Kehidupan ini terlalu menyakitkan, cinta yang telah Aluna perjuangkan terpaksa harus ia relakan berakhir tak bahagia bersama Rain.
Lalu bagaimana bisa seorang Aluna yang telah terpuruk dengan keadaan harus terus berjuang agar tetap hidup, bak semua komedi dirinya di paksa melupakan semuanya
"Biarkan aku pergi" Lirih Rain
---
"Rain, maafkan aku, aku terpaksa pergi, dan melanggar janjiku" Lirih Aluna
---
Ibaratkan terjebak di alam mimpi, Aluna kecil terbangun dengan keringat yang sudah melekat di bajunya
"Siapa kakak tadi ya?" ujar si toddler sambil menatap mamanya yang masih tertidur
Apakah ini kesempatan berikutnya bagi Aluna? apakah Rain juga telah lahir di kehidupan berikut nya meskipun keduanya tak lagi saling mengenal maupun memiliki perasaan yang sama, bagaimana kisahnya? yuk saksikan bersama
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putriiiiiiiiiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMM
.
.
ceklek
"mama ku sayang?!!!"
"loh loh lihat siapa ini, gimana? lancar?" Tanya Mama Aiya
"lancar dong mama!!! papa mana?"
"lagi di kantor, ketemu sama kolega barunya"
"oh gitu, oh ya mama tau? baru hari pertama alun udah di hukum!! di suruh ujian lisan masa ma"
"terus terus? kamu nggak typo typo kan?"
"nggak dong ma"
"tumben"
"di bantu sama rain" bisik Aluna
"rain? rain siapa?"
"Rainza, teman alun di kelas, dia itu pinter banget, katanya udah dapat beasiswa cuma cuma, terus! dia itu udah pernah lomba berkali-kali sampai punya banyak medali! yah tapi kata anak anak di sana dia itu sombong! nggak suka ngomong"
"terus terus" kepo mama aiya
"yah alun nggak gentar ma, alun yakin! dia anak baik! buktinya dia tinggal dan ajarin alun loh mam"
"bagus dong, anak baik, jangan dengar kata orang, mereka cuma bisa tau sampulnya belum rezeki mau baca sampai ke akar akarnya" ujar mama aiya
"mama benar! cocok banget!"
"dan mama tau? dia adalah orang yang suka sama masakan alun"
"oh... APA?!!!"
"iya ma, dia suka"
"alun! kamu minta dia cicipi masakan kamu?! iya nak?"
"iya ma, kenapa? enak kok"
"alun itu..."
"aaahh mama sama papa aja yang lebay! gitu doang katanya asin lah! hambar lah, pait, semuanya deh! tapi cocok di lidah Rain"
"rain itu nggak sakit kan?"
"mana alun tau, sehat sih kayaknya"
"alun! ya ampun anak mama! mama mohon besok nggak usah masak lagi ya?"
"ih mama apa apaan sih! alun udah singgah ke pasar sama rain tadi, jadi aku masakin aja sekalian besok dan seterusnya" bangga Aluna
"a-aluna sayang ma-ma"
Aluna memberikan ciuman manisnya ke pipi mamanya dan berjalan ke lantai dua tepatnya kamar nya, mama aiya rasa nya ingin memastikan kondisi kesehatan anak bernama rain itu bisa bisanya anak itu tak merasakan apapun dari masakan Aluna
"ya ampun! ada aja anak itu" lirih mama aiya
"bu! ini belanjaan non alun" ujar pelayan yang meletakkan 3 kantong bahan makanan
"ya ampun alun!!! mama nggak habis fikir nak sama kamu" lirih mama aiya
"duh duh bi! ini gimana" lirih mama aiya
"gimana kalau anak bernama rain itu meninggal karena masakan alun! kan nggak lucu"
"non tenang saja, enak kok kayaknya" kekeh bibi meninggalkan aiya yang tegang sendiri
"harus lapor papa ini!"
.....
"den? udah makan?"
"udah bi"
"makan apa? di mana?"
"di sekolah, makan sayur, nasi liwet dll"
"tumben den? beli?"
"nggak bi, di kasi sama seseorang"
"siapa den?"
"Namanya Aluna"
"wahhh enak den?"
"enak, aku suka banget"
Rain tersenyum melihat wanita paruh baya yang seusia mamanya tersenyum lega mendengar dirinya mulai nafsu makan, yah itu terjadi karena masakan Aluna yang tak memiliki banyak campuran seperti masakan mamanya
"istirahat ya den?"
"ehm bi? mama.... cari rain nggak?"
"ehm cuma Pak stefan, dia kangen katanya sama jagoannya, bibi bilang ada lomba minggu depan jadi nggak bisa pulang dulu, kata tuan Morgan chat nya di balas sesekali katanya telepon, dia kangen sama jagoannya"
"ayah" lirih Rain
"mama.... sehatkan bi?"
"sehat kok den, mamanya juga lagi rehabilitasi setelah melahirkan"
"adik rain apa? perempuan atau laki-laki?"
"laki-laki"
"baguslah, kalau rain pergi mama udah bahagia dengan anak nya tanpa harus menangisi kepergian rain"
"den! bu reina aja kesal sama den! kenapa nggak pulang katanya! selagi sakitnya bisa di sembuhkan maka ada mama katanya"
"bi, rain itu seperti papa! papa meninggal kan bi setelah mama juga mati matian mencari cara, rain pun begitu"
"den.... pulang ya? cukup bu reina kehilangan papa den, jangan biarkan bu reina kian bersalah karena kehilangan den, iya bibi tau tak ada kemungkinan den bisa sembuh, tapi kasih sayang seorang ibu itu juga penguat, pulang ya?"
"rain pikir pikir dulu bi"
"yaudah den"
dert dert
rain yang baru saja rebahan meraih ponselnya dan menyalakan nya, tampak beberapa besan yang tak ia baca, salah satunya dari mama nya
isi chat
"rain? udah makan?
"nak? adik udah mau lahir, namanya mama beri seperti kemauan kamu dulu, Gabriel"
"nak? obatnya di minum kan?"
"udah kontrol?"
"gimana sekolah nya?"
"mama dengar kamu lomba lagi? sayang jaga kesehatan"
"sayang? kapan pulang, mama kangen"
"rain? mama rindu sayang"
"i love u jagoan mama"
"mama rindu"
rain terdiam, ia meneteskan air matanya, ia masih tak berani membuat mamanya sedih jika tau yang sebenarnya darinya
dert dert
isi chat
"ehm halo?"
^^^siapa? ^^^
aku Aluna, ini nomor ku, kapan kapan kita ngobrol ya? kalau ada yang penting, tidur! jangan meladeni aku yang bloon ini, nanti kamu jadi bloon kayak aku
^^^iya^^^
rain tersenyum, saat membuka ponsel ada banyak kasih sayang yang ia dapatkan dari orang orang di sekitarnya, rasanya ia belum ingin menyerah tapi takdir telah menantinya di penghujung usianya
"sisa dua bulan, aku akan menyusul papa ma, maafin rain, rain juga udah berusaha ma, tapi sayang, rain nggak bisa ma" lirih rain memejamkan matanya
salah jika seorang rain di anggap sombong, ia hanya tak mau terbuai dengan pertemanan yang akan membuatnya salah arah hingga memilih menjadi bajingan seperti di luar sana
"aku ingin mati dengan baik! bukan dengan menjadi bajingan" batin rain mengingat tawaran yang selalu ia tolak saat ada saja yang menawarkan dirinya gabung ke geng mereka
. ...
bersambung