Dengan sebilah pedang di tangan, aku menantang takdir, bukan demi menjadi pahlawan tetapi agar terciptanya kedamaian.
Dengan sebilah pedang, aku menantang empat penjuru, langit dan bumi, menjadi tidak terkalahkan.
Dengan sebilah pedang, aku menjelma menjadi naga, menghabisi iblis, menyelamatkan kemanusiaan.
Dengan sebilah pedang, aku menemukan dunia dalam diri seseorang, menjaganya segenap kekuatanku, bersamanya selamanya.
Dengan sebilah pedang, kuukir sebuah legenda, tentang anak manusia menantang langit, legenda pendekar naga!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shujinkouron, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 35 - Pelindung
“Guru, aku merasa mereka bahkan tidak mengetahui keberadaanmu di sini…” Xiao Chen tersenyum tipis.
Pemikiran Fang An tentang Bunga Dosa ingin membalas dendam padanya memang masuk akal namun Xiao Chen mengetahui bahwa Bunga Dosa bukan organisasi yang seperti itu. Xiao Chen sebenarnya cukup terkejut karena Bunga Dosa berani mencoba membunuh Pangeran Mahkota, nyali mereka sungguh besar.
Mengingat semua itu sudah terjadi lebih dari setahun yang lalu, andaikan Bunga Dosa ingin membalas dendam harusnya mereka melakukannya ketika Fang An menempuh perjalanan pulang dari Ibukota ke Lembah Seratus Pedang.
“Jika Bunga Dosa ingin menghabisi Guru, setidaknya mereka harus mengirim tiga pembunuh topeng ungu dan kemungkinan besar satu atau dua diantaranya akan terbunuh. Bunga Dosa tidak akan mau mengorbankan sumber daya sebesar itu tanpa mendapatkan uang sepeserpun.” Batin Xiao Chen.
Hanya saja tidak ada salahnya jika mereka berdua lebih waspada, Fang An dan Xiao Chen kemudian beristirahat setelah membicarakan masalah tersebut. Fang An berencana mengabarkan masalah ini pada Liu Cheng keesokan paginya.
Pada saat matahari terbit, Liu Cheng mendatangi tenda Fang An dan mengajak keduanya untuk menikmati sarapan yang telah dia sediakan. Selesai menyantap sarapan tersebut, Fang An mengabarkan tentang keberadaan Bunga Dosa yang memeriksa perkemahan tadi malam.
“Bunga Dosa?” Raut wajah Liu Cheng menjadi sedikit pucat, dia tentu mengetahui benar arti dibalik nama tersebut. “Tetua Fang, bisakah aku memohon pertolonganmu?”
Biarpun Liu Cheng mendapatkan perlindungan tanpa henti dari Wu Ya, nama Bunga Dosa membuatnya panik. Liu Cheng sudah mendengar beberapa orang dari keluarga bangsawan dihabisi oleh organisasi ini. Yang membuat Bunga Dosa sangat terkenal belakangan ini adalah karena mereka berani mencoba melakukan pembunuhan pada Yin Song setahun yang lalu.
“Masalah ini…” Fang An terlihat ragu untuk menerimanya.
“Tetua Fang, kumohon…” Liu Cheng meminta Fang An mengawalnya sampai ke tempat gadis yang ingin dia lamar. “Tetua Fang, kita berjalan ke arah yang sama dan tentu saja aku tidak meminta Tetua melakukan ini secara sukarela…”
Liu Cheng memanggil pelayannya dan membisikan sesuatu, tidak lama pelayan tersebut membawa sebuah peti kayu kecil yang berisi lima puluh koin emas, “Tetua Fang, aku tidak membawa uang pribadi yang cukup banyak, tetapi aku bisa membayar lebih lagi saat tiba di tempat tujuanku. Aku mengerti Tetua Fang bukan orang yang menginginkan harta, tetapi selain uang, aku tidak memiliki sesuatu yang berharga untuk diberikan…”
Sebenarnya ada berbagai macam barang di rombongan ini tetapi semua itu adalah mahar untuk lamaran yang telah dijanjikan Liu Cheng pada keluarga gadis pujaan hatinya. Bagi bangsawan dalam situasi apapun tidak sepatutnya menarik janji sehingga dia berencana menyerahkan mahar tersebut terlebih dahulu sebelum meminjamnya kembali untuk membayar Fang An.
Satu koin emas cukup untuk menghidupi keluarga sederhana yang terdiri dari empat orang selama setengah sampai satu tahun, lima puluh koin emas terlihat banyak tetapi bagi pendekar jumlah ini sungguh tidak berarti apalagi pendekar bergelar seperti Fang An.
Sederhananya saja, sumber daya yang sekelas Ginseng Air berusia 10 tahun misalnya bisa bernilai 50 sampai 70 keping emas. Jika seorang pendekar ingin mengembangkan kemampuannya menggunakan sumber daya maka koin emas yang harus dia keluarkan akan berjumlah sangat mengerikan.
Padahal sumber daya seperti Ginseng Air berusia 10 tahun ini tidak banyak berguna lagi bagi pendekar setingkat Fang An kecuali dikonsumsi rutin seperti yang Xiao Chen lakukan namun di seluruh dunia persilatan hanya Xiao Chen yang bisa menikmati gaya berlatih demikian.
Bagi pendekar setingkat Fang An, dengan menyelesaikan satu misi dari Lembah Seratus Pedang, dia bisa mendapatkan bayaran senilai tiga sampai lima ratus keping emas. Beberapa tugas yang berbahaya bisa membuat Fang An mendapatkan seribu keping emas dalam satu misi.
Hanya saja Fang An tidak menjalankan misi selama setahun lebih terakhir, dia masih bisa mengingat jelas Xiao Chen yang menatap pedang berkualitas lebih bagus di Paviliun Pedang Perang namun Fang An tidak bisa membelikannya. Biarpun Fang An tidak menunjukannya tetapi dia merasa tidak enak hati sebagai seorang Guru.
Perjalanan Fang An dan Xiao Chen ke Ibukota masih panjang sementara perbekalan Fang An tidaklah banyak. Fang An tidak ingin terlalu berhemat sampai membuat perjalanan ini menjadi kenangan yang tidak menyenangkan untuk Xiao Chen.
“Tuan Muda Liu, Aku menerima permintaanmu.” Fang An memutuskan.
“Terima kasih Tetua Fang! Aku akan selalu mengingat kebaikanmu.” Ekspresi Liu Cheng menjadi cerah karena Fang An bersedia mengawalnya.
Xiao Chen mengerutkan dahinya, dia tidak mengerti alasan Fang An menerima pekerjaan ini. Andai Xiao Chen mengetahui pikiran Fang An, dia mungkin akan merasa sangat bersalah mengingat kehidupan Guru dan Murid ini bisa jauh lebih mudah andai Xiao Chen bersedia menjual Ginseng Air miliknya pada sekte.
Biarpun merasa bingung, Xiao Chen tidak mempertanyakan keputusan Fang An tersebut pada gurunya.
Liu Cheng memerintahkan agar rombongannya segera berangkat, walaupun Fang An sekarang mengawalnya, Liu Cheng baru merasa sungguh aman ketika dia telah berada di kediaman pujaan hatinya.
Tentu saja para pengawal keluarga Liu ini menerima informasi tentang Bunga Dosa, raut wajah para pengawal pun berubah. Gerakan mereka menjadi lebih cepat sekaligus meminta para pelayan ikut bergegas.
Fang An dan Xiao Chen menaiki kereta kuda yang sama dengan Liu Cheng, sepanjang perjalanan Liu Cheng berusaha memperkuat hubungannya pada Fang An. Pendekar bergelar hanya ada satu diantara seratus pendekar ahli, menjadi teman pendekar setingkat Fang An tidak pernah menjadi kerugian.
Rombongan Liu Cheng sempat terhenti oleh perampok yang mencoba merebut mahar lamarannya tetapi para perampok itu bukan tandingan para pengawal. Tiga pendekar kelas satu yang biasanya tidak mau bergerak kecuali pengawal yang lain terdesak langsung turun tangan menghadapi para perampok, mereka semua ingin segera sampai ke tujuan tanpa menunda lebih lama.
“Nama Bunga Dosa sungguh menjadi motivasi yang baik untuk mereka…” kata Xiao Chen sambil tertawa kecil saat mengintip pertempuran para pengawal dan perampok.
Liu Cheng menaikan alisnya ketika menyadari Xiao Chen bisa tertawa sambil menyaksikan pembunuhan padahal Liu Cheng sendiri merasa tidak nyaman melihat pembantaian yang terjadi di luar keretanya terutama saat bau amis mulai tercium di dalam kereta.
Fang An sudah mengetahui perangai Xiao Chen seperti ini sehingga tidak terlalu terkejut.
Tidak ada hambatan lain setelah rombongan tersebut menemui para perampok. Rombongan Liu Cheng bisa melihat kota tujuan mereka waktu matahari hampir terbenam. Tanpa menunda, rombongan tersebut menuju ke sebuah kediaman mewah di kota tersebut.