NovelToon NovelToon
Jodoh Untuk Kakak

Jodoh Untuk Kakak

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: veraya

Ketika adik-adiknya sudah memiliki jodoh masing-masing, Ara masih diam tanpa progres. Beberapa calon sudah di depan mata, namun Ara masih trauma dengan masa lalu. Kehadiran beberapa orang dalam hidupnya membuat Ara harus memilih. Teman lama atau teman baru? Adik-adik dan keluarganya atau jalan yang dia pilih sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon veraya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 6 : Menerima tantangan

Saka tidak bisa tidur dengan tenang ketika sampai di rumah. Dia berbaring di sofa ruang tamu sambil menyalakan televisi demi mengusir bayang-bayang Ara dari kepalanya.

Saka masih mengingat betapa menggemaskannya wajah Ara. Ara sedang tidak dalam suasana hati yang baik ketika bertemu dengannya. Saka tahu itu. Tapi Saka juga maklum karena awalnya dia juga tidak terlalu menyukai pertemuan yang diatur menuju perjodohan seperti ini.

Saka dan Ara sama-sama menahan diri.

“Udah pulang, Kak?” adik Saka, Devin, muncul dari kamar mandi.

“Astaga! Sejak kapan kamu di situ?”

“Sore tadi.”

“Lain kali bilang dong kalau mau datang.”

“Aku punya kunci rumah ini loh, Kakak lupa? Kakak biasa sendirian sih, jadi pas ada orang kagetnya kayak liat hantu.”

“Anak kecil nggak usah ngeledek orang tua!”

“Baru nyadar udah tua? Buruan nikah, biar predikat tuanya makin afdol.”

“Sembarangan.”

Devin mendekati kakaknya yang terpaut usia sepuluh tahun itu. Dia mengamati wajah kakaknya yang terlihat berbeda.

“Habis ketemu cewek cantik ya?”

“Ngaco! Dari mana kamu tahu?”

“Biarpun aku ini jauh lebih muda darimu, Kak, tapi kalau pengalaman tentang cewek…skak mat. Kamu kalah.”

Saka melempar bantal sofa ke Devin. Devin bukannya menghindar, malah menangkap bantal itu dan memakainya untuk bantalan kepala sambil tiduran di karpet.

“Nggak usah lama-lama move on-nya, masa’ udah beberapa tahun ditinggal masih aja ngarep sih, Kak. Jadi cowok punya harga diri dong.”

Ingin rasanya Saka mengeplak kepala adiknya yang kurang ajar itu. Berani-beraninya menyinggung masalah itu lagi.

“Diem kamu, anak kecil!”

“Mau aku cariin lagi calon yang baru? Temen-temen aku banyak yang suka nanyain kamu, Kak. Kamu cukup populer.”

“Males.”

“Huuu…jual mahal. Ntar kalau reunian, bingung, nggak ada pasangan.”

“Aku nggak datang.”

“Hadeh. Mulai nggak percaya diri nih kayaknya.”

Akhirnya tangan Saka mendarat juga ke kepala Devin. Devin mengaduh kesal.

Saka melirik layar ponselnya yang masih anteng sedari tadi. Saka sudah mengirim pesan ke nomor Ara tapi belum ada jawaban. Saka ingin mengabaikan tapi entah kenapa di satu sisi dia juga berharap ada tanggapan dari Ara. Dengan begitu dia tidak malu sudah mengubungi duluan.

Saka menyibukkan diri dengan pekerjaannya.

“Vin, iklan cabang baru belum dibikin kan?”

“Belum, kenapa?”

“Aku aja yang bikin.”

Devin mendongakkan kepalanya demi bisa melihat wajah kakaknya.

“Bikin sendiri?”

“Nggak. Minta tolong temen.”

“Kok nggak minta tolong Kak Farhan seperti biasanya?”

“Ganti suasana.”

Devin manggut-manggut. Dia tidak terlalu peduli dengan hal remeh temeh seperti itu. Dia nonton pertandingan sepak bola sampai larut malam sementara Saka masih menatap layar laptopnya.

Sementara itu, di rumah Ara terjadi keributan karena Ara merasa tidak diikutsertakan dalam mengambil keputusan tentang pertemuan perjodohan itu.

“Ara nggak suka Papa sama Mama nggak bilang-bilang dulu sama Ara kalau mau dikenalin cowok.”

“Kalau kami kasih tahu, kamu belum tentu setuju kan?”

“Ya paling nggak Ara dikasih tau dulu.”

“Gimana ngasih tahunya, kamunya ngilang, HP nggak dibawa.”

Dalam hati Ara mengakui kalau yang satu ini memang salahnya.

“Ara juga nggak suka Papa melibatkan Kak Pamu.”

“Papa sudah buntu buat bujuk kamu.”

Ara terdiam.

“Kamu sudah berkali-kali menolak dikenalin, Papa diamkan. Walaupun sebenarnya Papa juga nggak maksa kamu harus nikah. Tapi kemarin karena Om Agus itu teman baik Papa, pasti dia nggak sembarangan ngenalin orang ke kita.”

“Kalau kamu nggak melangkah, kapan kamu ketemu sama jodoh kamu, Ra.” Sarah menambahkan.

“Ara belum siap untuk menjalin hubungan sama orang lain lagi.”

“Sampai kapan? Berapa lama lagi waktu yang harus kami kasih buat kamu?”

“Ara nggak tahu.”

“Jangan terus terjebak di masa lalu, Ra. Kamu masih punya masa depan. Papa sama Mama sayang sama kamu, makanya kami bantu biar kamu nggak kecewa lagi. Semoga kalau Papa dan Mama yang mengarahkan, kamu bisa dapat orang yang baik.”

Ara memandang Papa dan Mamanya secara bergantian. Dia tidak bisa melawan pandangan mata kedua orangtuanya yang melembut.

Bel pintu berbunyi membuyarkan suasana yang mulai dingin.

“Biar Ara yang buka.”

Ara mendapati senyum lebar Pamungkas ketika pintu terbuka. Ara masih setengah jengkel karena Pamungkas mau-maunya dilibatkan dalam konspirasi tadi.

“Mau balikin motor kamu, Ra.”

Pamungkas menyerahkan kunci motor ke tangan Ara.

“Makasih ya, Pamu. Om ngerepotin kamu.”

“Nggak kok, Om. Selama saya bisa bantu, saya usahain.”

Ara menarik Pamungkas menjauh dari Agung.

“Kenapa Kakak mau-mau aja sih disuruh-suruh Papa gitu? Baju yang kemarin itu bukan buat Kak Fani, kan?”

“Iya itu buat kamu. Aku cuma bantu dikit buat kamu melangkah ke masa depan. Gimana kenalannya kemarin? Dia baik?”

“Baik apanya. Ngeselin gitu mukanya.”

Pamungkas tersenyum tipis. Ara memang bukan tipe perempuan yang langsung bisa jatuh cinta, namun sekali jatuh cinta, dia akan sulit melupakan. Sama seperti dirinya yang dulu pernah menyukai Ara tapi terhalang restu karena berbeda keyakinan.

“Rasa suka itu bisa dipupuk, Ra.”

Ara bersedekap tanda penolakan.

“Pelan-pelan aja, nggak usah buru-buru. Berteman dengan siapa saja itu baik. Kalian sudah ngobrol?”

“Belum.”

“Nah, coba aja ngobrol. Barangkali dianya asik dan nyambung sama kamu.”

“Ah, Kakak ni sama aja dengan Papa dan Mama.”

“Sama-sama pengen liat kamu bahagia, Ra.” Pamungkas berkata lirih.

Ara memandang mata Pamungkas yang tulus. Seketika hatinya merasa luruh dan mencair. Orang-orang di sekitarnya begitu peduli padanya tapi dia masih sekaku batu.

“Makasih, Kak.”

Pamungkas mengangguk lalu pamit pulang. Ara kembali ke ruang tamu bersama orangtuanya.

“Baiklah. Ara menerima tantangan ini. Saka udah hubungi Ara tadi. Ara pengen ini cepet kelar. Ara pengen ketemu lagi sama Saka. Kalau cocok lanjut, kalau nggak, cut saat itu juga.”

...* * * * *...

Ponsel Saka menyala. Dia cepat-cepat membaca pesan dari Ara.

[Bagaimana kalau kita ketemu lagi? Restoran Silent Hill, tanggal 9, jam 7 malam.]

[Baiklah.]

Saka tersenyum tipis. Mumpung Ara masih online, dia ingin percakapan lebih.

[Jam segini kamu belum tidur? Biasa tidur jam berapa?]

[Jam tidurku nggak pasti. Kadang-kadang insomnia, kadang-kadang jam 8 sudah tewas. Tergantung mood dan drakor apa yang pengen aku tonton.]

[Suka drakor?]

[Ya.]

Saka bingung mau nanya apa lagi. Tanpa disangka, Ara mengajukan pertanyaan yang selama ini Saka hindari.

[Kenapa kamu belum nikah? Maaf kalau pertanyaanku nggak sopan.]

Kali ini Saka bingung mencari jawaban yang tepat.

[Takut gagal. Aku bukan orang yang sempurna.]

[Manusia mana ada yang sempurna. Kamu pernah kecewa gara-gara perempuan?]

Saka ragu akan menjawab pertanyaan Ara atau tidak. Bagaimana bisa perempuan itu bisa langsung menebak kesulitannya?

[Kita bicara langsung saja pas ketemu. Selamat malam.]

Akhirnya Saka memutuskan untuk menyudahi percakapannya karena takut ada kesalahpahaman. Dia menutup laptopnya lalu pergi ke kamar tidur. Setidaknya dia tidak malu lagi kalau-kalau Ara menolaknya. Ada sedikit rasa senang karena disambut oleh Ara.

1
Sumringah Jelita
paket komplit
veraya: terima kasih atas apresiasinya 🥰🥰 🥰
total 1 replies
ian gomes
Keren abis, thor! Jangan berhenti menulis, ya!
veraya: Terima kasih supportnya, smangat lanjut 🥰🥰
total 1 replies
Shion Fujino
Lanjutkan ceritanya, jangan sampai aku ketinggalan!
veraya: Terima kasih dukungannya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!