Dipaksa menikah dengan pria beristri membuat Delia berani berbuat nekad. Ia rela melakukan apa saja demi membatalkan pernikahan itu, termasuk menjadi istri sewaan seorang pria misterius.
Pria itu adalah Devanta Adijaya, seseorang yang cenderung tertutup bahkan Delia sendiri tidak tahu apa profesi suaminya.
Hingga suatu ketika Delia terjebak dalam sebuah masalah besar yang melibatkan Devanta. Apakah Delia bisa mengatasinya atau justru ini menjadi akhir dari cerita hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haraa Boo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria misterius
Delia mencoba mengatur napasnya, ia sangat gugup ketika melihat pantulan dirinya di cermin. Disisi lain baju kerjanya itu membuatnya tersenyum bangga. Ia sudah bertekad untuk bekerja dengan sungguh-sungguh, bukan untuk menyenangkan dirinya tapi bapaknya.
Delia melangkah keluar dari ruang ganti dengan penuh semangat. Sesampainya di dapur ia langsung mendapat perintah untuk mengantarkan makanan ke meja pelanggan. Tentu Delia melakukannya dengan patuh.
Ia berjalan dengan penuh hati-hati, pasalnya nampan yang berada di tangannya sudah penuh dengan beberapa makanan dan minuman. Jarak yang lumayan jauh membuat tangan Delia tak kuat untuk menyangga nampan itu. Ia berusaha mempercepat langkahnya sambil sesekali meringis menahan rasa pegal yang kian menjalar.
Sampai akhirnya...
Pyarrrr
Nampan itu terjatuh dan pecahan kaca berserakan kemana-mana. Semua orang nampak terkejut, dan semua pasang mata kini sudah tertuju ke arah Delia.
Wajah Delia berubah pucat dengan tangan gemetar. Bersamaan dengan itu, seorang anak kecil yang tadi menabraknya ikut menangis.
"Ini bukan salahku, aku tidak sengaja menjatuhkan nya, anak ini yang berlarian lalu menabrakku" batin Delia dalam hati.
"Kamu ini bagaimana sih, kerja nggak becus. Kalau anak saya kenapa-napa gimana?!" omel salah seorang wanita yang tiba-tiba menghampiri anak yang tadi menabraknya.
"Kamu nggak papa kan Nil, mana.. Ada yang sakit nggak?" wanita itu mencoba menelisik tubuh anak itu.
"Maaf, ini ada apa ya?" seorang pria yang Delia ketahui sebagai manajer di cafe itu datang menghampiri Delia dan wanita itu.
"Itu.. karyawan kamu kerjanya nggak becus, bisa-bisanya dia numpahin makanan ke baju anak saya. Kalau anak saya celaka gimana?" seru wanita itu sambil menunjuk-nunjuk Delia mencoba untuk mengkambing hitamkan gadis malang itu.
"Tidak pak, bukan begitu... Saya tidak sengaja menumpahkannya dan anak itu.. Dia-"
"Nggak usah ngeles kamu," potong wanita itu. "Emang dasar kamu aja yang kerjanya kurang becus!" Wanita itu masih terus menyerang Delia, ia berusaha memutar balikkan fakta untuk melindungi anaknya.
"Saya mau dia di pecat sekarang juga!" teriak wanita itu, seakan belum puas hanya dengan mempermalukan Delia.
Semua orang menatap Delia dengan wajah memelas. Mereka tahu jika anak itulah yang berlarian lalu menabrak Delia, tapi sepertinya mereka takut untuk membuka suara karena wanita itu bukan orang sembarang. Terlihat jelas dari arogansi dan juga penampilannya.
"Mohon maaf ibu atas ketidaknyamanannya, kami akan berusaha keras untuk memperbaiki kinerja kami dan.. kami juga akan memberinya teguran," ucap manajer itu sambil menatap Delia dengan sorot mata tajam.
"Lohh kok aku yang salah, harusnya anak itu yang minta maaf sama aku," rutuk Delia dalam hati.
"Tidak bisa, bilang sama pemilik cafe ini kalau dia masih bekerja disini saya tidak akan pernah mau makan disini."
Mata Delia sudah berkaca-kaca, sorot matanya seakan-akan menolak keras jika dirinya harus berhenti bekerja. Namun apa yang bisa ia lakukan sekarang, ia hanyalah karyawan biasa yang bahkan baru pertama bekerja di tempat ini.
Tiba-tiba dari arah depan datang seorang pria berkulit putih dan berbadan tinggi, lalu disamping kanan kirinya sudah berdiri dua pria berpakaian serba hitam.
Pria itu mendekat ke arah Delia lalu menarik pergelangan tangan gadis itu tanpa berkata apapun.
Genggaman yang begitu erat membuat Delia meringis kesakitan. Jujur sebenarnya Delia ketakutan, ia tidak mengenal pria itu tapi kenapa dia menarik paksa dirinya.
Dalam hati ada penolakan yang begitu besar, namun disisi lain pria itu juga sudah membantunya kabur dari masalah yang sedang ia hadapi.
Genggaman pria itu terlepas usai mereka berhenti di sebuah mobil Ferrari F8 dengan warna merah menyala.
Delia mengerjapkan matanya beberapa kali. Rasa takutnya perlahan hilang menjadi rasa kagum. Delia tidak percaya bisa melihat mobil yang selama ini hanya ia lihat di layar televisi.
Melihat Delia yang begitu norak membuat pria itu tersenyum dengan tatapan mengejek.
"Nama kamu siapa?" tanya pria itu.
"Delia... Adelia Humaira," jawab Delia tanpa mengalihkan pandangannya dari mobil itu, bahkan sekarang ia sudah berani menyentuh mobil itu seakan takjub akan kemewahannya.
Dua bodyguard itu sudah maju beberapa langkah berniat untuk menarik Delia, namun pria itu mengangkat tangannya sebagai tanda bahwa mereka harus berhenti.
Lalu Devan melirik ke arah seorang wanita yang berdiri tak jauh dari mereka. Dengan isyarat matanya, Devan meminta wanita itu untuk mendekat ke arahnya.
"Kamu urus gadis ini, dia yang akan menggantikan Monic," ucap Devan pada wanita itu, yang tak lain adalah Anna sekretaris pribadinya.
"Apa?" Mata Anna terbelalak, ia berpikir itu hanya lelucon seorang Devan, hingga ia harus memastikan lagi ucapan pria itu.
"Bawa dia." Devan sudah menaiki mobilnya, meninggalkan Delia dan Anna yang masih mencoba mencerna ucapan Devan.
"Kamu udah denger sendiri kan ucapan Tuan Devan. Kalau gitu ayo ikut saya." Wanita itu sudah berjalan lebih dulu, mendekat ke arah mobil yang terparkir di depan mobil Devan.
Delia masih mematung di tempat. Ia mencoba menampar pipinya seakan itu cara ampuh untuk membangunkannya dari mimpi. Tapi begitu tamparan itu membuatnya meringis kesakitan, Delia baru sadar bahwa apa yang terjadi sekarang bukanlah mimpi.
"Tapi.. Kalian siapa, kenapa aku harus ikut kalian."
"Nanti akan saya jelaskan di kantor, yang pasti kami bukan orang jahat."
Delia dilanda kebimbangan antara harus kembali ke cafe atau ikut dengan wanita itu. Namun begitu suara deru mobil sudah menyala, Delia segera naik ke mobil wanita itu. Sesekali ia menoleh ke belakang, apakah keputusannya ini benar?
Tak lama sampailah mereka di sebuah gedung pencakar langit dengan pemandangan indah di sekelilingnya. Lagi dan lagi Delia dibuat kagum, ini pertama kalinya seorang Delia menginjakkan kakinya di sebuah bangunan yang lebih mirip di sebut hotel itu.
Di sepanjang perjalanan Delia hanya sibuk memperhatikan sekelilingnya. Sesekali ia akan menyentuh benda apapun yang menurutnya menarik.
Sementara Anna hanya bisa menggelengkan kepala begitu melihat tingkah Delia. Kepolosan Delia membuat Anna terkekeh pelan. Ia sekarang paham kenapa Devan mau membawa Delia sedangkan dia sendiri bahkan tidak mengenal siapa itu Delia. Jawabannya ada pada diri Delia sekarang, gadis lugu dan polos.
Sesampainya mereka di ruangan Anna, Delia langsung lari ke dalam. Ia mencoba menduduki kursi yang berjejer rapi di depan meja Anna, sambil memantul-mantulkan bok*ngnya.
"Kursinya nyaman, pasti harganya mahal," celetuk Delia, kini ia bahkan sudah berpindah dari kursi satu ke kursi yang lain.
"Apa kamu tau kenapa saya membawa kamu kesini?" tanya Anna yang kini sudah berdiri depan mejanya sambil menyilangkan kedua tangannya.
Delia hanya mengedikkan bahunya.
Anna beralih ke kursinya. Ia duduk dengan santai sambil mengamati tingkah polah Delia.
"Kalau gitu kita perkenalan dulu, saya Anna sekretaris Tuan Devan."
"Oh.. Jadi pria tadi namanya Devan, aku Delia," ucap Delia sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
"Devan Adijaya, pria yang sebentar lagi akan menikahimu."
"Whattt!!!"
Mata Delia membulat sempurna, diiringi dengan tubuhnya yang tiba-tiba diam mematung.
BERSAMBUNG...
Lin Yi sebagai Devan
Bikin Devan salting terus sampe klepek-klepek sama Delia🥰🤭