Kematian kakak Debora, Riska, sungguh membuat semua keluarga sangat berduka.
Riska, meninggal saat melahirkan anak pertamanya. Tubuhnya yang lemah, membuat dia tidak bisa bertahan.
Karena keadaan, semua keluarga menginginkan Debora, menggantikan
posisi kakaknya yang sudah meninggal, menjadi istri kakak iparnya.
Debora terpaksa menerima pernikahan itu, karena keponakannya yang masih bayi, perlu seorang Ibu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16.
Nita baru tersadar, kalau Nyonya mudanya sedang melihat suaminya sendiri, sedang bicara dengan seorang wanita, berduaan di kursi taman.
Mata Nita semakin terbelalak, melihat wanita yang duduk di samping Tuannya tersebut, semakin merapat ke tubuh Tuannya itu.
Bahu mereka nyaris bersentuhan, dan wanita itu menatap Tuannya, begitu mesra dengan tatapan yang terlihat begitu sedih.
Nita spontan melihat ke arah Nyonya mudanya, apakah kira-kira Nyonya nya melihat juga.
Debora tampak menikmati es krim nya dengan santai, dan reaksinya terlihat biasa saja.
"Nyonya...!" panggil Nita dengan nada bergetar.
"Kenapa?" tanya Debora menatap Nita.
"Apakah kita sebaiknya pindah saja?" tanya Nita dengan perasaan campur aduk.
"Di sini kan sudah nyaman, mau pindah kemana lagi?" tanya Debora, lalu melihat sekitar mereka.
"Apakah anda tidak melihat Tuan, duduk dengan seorang wanita cantik?" tanya Nita, sembari tangannya menunjuk ke arah kursi di depan mereka.
"Mereka sedang istirahat siang, biarkan saja, mungkin wanita itu pernah menjalin hubungan dengan kakak ipar!" kata Debora dengan nada tenang.
Gadis itu sudah menduga, sepertinya kakak iparnya itu, memiliki suatu rahasia.
Sepertinya sewaktu kakaknya, Riska, semasa hidupnnya, juga mengetahui tentang kedekatan kakak iparnya dengan wanita lain.
Dari cara wanita itu berbicara dengan kakak iparnya, Debora bisa melihat, kalau mereka begitu akrab.
"Tapi, rasanya tidak pantas kita duduk di sini melihat mereka mengobrol dengan begitu akrab, seolah Tuan belum menikah saja!"
Debora menghela nafasnya dengan panjang, dia pun bangkit dari duduknya.
"Baiklah, mari kita cari di tempat lain lagi!" kata Debora, mulai mengemasi barang-barang mereka.
Nita pun ikut membantu Debora berkemas, lalu mereka pun pergi dari sana.
Mereka akhirnya dapat lokasi, yang lebih jauh dari tempat mereka tadi.
Mereka kemudian membentangkan lagi kain piknik mereka, dan mulai menikmati buah yang tadi di bawa mereka dari Mansion.
"Debora!" sebuah suara lelaki memanggil Debora.
Debora dan Nita menoleh bersamaan melihat sumber suara tersebut, dan tampaklah seorang pria tampan, sebaya Debora berdiri tidak jauh dari tempat mereka bersantai.
"Mark!" gumam Debora terkejut.
Mark teman sekampus Debora, pria yang selalu mengejar Debora, tapi Debora tidak pernah menanggapinya.
Mark selalu membantunya kalau dalam kesulitan, dia pria yang baik, tapi Debora menganggap Mark sebagai teman saja, tidak lebih dari itu.
"Tidak di sangka kita bisa bertemu di sini!" sahut Mark tersenyum memandang Debora.
Sementara Nita tidak berkedip memandang Mark, dia tampak begitu terpaku melihat Mark yang tampan.
"Kenapa kamu ada di sini?" tanya Debora.
"Apakah aku boleh bergabung?" tanya Mark sambil tersenyum memandang Debora, matanya tidak dia alihkan kemana pun.
Mark pengagum Debora, semenjak mereka duduk di bangku pertama Universitas.
Lelaki itu jatuh cinta pada Debora, saat pertama kali bertemu dengan Debora.
Saat itu Mark di bully oleh senior mereka, dan Debora dengan berani melawan senior mereka.
Debora memukul senior mereka dengan sepatu Debora, dan memberi tendangan dengan kakinya yang pendek.
Mark begitu terpesona dengan Debora yang pemberani, dan selalu diam-diam memperhatikan Debora.
"Duduklah!" sahut Debora mempersilahkan Mark, untuk duduk bersama dengan mereka.
Dengan wajah yang begitu ceria, Mark duduk di dekat Debora.
"Ini bayi siapa?" tanya Mark melihat kereta dorong di sebelah Debora.
"Keponakanku!" jawab Debora.
Sementara Nita masih terus menatap Mark tidak berkedip, wajah tampan Mark begitu bersinar, membuat Nita seperti melihat seorang Aktor.
"Ehem..ehem!" Debora berdehem untuk membangunkan Nita dari rasa terpesonanya menatap Mark.
Nita mengedipkan matanya, tersadar dengan apa yang barusan di lakukannya.
Gadis itu tidak menyangka, bisa melihat seorang pria tampan yang bagaikan seorang Aktor.
Bersambung.....