NovelToon NovelToon
Hijrah Cinta Sang Pendosa

Hijrah Cinta Sang Pendosa

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:15.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: Desy Puspita

Demi menghindari kejaran para musuhnya, Azkara nekat bersembunyi di sebuah rumah salah-satu warga. Tanpa terduga hal itu justru membuatnya berakhir sebagai pengantin setelah dituduh berzina dengan seorang wanita yang bahkan tidak pernah dia lihat sebelumnya.

Shanum Qoruta Ayun, gadis malang itu seketika dianggap hina lantaran seorang pemuda asing masuk ke dalam kamarnya dalam keadaan bersimbah darah. Tidak peduli sekuat apapun Shanum membela diri, orang-orang di sana tidak ada satu pun yang mempercayainya.

Mungkinkah pernikahan itu berakhir Samawa sebagaimana doa Shanum yang melangit sejak lama? Atau justru menjadi malapetaka sebagaimana keyakinan Azkara yang sudah terlalu sering patah dan lelah dengan takdirnya?

•••••

"Pergilah, jangan buang-buang waktumu untuk laki-laki pendosa sepertiku, Shanum." - Azka Wilantara

___--

Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12 - Mau Berbuka Apa?

Perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh dalam waktu sekejab, berakhir sangat lama lantaran Azkara nekat mendorong motornya hingga ke rumah. Padahal, ada beberapa orang yang menawarkan bantuan, tapi Azka beralasan pantang merepotkan menolak hingga Shanum juga tidak bisa berbuat apa-apa.

Alhasil, begitu tiba di kediaman mertuanya Azkara kelelahan. Tenggorokannya mendadak kering persis ikan yang loncat dari kolam. Shanum kasihan, tapi hendak bagaimana? Mana mungkin disuguhkan air minum sebagai pereda hausnya.

Kipas angin di kamar Shanum sudah paling kencang, tapi Azka masih merasa gerah. Pakaiannya juga sampai dilepas, akan tetapi seolah tidak berpengaruh apa-apa.

"Celananya coba ganti pakai ini." Shanum yang sejak tadi melihat seberapa resahnya Azkara menawarkan celana pendek untuk sang suami segera.

Walau yang dicari bukan celana, Azka tetap meraihnya. Sudah pasti dia tidak akan keluar, Azkara melepas celana tepat di hadapan Shanum yang seketika memalingkan muka.

Sama sekali tidak ada malu-malunya. Hingga selesai, pria itu kembali tiduran di lantai dengan harapan tubuhnya akan bisa diajak kerja sama.

"Panasnya," gumam Azkara seraya memejamkan mata.

Sebenarnya bukan cuaca hari ini yang panas, toh masih termasuk pagi dan panasnya normal, buktinya Shanum biasa saja. Akan tetapi, berhubung Azkara mendorong motor tersebut cukup lama dia haus, hal itulah yang membuatnya merasa gerah.

Sementara sang suami mencoba meredakan panas yang luar biasa menyiksanya, Shanum kembali melanjutkan kegiatannya. Sejak tadi dia segera bersiap, begitu tahu bahwa besok akan ikut Azkara pulang, Shanum tidak ingin menyia-nyiakan waktunya.

Dia masih memilah-milah pakaian di lemari. Mana yang sekiranya pantas dibawa, mana yang lebih baik ditinggal. Semuanya dia tata di atas tempat tidur lebih dulu, hingga setelah semua tertata, Shanum baru ingat akan kopernya berada di atas lemari dan itu cukup tinggi.

Kendati demikian, dia tidak ingin mengganggu ketenangan Azkara. Terlebih lagi saat ini sang suami memejamkan mata. Atas inisiatif sendiri, Shanum mengangkat kursi sebagai sarana untuk meraih kopernya tersebut.

"Aduh, kok masih susah ... masa harus minta tolong Abi," gumam Shanum sembari terus berusaha sekuat tenaga.

Saat itulah, kursi yang menjadi tempatnya berdiri tiba-tiba bergerak hingga tubuhnya kehilangan keseimbangan.

Hampir jatuh, tapi sejurus kemudian Azkara yang sejak tadi memantau kegiatan sang istri berhasil memeluk tubuhnya tepat waktu. Dada wanita itu sampai naik turun, bibirnya sampai pucat lantaran terkejut.

"Kalau tidak bisa lebih baik minta tolong," ucap Azkara belum juga melepaskan pelukannya.

"A-aku pikir kamu tidur." Begitu jawab Shanum sembari melepaskan diri dari pelukan sang suami dan berusaha menghindari tatapan pemilik wajah tampan itu.

Caranya melepaskan diri tetap lucu di mata Azkara. Hanya dengan melihat, senyum tipisnya seketika terbit. "Kan bisa dibangunkan, Num."

Shanum tidak lagi menjawab, dia hanya menunggu Azkara mengambilkan koper itu untuknya. Entah kenapa, berdekatan dengan Azkara seolah membuat jantung Shanum tidak bisa diajak kerja sama.

Entah karena dia tidak terbiasa berdekatan dengan lawan jenis atau karena penampilan Azkara saat ini, tapi yang jelas gugupnya tidak dapat didefinisikan.

"Kopermu besar juga ya."

"Iya, dulu bawaanku banyak soalnya," sahut Shanum seadanya, hanya demi agar Azkara tidak diabaikan saja.

"Tidak perlu dibawa semua, tinggalkan beberapa mana tahu nanti kita mudik ke sini," ucap Azkara kini ikut bergabung di sisi Shanum yang mulai memasukkan barang-barangnya.

Sejak tadi dia sibuk lantaran kepanasan, sampai tidak sadar jika sang istri tengah menggelar semua abaya dan perlengkapan lainnya, termasuk yang merupakan privasi sang istri.

"Kamu berencana mudik nanti?" tanya Shanum yang kemudian Azkara angguki.

"Aku suka suasana di sini ... kalau bukan karena takut Mama jantungan, aku pulangnya tahun depan saja," ujar Azkara dan hal itu berhasil membuat mata Shanum membulat sempurna.

"Kenapa begitu?"

"Betah saja." Singkat, padat dan sangat amat jelas jawaban Azkara.

Akan tetapi, hal itu agak sedikit aneh bagi Shanum. "Kamu benar-benar betah, Mas?"

"Iya, kenapa pertanyaanmu begitu?"

"Syukurlah kalau betah, aku pikir kamu tertekan di sini," ungkap Shanum mengulas senyum.

Jujur saja, dia sebenarnya khawatir Azka tertekan di rumahnya. Hal itu mengingat kejadian yang mereka alami mungkin dinilai memalukan bagi beberapa orang.

"Tidak ada alasan aku tidak betah, di sini nyaman walau airnya dingin," ungkap Azkara berasalan, padahal di manapun tempatnya bagi Azka air akan tetap dingin.

Shanum yang mengira jawaban itu normal mengangguk saja, mungkin di rumah Azkara mandi pakai air hangat, begitu pikirnya.

Usai membantu Shanum bersiap, Azka lagi-lagi mengeluh dan kali ini bukan karena haus dan panas, tapi lapar.

.

.

"Shanum, magrib masih lama ya?" tanya Azkara terdengar luar biasa lemah seolah, saking laparnya.

"Masih, kenapa, Mas? Sakit kepala?"

"Sakit semuanya, aku lapar ... apa tidak boleh puasa setengah hari saja?"

"Heih?" Shanum mengerjap pelan, pertanyaan Azkara tak ubahnya bak anak TK yang baru belajar puasa.

"Lapar saja?"

"Iya, kamu tahu sendiri semalam aku makan sahurnya sedikit," seloroh Azkara seakan paling menderita, padahal itu akibat ulahnya sendiri.

"Tahan ya, baca Surah Yasin coba," ucap Shanum menghampiri sang suami yang lagi-lagi persis paus terdampar di pinggir pantai.

"Lapar begini suruh baca Yasin, mana sanggup, Shanum."

"Bisa, coba dulu ...."

"Aku tidak bisa ngaji," ucapnya lagi-lagi beralasan dan hal itu tetap Shanum tanggapi dengan sebegitu sabarnya.

"Ada latinnya, Mas, masih bisa."

Shanum mecoba menuntunnya dengan berbagai cara. Akan tetapi, pendirian Azka untuk menolak cukup keras bahkan baca Bismillah saja seakan tidak sanggup.

"Yakin tidak mau coba?"

"Tidak, nyerah beneran."

"Ya sudah, sabar saja kalau begitu ... enam jam lagi paling," ucap Shanum mencoba menyabarkan sang suami.

"Nanti bukanya pakai apa?" Setelah sejak tadi mengeluh lapar, kali ini Azkara mulai bisa diajak kerja sama.

"Kamu biasanya pakai apa?" Bukan bermaksud membalas etika Azkara, tapi dia hanya ingin memastikan apa yang disukai suaminya.

"Random sih, seperti menu berbuka biasa saja."

"Kolak?" tanya Shanum menebak menu berbuka pria yang dia duga orang kaya itu.

Alih-alih menjawab, Azkara justru terfokus menatap sang istri. "Bosan, tiga hari lalu aku makan kolak."

"Terus maunya apa?" tanya Shanum baik-baik, maksud hatinya selagi siang agar bisa disiapkan.

"Aku mau ini," jawab Azkara tanpa basa-basi menyentuh bibir Shanum dengan jemarinya.

Deg

"Ka-kamu apasih, Mas," ucap Shanum memerah, saking malunya sampai tidak memiliki keberanian menatap wajah sang suami yang kini tertawa pelan. "Baru disentuh sudah panik, kalau sampai benar-benar kucium bagaimana? Pingsan sepertinya."

.

.

- To Be Continued -

...Assalamualaikum, last eps di hari ini. Btw author lihat banyak nickname baru ya ... entah ini penduduk bumi yang lama tapi baru nongol di komentar, atau memang baru ketemu di karya ini. Pokoknya, salam kenal untuk pembaca baru dan untuk pembaca lama salam sayang😚 Terima kasih dukungannya di Azkara, menjelang 20 bab mohon nanti jangan ditumpuk bab ya🤗 Author usaha di sini lebih maksimal dari Zeshan, sehat selalu dan see you esok hari❣️...

1
Jihanisa Jihan
hayolojhhhhhh
tanggung jawab Azka nanti sm opa khail
Jihanisa Jihan
ngau ngau ngau.
🐈 birahi 🤣🤣🤣
Jihanisa Jihan
tp gmn ceritanya azkara BS JD panutan si saka.
Hanifah NM
aku baru mampir
setelah baca anet thor
duoNaNa
astaga....kelakuan 🤣🤣🙏
duoNaNa
buat narra
Jihanisa Jihan
trus papa Evan mana. kok ga tau saka anak kiyai Habsyi. bingung bingung ku memikirkan
Jihanisa Jihan
sepertinya terjadi kesalahpahaman deh.
Camera Gaming
ini kaya nya edisi ngasih penjelasan harus detail dan di sebut satu persatu,,,aduh azkaaa ada aj akalnya/Facepalm//Facepalm/
Otih Nuraeni
lanjut thor
Hanifah NM
aku baru hadir thor
Mari Anah
🤣🤣🤣🤣dasar azkara
Darna Syukaira
semua karyamu enak dibaca....
Desy Puspita: Mamacih Kak
total 1 replies
Jihanisa Jihan
waaahhhh siapa yaa
knp dipenjara. eleh eleh bisa Bae bikin penasaran 🫠🫠🫠
duoNaNa
waduh...menaang banyak azkara dapet yang pollllooosss....
duoNaNa
azka buka nya ga taggung2..baru kenal juga 🤣
duoNaNa
embek kali...ga suka aer 🤣🤣
Jihanisa Jihan
Luar biasa
Camera Gaming
Rangga kurang ajar mulutnya, good job Azka laki macam tu mesti di bikin perkedel kalo perlu
Ning Fifi
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!