Rama Abimana, seorang pengusaha mudah yang di khianati oleh tunangannya sendiri. Dia dengan sengaja berselingkuh dengan sekretarisnya karena alasan yang tak masuk akal.
Hingga akhirnya dia memutuskan untuk membalas dendam dengan menikahi seorang wanita secepatnya.
Siapakah wanita yang beruntung di nikahi oleh seorang Rama Abimana?
Seorang pengusaha muda terkaya sekaligus pewaris tunggal perusahaan besar Abimana Corporation.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
David benapas lega saat melihat seorang anak laki-laki berdiri ambang pintu setelah ia membukanya, anak itu terlihat membawa sebuah piring yang ditutupi secarik kertas.
Anak itu mengembangkan senyum saat si pemilik rumah membukakan pintu.
"A kata Ibu ini ada sedikit pisang goreng hasil dari panen kebun kami, semoga kalian betah ya tinggal disini, rumah kami ada depan sana." Anak itu menyodorkan piring yang dibawanya lalu menunjuk sebuah rumah yang masih terlihat dari tempatnya berdiri.
"Bilang sama Ibunya makasih ya Dek, kalau boleh tau nama Ibu kamu siapa? Biar nanti gampang balikin piringnya." David berusaha ramah dihadapan anak itu.
"Nama Ibu saya Bu Darmi, nanti kalau AA mau balikin piringnya panggil saya lagi aja, saya sering main disekitar sini kok A." jawab anak itu polos.
"Oh iya, nama kamu siapa? Nama Om, David dan Istri Om namanya Tante Vika" David mengulurkan tangan lalu meraih lengan Vika yang tadi sempat ikut melongokan kepalanya.
"Nama saya Arif Om, Istrinya Om cantik, cocok sama Om yang ganteng." Anak itu berkata sambil berlari meninggalkan mereka, mungkin karena merasa malu dengan ucapannya.
David dan Vika tertawa kecil melihat tingkah anak itu, mereka segera masuk lalu membuka piring yang ditutupi secarik kertas tadi.
Terlihat beberapa pisang goreng yang masih mengepul disana, dan entah kenapa makanan itu kini terlihat enak dimata mereka.
Padahal dulu mereka sama sekali belum pernah menyentuhnya.
David dan Vika segera mengambil pisang goreng itu, makanan sederhana itu, kini terasa nikmat di lidah mereka karena mereka sama-sama belum mengisi perut sejak siang tadi.
Bahkan sekarang pisang goreng itu sudah habis tak bersisa hanya dalam waktu sekejap saja.
Keduanya mengucap syukur atas rezeki yang mereka terima hari ini, hal yang tak pernah mereka lakukan saat masih hidup begelimang harta.
"Ternyata pisang goreng aja bisa senikmat ini kalau kita hidup dalam serba kekurangan." Vika berkata lirih.
"Semoga dengan kehidupan kita yang sekarang kita bisa lebih mensyukuri apa yang kita punya." David merangkul Istrinya lalu menyandarkannya dibahu.
*****
Pagi itu Syarin nampak semringah saat mendapat notif bahwa novelnya sudah terkontrak eksklusif diaplikasi itu.
Dia hanya perlu terus melanjutkan ceritanya untuk meningkatkan jumlah pembaca sampai nanti bisa mendapat penghasilan.
Novelnya juga berkesempatan dicetak dalam sebuah buku jika ceritanya cukup menarik banyak pembaca, membuat Syarin semakin semangat melanjutkan ceritanya.
Rama menyatukan kedua alisnya saat melihat tingkah aneh Syarin akhir-akhir ini, ia berpikir jika Syarin sedang dekat dengan seseorang.
"Ciee yang punya gebetan baru." Rama menjatuhkan diri disamping Syarin yang kini sedang tersenyum menatap layar ponselnya.
"Kenapa? Cemburu ya?" Syarin menyembunyikan ponselnya kebelakang.
Ia tak ingin Rama tau kalau dirinya sedikit mengungkap keburukan Rama dalam novelnya.
"Dih siapa juga yang cemburu, justru aku ikut senang karena kamu bisa cepat move on kalau kontrak kita sudah berakhir nanti." Rama sedikit mencebikan bibirnya.
Syarin hanya merespon dengan helaan napas panjang, entah kenapa ada perasaan aneh yang menyergap saat mendengar kata kontrak berakhir.
"Kenapa kamu belum siap-siap berangkat ke kantor?" Syarin melirik Rama yang masih mengenakan piyama padahal jam sudah menunjukan setengah sembilan.
"Aku lagi malas ke kantor hari ini, biar sekertaris baru aku yang menggantikan tugas-tugasku hari ini." Rama menyandarkan tubuhnya menatap langit-langit.
"Ohh ternyata orang yang gila kerja, bisa malas juga." Syarin berkata dengan nada mengejek.
"Siapa bilang aku orang gila kerja? Aku sering kok libur seperti ini." Rama mencoba mengelak padahal ini pertama kalinya ia bolos ngantor.
"Orang yang hanya mendedikasikan dirinya untuk berkerja sampai berniat melajang seumur hidup, apa lagi sebutan yang pantas selain orang gila kerja." ucapan Syarin selalu terasa bak tamparan keras bagi Rama.
"Mau seneng-seneng bareng hari ini?" Rama memilih mengalihkan pembicaraan dari pada terus berdebat dengan Syarin.
"Seneng-seneng bareng gimana maksudnya, seneng-seneng bareng itu artinya luas loh." Syarin berkata sambil kembali fokus pada ponselnya.
"Jangan mikir yang aneh-aneh dulu, aku ngajak kamu seneng-seneng cuma sebatas main game bareng, berenang bareng, atau apapun itu yang bisa membuat kita seneng, kita lakukan semuanya dirumah kalau kamu malas keluar."
"Hhmm baiklah, kedengarannya cukup menarik, jarang-jarang aku ada temen dirumah."
Syarin menyetujui ajakan Rama karena dirinya sudah selesai mengupdate satu bab novelnya sambil mengobrol dengan Rama tadi, beruntung Rama tak melirik ponselnya sama sekali.
Keduanya kini mulai menjalankan rencananya, Rama dan Syarin terlihat tengah asyik bermain air, hal yang jarang sekali dilakukan Rama karena selalu sibuk bekerja.
Setelah bosan bermain air kini keduanya bermain game virtual reality, mereka mengendap dibalik dinding layaknya orang yang sedang melindungi diri dari musuh.
Berbagai hal mereka lakukan mulai dari bermain air, main game, menonton film, memasak bahkan bermain petak umpet pun mereka lakukan sampai hari menjelang malam.
"Gila ya, ternyata berdiam diri dirumah juga bisa secape ini." mereka kembali ketempat semula setelah menjelajahi setiap sudut rumah itu.
"Mangkannya jangan meremehkan orang yang hanya berdiam diri rumah." Syarin seakan mendapat dukungan karena hampir sebulan ini dirinya hanya berdiam diri dirumah.
"Mulai minggu depan kamu juga akan sedikit sibuk, para klien banyak yang nanyain kamu, mulai sekarang kamu akan aktif mendampingi aku ke acara-acara resmi kantor."
"Apa!! Aku gak mau, aku lebih baik dikurung dirumah seharian." Mata Syarin membulat lalu menggeleng cepat.
"Ya sudah diam saja terus dirumah kalau kamu mau rahasia kita terbongkar." Rama menyilangkan lengannya didada.
"Tapi aku takut akan membuatmu malu disana " Syarin berkata lirih sambil meremas jemarinya.
"Aku sudah menyiapkan seorang guru yang akan mengubah sikap dan penampilanmu hanya dalam waktu satu minggu, dia juga guru yang disiapkan Papi dulu, aku dulu dipaksa dewasa sebelum waktunya." Rama menghela napas panjang.
Masa kecilnya dulu jauh sekali dari kata bahagia, disaat anak seusianya asyik bermain dengan teman-temannya, dia hanya terus dijejali dengan pelajaran.
Dia bahkan tak diijinkan masuk sekolah umum karena setiap guru mata pelajaran lah yang datang kerumahnya.
"Ngeri juga ya jadi anak orang kaya, apalagi anak satu-satunya, aku lebih baik terlahir dari anak orang biasa saja jika seperti itu." Syarin bergidik ngeri saat membayangkan betapa ketatnya pengawasan terhadap Rama.
"Ya mau gimana lagi, kan aku udah pernah bilang kalau kita gak bisa memilih dari rahim siapa kita akan dilahirkan."
"Terus gimana caranya kamu bisa bertahan sampai sekarang?" Syarin menatap penuh selidik.
"Karena Vika, saat melihat dia tersenyum membuatku semakin semangat untuk bertahan demi bisa membahagiakannya." Rama kembali menyandarkan tubuhnya menatap langit-langit, membayangkan masa-masa dirinya bersama Vika dulu.
"Sebegitu berartinya dia buat kamu?" Hati Syarin terasa berdenyut saat mendengar nama Vika disebut.
Rama mengangguk lirih. "Vika dulu satu-satunya temanku karena kedua orang tua kami berteman baik, Vika sering datang kerumahku begitu juga sebaliknya, sebenarnya kita sudah dijodohkan sejak kecil tapi kita baru menjalani hubungan yang serius sejak SMA, saat itu mungkin hanya aku yang menganggapnya berarti." bulir bening nampak menggenang diujung matanya saat selesai bercerita.
"Apa aku bisa menggantikan sosok Vika dalam hidupmu suatu saat nanti?" Kalimat itu terucap begitu saja dari mulut Syarin.
"Coba saja kalau bisa, kamu gak perlu meragukan kesetiaanku jika berhasil melakukannya." Rama tersenyum menatap Syarin seraya menyeka ujung matanya.
***************
***************
oy thor,sedikit masukan maaf ya sebelumnya,ketika dr.mengajak bapak dan rama sebaiknya jangan pakai kata kalian,karena terdengar kurang sopan,bisa dengan kalimat bapak,pak rama bisa ikut saya sebentar..hehe mf kalo salah