
"Eh, Pur!" Retno tersenyum malu dan juga ngeri.
"Jawab saja pertanyaan ku! kau bisa bilang begitu itu apa sudah bertanya langsung dari sana nya?" desak Purnama dengan tatapan tajam.
"Bukan begitu, tapi semua orang juga tau kalau Andini mantan pelacur sehingga mungkin saja dia dapat azab." jawab Retno pelan.
"Andini pelacur dan dapat azab begini, lalu bagai mana dengan mu yang meninggal kan suami saat sakit dan kemudian kau berzinah dengan orang lain." serang Purnama.
Jangan pernah mencari masalah dengan Purnama, karena hanya akan membuat aib terbongkar secara paksa. apa yang tidak dia tau, semua orang yang ada di desa ini pun dia tau bagai mana sikap nya.
Usai menyerang Retno dengan ucapan pedas, Purnama bersiap membantu Mak Jah untuk memandikan jasad nya Andini, lebih cepat maka akan lebih baik segera di kuburkan saja karena keadaan tubuh Andini sudah rawan. takut nya nanti malah mengeluarkan arom, maka lebih baik segera di mandikan dan di kuburkan saat ini juga.
Dengan agak paksa mereka melepaskan genggaman tangan nya Hendra yang menyatu kuat di tangan Andini, walau sudah agak paksa pun tetap saja sangat sulit. untung nua berhasil juga, tapi memang Hendra sudah tidak punya ekspresi untuk apa pun dalam hidup nya, setelah kehilangan sesuatu yang sangat besar dalam hidup ini.
"Kalau tidak kuat maka tidak usah, Nak." cegah Bu Desi pada Salsa.
"Aku kuat kok, Bu! ini kali terakhir aku memandikan nya, setelah dulu dia sering memandikan ku." Salsa terisak sambil teringat masa kecil nya yang di urus oleh Andini.
"Bantu istri nya berdiri, Davin." Bu Yuni berucap pada putra nya.
"Iya, Bu." Davin membantu Salsa berjalan menuju tempat Andini akan di mandikan.
Sudah ada lima orang di tempat Andini akan di mandikan, mereka semua memang sudah sering memandikan jenazah. Purnama juga ada di sana, baru kali ini dia menangisi orang meninggal yang bukan siapa siapa nya, wanita yang jarang menangis ini akhir nya runtuh juga.
"Sungguh kejam orang yang sudah membuat mu begini, Andini." batin Purnama pilu.
"Wes tidak usah di sesali, semua sudah jalan allah." Mak Jah menepuk bahu Purnama agar tidak semakin larut.
"Ya allah ampuni lah dosa yang sudah almarhum lakukan selama hidup nya, terima lah dia di sisi mu." doa Mak Jah setelah membuka kain yang menutupi jasad Andini.
"Kakak, aku memandikan mu juga ya! aku akan hidup baik baik sesuai pesan mu, walau entah apa kah aku masih bisa baik baik saja setelah kau tiada." Salsa menciumi wajah Andini yang pucat.
"Anak baik, anak pinter! kamu kuat kok, kamu pasti bisa." Mak Jah mengusap punggung Salsa yang dingin.
"Kuat kan hati mu, ayo kita mandikan Andini dulu." Purnama juga menguatkan Salsa yang benar benar drop.
"Kakak memandikan ku sembari tertawa, nakun aku memandikan mu sambil berurai air mata." isak Salsa kembali terkenang dengan masa masa mereka berdua.
Mak Jah yang selama ini juga orang tegar, kini malah mengedipkan mata berulang kali agar air mata nya tidak jatuh. namun sia sia saja karena air mata tetap kekeh ingin meluncur bebas, bila orang yang punya hati maka pasti akan sedih.
Othor kok sampai nangis juga ya pas ngetik nya.
Terima kasih up nya untuk hari ini. Semangat terus ka 💪
Sehat selalu 😄
kesal kali kalau part kau ni muncul ,pengen bungkam mulut kau dengan sambal setan .
Heh! dengar cinta bisa hilang asal gak kau pelihara,asal kau niat melupa, waktu akan menenggelamkan rasamu asal kau mau dan tidak bersua dengan Hendra 😡 .
dasar ndableg,belegug, ah serah manehna. Laila semoga othor gak ngabulin doamu ...