Perjuangan dan kesabaran seorang Langit Maheswara, berakhir sia-sia. Wanita yang selalu dia puja, lebih memilih orang baru. Niat hati ingin memberikan kejutan dengan sebuah cicncin dan juga buket bunga, malah dirinya yang dibuat terkejut saat sebuah pemandangan menusuk rongga dadanya. sekuat tenaga menahan tangisnya yang ingin berteriak di hadapan sang kekasih, dia tahan agar tidak terlihat lemah.
Langit memberikan bunga yang di bawanya sebagai kado pernikahan untuk kekasihnya itu, tak banyak kata yang terucap, bahkan ia mengulas senyum terbaiknya agar tak merusak momen sakral yang memang seharusnya di liputi kebahagiaan.
Jika, dulu Ibunya yang di khianati oleh ayahnya. maka kini, Langit merasakan bagaimana rasanya menjadi ibunya di masa lalu. sakit, perih, hancur, semua luka di dapatkan secara bersamaan.
Ini lanjutan dari kisah "Luka dan Pembalasan" yang belum baca, yuk baca dulu 🤗🥰🥰
jangan lupa dukungannya biar Authornya semangat ya 🙏🤗🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mantan calon mertua
Di tempat lain.
Tepat pukul 12 siang, Kejora menaiki taksi menuju jalan pulang karena urusannya sudah selesai. Baik Aiman dan Nando menawarkan diri untuk mengantarnya, tetapi Kejora menolak karena selain tak mau merepotkan, dia mau pergi ke Mall untuk membeli alat elektronik untuk dia bekerja nantinya. Sungguh Kejora sangat bersyukur karena di pertemukan dengan orang-orang baik, pertemuannya dengan Langit membawa kebahagiaan dan kehangatan yang selalu dia rindukan.
Perkara tinggal bersama di kediaman Nando, Zoya terus meyakinkannya dan akhirnya Kejora pun luluh dan menerima tawaran itu. Kejora berharap keputusannya itu sudah benar, semoga dia melangkah menuju bahagia seperti yang orang lain katakan.
Uang Gladys akan dia gunakan sebaik mungkin, pengajian untuk mendiang adiknya pun akan di adakan di rumah Zoya ba'da maghrib nanti agar semakin banyak orang yang mendoakan. Pertama kali melihat Kejora membuat Zoya jatuh hati, karena dia merupakan anak tunggal dan ingin sekali memiliki adik, sepertinya Kejora cocok di jadikan adik sekaligus anak untuknya.
Taksi pun tiba di Mall besar yang terkenal di negaranya, Kejora keluar dari dalam mobil dan membayar taksinya. Langkah kakinya berjalan masuk ke dalam Mall, ia mengedarkan pandangannya melihat banyaknya orang berlalu lalang seperti semut yang sedang berburu makanan.
Kejora naik eskalator menuju lantai dua, dia ingin mencari laptop dan juga hp untuk membuat laporan di butik nanti. Bukan hanya itu saja, dia juga membutuhkan beberapa baju untuk pergi bekerja, tidak mungkin kan dia pergi bekerja memakai kaos oblong dan juga celana sobek-sobek.
Selama 30 menit, Kejora baru mendapatkan laptop dan hp baru. Selanjutnya dia hendak berjalan ke toko pakaian, begitu banyak pilihan dan juga berbagai model baju yang membuatnya bingung. Karena tak hati-hati, Kejora tak sengaja menabrak seseorang sampai barang belanjaannya jatuh dari tangannya.
"Ya ampun! Maaf, saya tak sengaja." Ucap Kejora sambil berjongkok membantu orang yang di tabraknya mengambil beberapa paper bag yang jatuh.
Saat semuanya sudah di ambil, Kejora menyerahkan paper bag itu, namun alangkah terkejutnya dia melihat siapa yang di tabraknya.
Deggg...
Kejora mematung di tempatnya, di depannya tengah berdiri seseorang yang di kenalnya, seorang perempuan paruh baya yang seharusnya menjadi mertuanya, tetapi kini semua hanya tinggal kenangan saja. Mega melipat kedua tangannya dengan angkuh menatap Kejora dari atas sampai bawah, sampai tatapan matanya berpusat pada paper bag yang di tenteng Kejora.
"Heh, perempuan sepertimu dapat uang darimana? Apa jual diri? Kakaknya aja hamil duluan, sementara adiknya? Ck, keluarga rendahan." Sinis Mega merendahkan Kejora.
"Maaf, Nyonya! Anda boleh menyinggung mereka, tapi jika anda menyinggung harga diri saya, maka saya tidak terima!" Ucap Kejora pelan tapi menekan.
"Hallaaahhh, om-om mana yang udah bayar kamu, hah! Udah punya backingan ya? Sok berani banget." Ketus Mega. Dari awal dia sengat menentang hubungan Kavi dengan Kejora, terlebih lagi saat mengetahui pelecehan itu terjadi.
"Bukan urusanmu!" Balas Kejora tak kalah sengit.
Kejora berjalan melewati Mega begitu saja, barang milik Mega yang jatuh tadi pun dia hempaskan di lantai begitu saja. Mega yang geram dengan perlakuan Kejora pun segera menyusulnya, dia menjambak rambut Kejora sampai si empu terkejut sekaligus meringis.
"Dasar anak tidak tahu sopan santun! Berani kau melawanku, hah!" Hardik Mega.
Orang-orang mulai berkerumun melihat aksi Mega, Kejora pun menutupi wajahnya malu karena di jadikan bahan tontonan oleh pengunjung lainnya. Matanya terpejam sambil mencengkram tangan Mega sampai memerah, dia melepaskan cengkraman itu dengan paksa meskipun harus merelakan rambutnya sebagian rontok.