Seorang penjual keliling bernama Raka, yang punya jiwa petualang dan tidak takut melanggar aturan, menemukan sebuah alat kuno yang bisa membawanya ke berbagai dimensi. Tidak sengaja, ia bertemu dengan seorang putri dari dimensi sihir bernama Aluna, yang kabur dari kerajaan karena dijodohkan dengan pangeran yang tidak ia cintai.
Raka dan Aluna, dengan kepribadian yang bertolak belakang—Raka yang konyol dan selalu berpikir pendek, sementara Aluna yang cerdas namun sering gugup dalam situasi berbahaya—mulai berpetualang bersama. Mereka mencari cara untuk menghindari pengejaran dari para pemburu dimensi yang ingin menangkap mereka.
Hal tersebut membuat mereka mengalami banyak hal seperti bertemu dengan makhluk makhluk aneh dan kejadian kejadian berbahaya lainnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoreyum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tugas Pertama
Raka menatap Galendra dengan mata penuh tekad, meskipun jauh di dalam hatinya ada sedikit keraguan. Mendengar tugas-tugas yang diberikan, dia sadar betul bahwa ini akan jauh lebih sulit daripada yang dia bayangkan. Namun, bayangan Aluna yang masih berada dalam bahaya membuatnya tetap teguh.
"Baiklah, Ibu Galendra," kata Raka, suaranya tegas meskipun terdengar sedikit gemetar. "Aku akan melakukan apa pun untuk menyelesaikan ketiga tugas itu."
Galendra menatap Raka dengan pandangan yang dalam, seolah-olah mencoba menilai kesungguhan dan keteguhan hatinya. "Kau memang anak yang keras kepala, Raka. Tapi ingat, kesungguhan dan tekad saja tidak cukup di hadapan tantangan yang akan kau temui. Kau harus memiliki kecerdasan dan ketahanan luar biasa untuk berhasil."
Raka mengangguk, meskipun dalam hati dia sedikit cemas. "Aku mengerti, Ibu. Aku akan berhati-hati."
Fluffernox, yang berdiri di sampingnya dengan tubuh gendutnya yang gemuk, mendengus malas. "Hah! Kau pasti tidak tahu betapa berbahayanya Hutan Kelam. Mata Air Beracun itu sendiri sudah membunuh lebih banyak orang daripada yang bisa kau hitung, Nak."
Raka menelan ludah, tetapi dengan tatapan penuh keyakinan dia berkata, "Aku tidak peduli. Jika ini satu-satunya cara untuk mendapatkan kekuatan yang kubutuhkan, aku akan hadapi apa pun di sana."
Galendra mengangguk kecil, lalu melambaikan tangan ke arah hutan. "Kalau begitu, pergilah sekarang. Mata Air Beracun berada di jantung Hutan Kelam, dan kau harus mendapatkan ramuan kehidupan dari sana tanpa mencemari ramuan tersebut. Jika kau kembali dengan ramuan yang aman, itu akan membuktikan bahwa kau memiliki ketelitian dan kehati-hatian yang cukup untuk pelatihan lebih lanjut."
Raka tidak membuang waktu lagi. Dia mengencangkan sabuknya, memastikan alat-alat seadanya masih tersimpan di kantong kecilnya. Dengan satu tarikan napas dalam, dia mulai melangkah menuju hutan dengan Fluffernox yang berjalan malas di sampingnya.
Saat mereka memasuki Hutan Kelam, suasana langsung berubah. Pepohonan di sekitar mereka semakin rapat, menutupi sinar matahari yang masuk hanya dengan celah-celah kecil di antara dedaunan. Hutan ini benar-benar hidup sesuai namanya—kelam dan penuh misteri. Bayangan-bayangan di antara pepohonan tampak bergerak seolah-olah diam-diam mengawasi setiap langkah Raka.
“Jadi, Fluffernox… apa yang sebenarnya kita hadapi di sini?” bisik Raka sambil mengamati sekelilingnya dengan hati-hati.
Fluffernox mendengus kecil, menggelengkan kepala dengan malas. “Ah, Nak, hutan ini bukan tempat untuk orang sembarangan. Setiap sudutnya dijaga oleh makhluk-makhluk yang tidak bisa kau lihat dengan mata telanjang, dan kalau kau tidak berhati-hati, mereka akan membawamu ke jurang atau mengelabui jalanmu sampai kau tersesat di dalam kegelapan.”
Raka terdiam, matanya melirik ke kiri dan kanan dengan waspada. Dia mencoba menjaga ketenangannya, tetapi jantungnya berdebar lebih cepat. Hanya tekad untuk menyelamatkan Aluna yang membuatnya terus melangkah maju.
Saat mereka semakin dalam masuk ke hutan, suara gemerisik di antara dedaunan terdengar semakin dekat. Raka bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang bergerak di antara bayang-bayang, tetapi dia tidak bisa melihat apa pun dengan jelas.
“Fluffernox, kau lihat itu?” bisik Raka sambil menunjuk bayangan yang tiba-tiba melintas di dekatnya.
Fluffernox menoleh sekilas, menguap malas. “Ah, tenang saja, itu hanya salah satu makhluk hutan yang sedang bermain. Mereka biasanya tidak menyerang kecuali kau terlihat takut.”
Raka menghela napas lega, mencoba mengikuti saran Fluffernox untuk tetap tenang. Dia melanjutkan langkahnya, walau dia tahu bahwa di hutan ini, siapa pun yang tidak hati-hati bisa dengan mudah terjerumus ke dalam jebakan atau tertipu oleh ilusi.
Setelah berjalan beberapa lama, mereka akhirnya tiba di sebuah sungai yang kecil, tetapi airnya berwarna hijau kehitaman dan mengeluarkan aroma yang aneh. Aliran sungai itu mengarah ke sebuah kolam yang lebih besar, yang airnya tampak mengeluarkan gelembung-gelembung kecil dengan bau yang tidak enak.
Raka menatap kolam itu dengan alis mengernyit. “Ini… apa ini? Apakah ini Mata Air Beracun?”
Fluffernox mengangguk sambil mencibir. “Ya, ini dia. Dan tugasmu adalah mengambil ramuan kehidupan yang tersembunyi di bawah air itu tanpa mencemarinya dengan racun. Kau lihat tantangannya?”
Raka menatap air itu dengan ngeri, merasa gentar oleh ide bahwa dia harus mengambil sesuatu dari bawah permukaan air yang tampak sangat mematikan. “Bagaimana caranya aku mengambil ramuan tanpa menyentuh airnya?”
Fluffernox mendengus pelan, tampak sedikit senang bisa memberi tantangan pada Raka. “Itu adalah ujiannya, Nak. Kau harus menemukan cara. Dan jika gagal, yah... setidaknya kau mencoba.”
Raka menghela napas panjang, merasa sedikit frustrasi. Dia menatap kolam itu, berusaha memikirkan cara untuk mengambil ramuan tanpa menyentuh air. Dalam kepanikannya, dia merogoh kantong kecil di pinggangnya, mencoba mencari barang apapun yang bisa membantunya.
Akhirnya, Raka menemukan sebuah botol kecil yang dia gunakan untuk membawa air minum. Dengan hati-hati, dia mencoba merendam botol itu ke dalam air menggunakan ranting panjang yang dia temukan di dekat kolam, berharap bisa mengisi botol tanpa mencelupkan tangannya ke dalam air beracun.
Namun, tepat ketika botol itu menyentuh permukaan air, bayangan besar muncul dari dalam kolam. Mata merah menyala muncul dari bawah air, dan perlahan-lahan, seekor makhluk besar berbentuk ular raksasa muncul dari kedalaman.
Raka langsung mundur dengan terkejut, hampir terjatuh saat melihat makhluk itu mendekat dengan mulut terbuka lebar.
“Fluffernox! Apa itu?!”
Fluffernox menghela napas dengan malas. “Itu Penjaga Mata Air. Tugasnya memastikan tak ada yang mengambil ramuan kehidupan dengan sembarangan. Kurasa kau harus memberinya alasan yang kuat.”
Raka berusaha menenangkan diri, mengangkat kedua tangannya untuk menunjukkan bahwa dia tidak berniat menyerang. “Aku… aku datang bukan untuk mengambil air ini untuk diriku sendiri! Aku hanya butuh ramuan kehidupan untuk menyelamatkan seseorang yang sangat penting.”
Makhluk itu mendekat, mendesis dengan suara yang membuat telinga Raka terasa bergetar. Namun, tiba-tiba ia berhenti, tampak memandang Raka dengan mata yang seolah penuh pertimbangan. Mungkin, karena alasan yang tidak diketahui, ia merasakan kesungguhan dalam kata-kata Raka.
Dengan suara serak yang dalam, makhluk itu berbicara. “Mengambil ramuan kehidupan dari Mata Air Beracun ini adalah hak yang tidak diberikan dengan mudah. Hanya mereka yang memiliki tujuan yang tulus yang akan diizinkan mengambilnya.”
Raka mengangguk, meskipun dia merasa gentar. “Aku bersumpah, aku akan menggunakan ramuan ini untuk menyelamatkan seorang teman, seseorang yang sedang berada dalam bahaya. Aku tidak menginginkan kekuatan ini untuk diriku sendiri.”
Makhluk itu terdiam, lalu perlahan menundukkan kepala sebagai tanda izin. “Jika tujuanmu benar-benar murni, maka ambillah. Tapi ingatlah, keberanianmu akan diuji lebih dari ini di masa depan.”
Raka mengangguk penuh hormat, lalu dengan hati-hati dia menggunakan botolnya untuk mengambil sedikit ramuan dari Mata Air Beracun. Begitu botol itu terisi, makhluk tersebut kembali menghilang ke dalam air, meninggalkan Raka dan Fluffernox sendirian.
Fluffernox tersenyum tipis, kali ini tampak sedikit bangga. “Kau berhasil, Nak. Kau sudah menyelesaikan tugas pertama.”
Raka menghela napas lega, merasakan sedikit kebanggaan bercampur kelelahan. Dia memandangi botol kecil di tangannya, merasakan bahwa ini adalah langkah pertama dari perjalanan panjang untuk mendapatkan kekuatan yang dia butuhkan.