Pernikahan yang sudah didepan mata harus batal sepihak karena calon suaminya ternyata sudah menghamili wanita lain, yang merupakan adiknya sendiri, Fauzana harus hidup dalam kesedihan setelah pengkhianatan Erik.
Berharap dukungan keluarga, Fauzana seolah tidak dipedulikan, semua hanya memperdulikan adiknya yang sudah merusak pesta pernikahannya, Apakah yang akan Fauzana lakukan setelah kejadian ini?
Akankah dia bisa kuat menerima takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Satu
Ana terlihat panik saat bocah itu menangis dengan kerasnya. Hingga seorang wanita paruh baya datang.
"Non Chelsea kenapa menangis?" tanya wanita itu.
"Maaf, Bu. Saya nggak tau. Tiba-tiba dia memanggil saya mami," ucap Ana. Dia takut wanita itu salah paham.
Wanita paruh baya itu lalu mencoba menggendong gadis cilik itu, tapi dia menolak dan memberontak. Dia minta turun.
"Aku mau sama mami," ucap bocah cilik itu sambil menunjuk ke arah Ana.
Meyda lalu mendekati Ana. Kasihan melihat bocah itu yang menangis.
"Ana, mungkin maminya sudah meninggal dan itu mirip kamu, jadi dia pikir kamu maminya. Coba aja bantu bujuk. Wanita itu sepertinya pengasuh, dia panggilan non sama bocah itu," bisik Meyda.
Ana yang memang sudah tak memiliki ibu juga jadi kasihan. Dia lalu mendekati wanita paruh baya itu.
"Bu, jika memang dia mau sama saya, biar saya tolong diamkan tangisnya. Nanti baru Ibu bawa," ucap Ana.
"Terima kasih, Mbak," jawab wanita paruh baya itu. Ana mendekati sang bocah dan menggendongnya.
Saat sudah berada dalam gendongan, tangis bocah itu langsung berhenti. Dia memeluk leher Ana dengan kedua tangan mungilnya dan menaruh kepalanya di bahu Ana.
Ana membawa bocah itu duduk. Makanan yang sempat dia ambil tadi lalu disuapin ke bocah itu. Wanita paruh baya itu jadi tersenyum melihatnya.
"Bibi Inah sana, aku mau sama mami!" usir bocah itu. Meyda dan Ana cukup terkejut mendengar ucapan bocah cilik itu. Mereka berdua lalu tersenyum.
"Maaf, Mbak. Jadi merepotkan. Nanti saya panggil papinya dulu," ucap wanita yang di panggil Bi Inah itu.
"Iya, Bu," balas Ana.
Ana dan Meyda lalu mengajak anak itu bercanda dan tanpa terasa sepiring nasi milik Ana habis di santapnya.
"Cantik, namanya siapa?" tanya Meyda.
"Chelsea ...," jawab bocah itu sambil tersenyum.
"Nama yang cantik secantik orangnya," ucap Ana.
"Terima kasih, Mami," balas Chelsea dan mengecup pipi Ana.
Meyda yang melihat itu jadi tersenyum. Bocah itu memeluk erat tubuh Ana. Seperti takut terlepas dan menghilang.
"Kamu memang cocok menjadi ibunya. Kalian sama-sama cantik," ujar Meyda.
Ana mencubit lengan sahabatnya itu. Dari tadi gadis itu selalu saja meledeknya. Tak berapa lama, bocah itu terlelap dengan memeluk tubuh gadis itu.
"Lah, anaknya dah tidur. Mau kamu bawa kemana? Tak tau siapa orang tuanya. Jangan-jangan sengaja di beri sama kamu," ucap Meyda menakutkan.
"Maksud kamu apa?" tanya Ana. Dia kurang konsentrasi sehingga tak mengerti maksud ucapan sahabatnya.
"Anak ini sengaja di buang keluarganya. Dan kamu jadi korban. Harus menjaga dan merawatnya. Nanti setelah itu keluarga datang mengambil dan kamu di tuduh sebagai pencuri anak!" seru Meyda menakuti.
"Tak mungkinlah, anaknya terlihat sangat terawat. Mana mungkin mau ditelantarkan," balas Ana.
Ana terus mengusap punggung bocah itu hingga dia makin terlelap. Meyda lalu mengambilkan nasi lagi untuk Ana. Mereka berdua menyantap hidangan.
Ana makan sambil memeluk bocah itu. Layaknya seorang ibu dengan anaknya. Ketika keduanya sedang asyik mengobrol, datang wanita paruh baya tadi dengan wanita lain yang tampak sangat anggun.
Dia mendekati Ana dan tersenyum dengan keduanya. Meyda yang baru menyadari siapa wanita itu, langsung berdiri dan menyalaminya.
"Selamat malam, Bu." Meyda berucap sambil menyalami wanita itu.
"Kamu salah satu karyawan perusahaan'kan?" tanya Ibu itu.
"Iya, Bu," jawab Meyda.
"Tapi Ibu tak pernah melihat kamu," ucap Ibu itu menunjuk ke arah Ana.
"Ana baru bekerja satu tahun, Bu." Meyda yang menjawab ucapan ibu itu.
"Ana, Ibu ini istri dari Pak Sandy, ibunya Pak Rakha," ucap Meyda.
Ana terkejut mendengar itu, dia ingin berdiri tapi sedikit sulit karena Chelsea yang tertidur di pangkuannya. Ibu Sandi yang melihat itu melarangnya berdiri.
"Maaf, Bu," ucap Ana. Dia akhirnya salaman sambil duduk.
"Nggak perlu berdiri. Ibu justru yang mau minta maaf, kamu di buat repot sama Chelsea," ujar Ibu Sandi.
Meyda dan Ana saling pandang. Jika Ibu Sandi mengenal Chelsea berarti anak itu adalah keluarganya dan itu artinya keluarga Rakha juga.
"Maaf, Bu. Chelsea keluarga Ibu?" tanya Ana.
"Cucu Ibu, anaknya Rakha," jawab Ibu Sandi.
Jawaban Ibu Sandi makin membuat kedua gadis itu terkejut. Mereka mengira Rakha masih lajang. Tapi ternyata seorang bapak anak satu.
"Maaf, Bu. Saya tak tau. Chelsea tadi memanggil Ana dengan sebutan mami, dan tak mau jauh darinya. Jadi Ana menggendongnya," ujar Meyda.
"Ya, Bu. Saya tak tau jika Chelsea putrinya Pak Rakha," balas Ana.
"Tak apa. Justru Ibu berterima kasih karena kamu mau menenangkan Chelsea. Kata Bi Inah dia tak mau pergi, maunya ikut kamu," ucap Ibu Sandi.
Dari jauh dia melihat Pak Rakha yang berjalan mendekati mereka. Detak jantung Ana berdetak lebih cepat.
"Mana Chelsea, Ma?" tanya Rakha begitu sudah dekat dengan mereka.
"Itu tidur dengan Ana," tunjuk Ibu Sandi.
Chelsea yang mendengar suara-suara jadi terbangun. Melihat Ibu Sandi dan Rakha dia justru makin mempererat pelukannya.
"Aku mau sama mami!" ucap Chelsea sambil memeluk Ana.
"Sayang, ini Tante Ana, bukan mami kamu," ucap Rakha.
"Tak mau, ini mami. Papi pasti bohong. Mami, kamu mami aku'kan?" tanya Chelsea dengan wajah memelas.
Ana jadi serba salah. Dia memandangi wajah Meyda minta saran jawaban. Takut salah jawab dan membuat bocah itu kembali menangis.
"Sayang, ini Tante Ana. Bukan mami kamu. Dengan Oma aja, ya? Kasihan Tante Ana. Pasti capek gendong kamu dari tadi," ucap Ibu Sandi mencoba membujuk.
"Tak mau, aku mau sama mami," ucap Chelsea. Bocah itu menangis dengan kencangnya, membuat perhatian orang-orang sekitar.
Ibu Sandi dan Rakha tampak saling pandang. Tak menyangka jika bocah itu bisa langsung dekat dengan Ana.
"Aku mau mami pulang. Aku mau bobok sama mami," ucap Chelsea.
Ana jadi makin terkejut mendengar ucapan bocah itu. Tak tahu harus bersikap dan menjawab apa karena sang bocah yang makin memeluknya dengan erat.
Kawin..... kawin.... kawin.... kawin...