NovelToon NovelToon
3M's True Love

3M's True Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:454
Nilai: 5
Nama Author: Phine Femelia

Cerita ini berkisah tentang perjalanan ketiga saudara kembar...Miko, Mike, dan Miki dalam menemukan cinta sejati. Bisakah mereka bertemu di usianya yang sangat muda?
Ikuti kisah mereka bertiga ^^



Harap bijak dalam membaca...
Plagiat dilarang mendekat...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phine Femelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Winda : Ayo besok kita merencanakan pergi

Novita : Gue mau berlibur dengan papa, mama dan kakak gue

Silvia : Gue membantu mama di warung

Winda : Sil, setiap hari lo sudah membantu di warung. Sesekali lo menemani gue jalan. Masa hidup lo cuma belajar, membantu di warung?

Silvia : Gimana lagi? Hal itu harus gue jalankan. Gue gak mungkin menyalakan keadaan karena hidup gue monoton

Winda cemberut.

"Lalu gue harus melakukan apa?" pikir Winda dengan menghela napas.

Winda berpikir.

"Ah...benar juga. Gue mencucikan mobil saja. Sudah lama gak dicuci karena sibuk kerja PR. Selagi liburan gue mencucikan saja di tempat yang waktu itu. Cuciannya bersih" pikir Winda.

Pukul 21.45. Fandi dan Devie sampai di rumah lalu Fandi berhenti menyetir dan mereka keluar dari mobil. Winda mendengar suara mobil dan segera turun dari tempat tidur lalu berjalan menuju jendela dan membuka sedikit gorden.

"Mereka sudah pulang" pikir Winda.

Winda segera keluar dari kamar. Fandi dan Devie masih saling melihat.

"Kenapa sejak tadi melihat? Kamu gak mau pergi?" tanya Devie dengan tersipu malu.

"Aku memang mau pulang. Aku boleh minta satu hal?"

"Apa?"

"Apa aku sudah boleh mencium kening atau pipi kamu?"

Devie masih belum bisa menjawab apapun karena hatinya bergejolak.

"Kalau kamu gak memperbolehkan aku tidak memaksa"

Devie masih terdiam. Banyak pikiran berkecamuk.

"Baiklah kalau gak boleh. Kalau memeluk? Sebelum kamu masuk ke rumah?" tanya Fandi hati hati.

Devie melihat terus Fandi dengan berpikir.

"Apa yang kamu pikirkan? Aku terlalu cepat meminta semuanya ya? Seharusnya kamu bicara saja. Aku gak apa-apa" kata Fandi dengan tersenyum dan mengelus sebentar pucuk kepala Devie.

"Kamu sedang apa?"

"Maaf. Aku gak bermaksud..."

"Bukan. Maksud aku kalau sampai Winda tahu gimana?" tanya Devie gelisah.

"Aku cuma sekilas. Gak akan tahu" kata Fandi dengan tersenyum.

"Lalu tentang tadi yang kamu tanya apa kamu boleh atau gak. Sebenarnya hal itu bukan menyangkut boleh atau gak tapi..."

"Kak Fandi" panggil Winda ceria.

"Hai, Winda" sapa Fandi dengan tersenyum.

Winda merasa senang. Fandi dan Devie segera melihat Winda. Devie berusaha bersikap biasanya dan Fandi memberikan flashdisk kepada Devie yang telah diambilnya dari saku lalu Devie melihat dengan merasa heran dan akhirnya melihat Fandi dengan tatapan bertanya. Winda melihat flashdisk itu dengan merasa ingin tahu.

"Masa lupa? Tadi yang gue dan teman lain menyuruh itu tinggal diedit. Kalau bisa segera karena minggu depan sudah harus presentasi"

"Oh...ya"

Devie mengambilnya.

"Gue akan segera mengerjakan" lanjut Devie.

"Ternyata Fandi punya cukup ide untuk membuat Winda gak curiga" pikir Devie pelan.

"Kamu gak masuk, Winda?"

"Ayo Kak Fandi masuk dulu" kata Winda semangat.

"Gak masalah aku segera pulang saja"

"Kenapa gak masuk dulu? Aku masih mau ngobrol dengan Kak Fandi" kata Winda cemberut.

"Sekarang sudah malam jadi lain waktu saja ya?" kata Fandi memberi pengertian.

"Ya. Memang sudah malam jadi lo pulang saja" kata Devie.

Fandi melihat Devie dan berusaha bersikap biasanya.

"Aku pulang ya?" kata Fandi kepada Winda.

Winda cemberut.

"Winda, gak baik kalau seorang cowok sering di rumah sampai malam"

"Sejak tadi Kak Fandi bersama Kak Devie akhirnya aku gak bisa ngobrol" kata Winda cemberut.

Devie jadi merasa tidak enak dan Fandi tahu.

"Winda, kamu gak boleh bicara begitu. Aku bersama kakak kamu untuk kerja tugas bukan yang lain" kata Fandi pelan.

"Ya...baiklah" kata Winda dengan mengangkat bahu dan berjalan masuk.

"Winda" panggil Devie dan mau berjalan pergi.

"Kamu mau ke mana?" tanya Fandi dengan meraih tangan Devie.

Devie tidak jadi pergi dan melihat Fandi dengan gelisah.

"Winda, Fan. Aku jadi merasa..."

"Kamu harus selalu ingat perkataan aku. Kamu memang kakaknya tapi kamu berhak bahagia dengan perasaanmu"

Devie terdiam tapi masih terdapat guratan gelisah di wajahnya.

"Kamu bisa bersama aku bahagia atau gak?"

"Kenapa kamu jadi tanya begini?"

"Itu ada kaitannya"

"...tapi..."

"Bahagia atau gak?"

Devie menghela napas.

"Tentu saja aku bahagia tapi satu sisi..."

"Kamu berhak bahagia dengan pilihanmu untuk bersama aku" potong Fandi dengan tatapan intens.

Devie melepaskan tangan Fandi.

"Maaf, Fan. Aku takut Winda melihat dan...aku butuh waktu untuk semua ini. Pulanglah" kata Devie pelan.

Fandi menghela napas.

"Baiklah. Aku berharap kamu bisa berpikir bijak. Kita sudah dianggap dewasa jadi pikirkanlah dengan pelan" kata Fandi pelan.

Fandi berjalan menuju mobil dan masuk lalu menyetir dan Devie melihat kepergian Fandi.

"Sepertinya Fandi kecewa tapi gue juga gak bisa membiarkan Winda terus kecewa" pikir Devie.

Devie berjalan masuk dengan pelan dan duduk dengan merenung. Sekian lama Devie merasa pusing dan entah kenapa sedih. Devie menghela napas pelan. Keesokan harinya. Pukul 10.00. Winda sampai di tempat pencucian mobil lalu berhenti menyetir dan keluar dari mobil. Seorang lelaki muda datang menghampiri lalu Winda memberikan kuncinya dan dia mengambil.

"Salju atau biasa?"

"Salju"

Winda berjalan masuk dan Mike melihat terus.

"Perempuan itu? Bukankah selama ini gue berharap bisa bertemu lagi? Ternyata gue masih ada kesempatan" pikir Mike dengan tersenyum penuh arti.

Mike berjalan menghampiri Winda dan berdiri di hadapannya.

"Perlu apa?" tanya Mike tersenyum dengan basa basi.

Winda melihat terus Mike.

"Miko?" pikir Winda dengan merasa heran.

Melihat Winda cuma menatapnya membuat Mike merasa percaya diri.

"Dia pasti langsung tertarik dengan gue? Pasti. Gue paling keren dan tampan jadi gue gak perlu susah untuk mendekatinya" pikir Mike dengan tersenyum penuh arti.

"Apa? Miko tersenyum? Gak salah?" pikir Winda dengan membelalakkan kedua matanya.

"Hei? Halo? Lo dengar gue?" tanya Mike dengan melambaikan tangan kirinya di depan wajah Winda.

Winda tersadar dan Mike tersenyum nakal lalu berhenti melambai dan Winda berdeham sebentar.

"Ehmm...Mik, maaf. Lo di sini juga? Lo cuci mobil juga atau service?"

"Dia sudah tahu nama gue?" pikir Mike.

Mike sempat bingung tapi akhirnya tersenyum senang.

"Lo kenal gue ya?" kata Mike dengan merasa senang.

Winda merasa heran.

"Lo pikir gue seperti lo yang sedikitpun gak kenal teman sekolah?"

"Apa? Teman sekolah?" pikir Mike dengan merasa heran.

"Justru gue heran gak seperti biasanya lo menyapa gue"

"Tentu saja gue harus menyapa orang yang datang ke sini" kata Mike berbohong.

Mike berpikir sebentar.

"...tapi tunggu dulu. Teman sekolah? Memangnya kita satu sekolah ya? Gue gak pernah melihat lo" kata Mike dengan mengingat Winda.

Winda menaikkan ujung bibirnya ke atas.

"Ya, Mik. Lo memang sombong sampai gak tahu teman satu sekolah" kata Winda merasa malas.

Mike jadi merasa lucu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!