Jillian Amberly, seorang gadis muda, menginjak usia 18 tahun yang masih duduk dibangku sekolah tidak sengaja melakukan One Night Stand di tempat kerjanya dengan seorang lelaki bernama Alfred Dario Garfield seorang pria Bergelar Dokter spesialis Patologi, ternama disalah satu rumah sakit besar di kota Milan.
Lelaki berprofesi dokter itu, berniat menikahi Jillian sebagai bentuk tanggung jawab atas kekhilafan nya yang tidak disengaja tapi Jillian menolak mentah-mentah seolah mengatakan dirinya tidak akan hamil hanya karena bercinta satu malam.
Tapi! semua itu hanyalah angan dan mimpi dalam tidur Jillian nyatanya saat ini ia memegang teshpeck yang menunjukkan garis dua, tangan Jillian bergetar air matanya sudah tidak dibendung lagi.
Bagaimana ia harus memberitahu kebenaran ini pada keluarganya? keluarganya saja tidak memperdulikan nya. Lalu pria yang bercinta dengan nya bagaimana? apa dia percaya dengan Jillian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 9
MALAM HARINYA.
Seperti yang Jillian katakan, wanita hamil itu sudah bersiap memakai celana katun longgar dengan kaos longgar agar tidak terlalu kentara perut nya yang mulai membulat.
Jam sudah menunjukkan pukul 20.00, hari ini dia akan datang sedikit telat mengingat dia butuh waktu istirahat mengikuti saran dokter. tidak ingin menimbulkan kegaduhan di malam hari Jillian memilih lewat jalan keluar dibelakang rumahnya.
Karena posisi kamarnya berada di ujung tangga belakang lantai 2 disana terdapat satu pintu rahasia yang tidak orang lain ketahui selain dirinya termasuk para pekerja rumah tidak ada yang tahu.
Karena warna pintu dan dinding sangat menyerupai warna yang sama tidak ada ganggang pintu membuat orang melihat hanya dinding dengan wallpaper dan satu gambar foto keluarga milik Jillian terpajang.
Setelah berhasil keluar dari sana, Jillian segera melewati pintu belakang rumah ia menyusuri jalanan yang cukup sepi karena dasarnya perumahan elit jarang sekali ada yang berlalu lalang mereka sangat sibuk 24 jam.
Jillian memesan taksi menuju tempat angkringan kerja nya ah mungkin bisa dibilang Food track karena Jillian berasal dari negara Indonesia yang pindah ke kota Milan sejak usia nya 7 tahun ia menganggap tempat bekerja nya seperti angkringan yang mirip di Indonesia jadilah ia menyamakan nya saja karena terlalu berbelit pengucapan nya, saat sampai disana sudah terlihat ramai anak-anak remaja dari berbagai golongan usia anak muda, Jillian melihat arlojinya.
"Pukul 20.20. " gumam Jillian.
" Hai semuanya. " sapa Jillian menghampiri rekan kerja nya yang sebagian ada yang bersantai sebagian lagi sibuk menyiapkan pesanan pelanggan.
" Hai juga, baru datang kamu? " tanya teman Jillian bernama Geisha.
" Iya, aku telat ya? " tanya Jillian pada Geisha.
" Santai aja, ini bukan pekerjaan resmi kok. " jawab Kimberly
Mereka mulai berpencar mengantar pesanan orang-orang, Jillian begitu menikmati pekerjaan nya saking menikmatinya wanita itu tidak menyadari kehadiran seorang lelaki yang sejak tadi duduk di pojokkan angkringan hanya memesan segelas Americano dan Camilan saja.
Pandangan lelaki itu terus tertuju pada Jillian yang sepertinya wanita itu tampak kelelahan hampir 2 jam lamanya ia berdiri kesana-kemari tanpa duduk.
Jillian menyeka dahinya yang mulai mengeluarkan bulir keringat, di dudukan nya bokongnya di kursi kayu sembari memegang perutnya yang sedikit kram dan mengelusnya pelan agar tidak ada yang curiga.
Padahal Jillian sudah banyak istirahat hari ini, dan ia baru 2 jam bekerja tapi kenapa perutnya kembali kram? sesekali Jillian tampak mengerutkan dahinya menahan rasa tidak nyaman diperutnya tapi wanita itu abaikan begitu saja.
Waktu berlalu begitu cepat jam sudah menunjukkan pukul 00.00 makanan dalam Food track sudah habis tak tersisa para pelanggan sudah pada pulang hanya sebagian saja yang masih disana.
" Akhirnya selesai juga, mau langsung pulang atau tunggu duit gajihan nih? " tanya Pratama pemilik Food track yang tidak membedakan status karyawan dan boss disana.
" Tunggu transferan aja, aku mau pulang sekarang besok harus sekolah lagi. " ucap Jillian melepas apron miliknya.
" Hati-hati dijalan, aku akan mengirimkan gaji mu. " ucap Pratama menepuk pelan puncak kepala wanita itu.
" Kau tidak ada niatan bicara pada Daddy mu mengenai hal ini? " tanya Geisha kasihan melihat Jillian bekerja siang dan malam tanpa ingat waktu.
" Beritahu apa? " tanya Jillian tidak mengerti.
" Kau kan sudah tidak diberi uang bulanan dan harian selama 3 tahun terakhir sama Tante Eleanor, kau gak mau melaporkan perbuatan nya? " tanya Geisha.
" Biarkan saja, suatu saat kebusukan nya akan terbongkar sendiri. aku malas mencari masalah ujung-ujungnya aku juga yang kena imbas nya dan dimarahin habis-habisan. "
" Kau tahu kan, bagaimana cinta mati banget Daddy sama nenek sihir itu. " ucap Jillian memutar bola matanya malas.
" Tapi, aku gak tega rasanya lihat kamu kerja gak ingat waktu kayak gini, bisa-bisa K.O kau lama-lama begini. " timpal Kim.
" Kalau aku K.O buktinya kalian bisa lihat aku sekarang hayo!!! " tunjuk Jillian.
" Tenang saja, kalian jangan menatap ku kasihan dong! aku gak suka! sebentar lagi aku lulus jadi aku bisa kerja dan istirahat yang cukup, karena aku sekolah saja jadi jadwal kerja dan semua kegiatan ku bertabrakan. " jelas Jillian.
" Kalau ada acara prom night disekolah yang butuh wali hubungi kami saja, kami akan membantumu. " ucap Pratama.
" Terimakasih, atas kebaikan kalian aku pulang dulu semuanya. " ucap JIllian.
" Kamu pulang sama siapa? " tanya Kim.
" Naik Taksi, biasanya sekitaran jam segini para taksi masih ada di pinggir jalan. " ucap JIllian memperhatikan jam di ponselnya.
" Mau ku antar pulang? tidak baik anak gadis pulang sendirian ditengah malam. " jawab Kim memegang tangan Jillian dan menatapnya lekat.
" Makasih atas tawaran nya, tapi aku bisa pulang sendiri. sudah berhari-hari kamu antar aku pulang, aku jadi gak enak sama kamu. " ucap Jillian melepas pegangan tangan Kim.
" Tap- "
" Jillian pulang sama saya. " celetuk seorang lelaki menghampiri mereka.
Jillian menatap tidak menyangka, melihat kehadiran Dario yang mendekat kearahnya.
" Kamu siapanya JIllian? " tanya Kim.
" Saya cal- "
" Paman!!! dia paman ku! aku baru ingat, Paman ku akan menjemput ku. " potong Jillian cepat.
" Paman? kamu tidak pernah cerita apapun sama kita kalau punya kerabat. " timpal Giesha.
" Soalnya dia keluarga dari Mama kandungku, kalian tahu kan. aku tidak begitu dekat dengan keluarga Mama ku. " ucap JIllian.
" Oh, pantasan saja sangat asing dilihat wajahnya. kalau gitu titip Jillian ya Om. " ucap Kim tersenyum kesal.
" Ya, kami pulang dulu. ayo Jillian Paman antar!!! " ucap Dario menekan kata Paman menatap wanita itu dongkol.
" Hati-hati dijalan Jillian. " ucap mereka.
" Ya... " balas Jillian mengikuti langkah Dario.
Dario menjalankan mobilnya, dalam hati ia masih begitu jengkel dengan Jillian yang mengatakan nya dirinya' PAMAN' yang benar saja!!! masih muda begini di panggil Paman, sangat tidak elit!
" Kenapa harus panggil paman! " tanya Dario.
" Terus apa dong? Om kan sudah tua, gak mungkin juga aku bilang Om calon suamiku. " ucap Jillian.
" Setidaknya jangan Paman! saya tidak suak. " protes Dario.
" Mau dipanggil apa? panggilan itu sudah cocok buat Om! agar mereka gak curiga, mereka tahunya aku masih sekolah. " ucap Jillian.
" Ya, kan bisa yang lain. " ucap Dario lagi.
" Terserahlah, aku tidak perduli. " ucap Jillian.
" Tapi!!! kenapa Om bisa ada disana? bukannya Om Dokter, pergi bekerja kan? " tanya Jillian memicingkan matanya curiga.
" Kebetulan saya lagi kumpul bersama teman saya disana. " Jawab Dario mencari alasan.
" Oh, betulan ? gak bohong kan? " tanya Jillian lagi.
" Apa jangan-jangan Om tungguin aku kerja kan? " sambung Jillian.
" Ck, kamu jangan terlalu kepedean. buat apa saya tahu kamu bekerja dimana sampai tungguin kamu segala! saya juga punya kerjaan sendiri kali. " jawab Dario sewot.
" Santai aja kali Om Dok! sewot banget jawabnya. " balas Jillian merengut kesal.
Dario mengantarkan Jillian sampai depan pagar rumahnya, Jillian segera masuk kedalam rumahnya, Dario melajukan mobilnya meninggalkan perkarangan rumah Jillian.