Arabella harus menelan kekecewaan dan pahitnya kenyataan saat dirinya mengetahui jika pria yang selama dua tahun ini menjadi kekasihnya akan bertunangan dan menikah dengan wanita yang sudah dijodohkan dengan pria itu.
Arabella pikir dirinyalah wanita satu-satunya yang dicintai pria itu, tapi ternyata dirinya hanyalah sebagai pelampiasan selama wanita yang dijodohkan berada di luar negeri.
"Bagaimana jika aku hamil? apa kau memilih ku dan membatalkan perjodohan mu?"
"Aku tidak mungkin mengecewakan kelaurga ku Ara."
Jawaban Maher cukup membuat hati Arabella seperti ditikam benda tajam tak kasat mata. Sakit, terlalu sakit sampai dirinya lupa bagaimana melupakan rasa sakit itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cucu siapa?
"Kamu sedang apa Pah?" Disya mendekati Adam yang sedang duduk diruang kerjanya sambil menatap ponselnya dan tersenyum sendiri.
Sebagai seorang Istri tentu saja Disya merasa curiga, meskipun suaminya sudah tidak muda, tapi Adam cukup bisa membuat wanita dibawahnya menjerit dan jatuh cinta.
Adam mendongak, ingin menyembunyikan ponselnya namun Istrinya sudah melihat.
"Inikan-" Disya merebut ponsel Adam yang menunjukan sebuah foto.
Foto seorang wanita dan gadis kecil sendang tersenyum.
"Kenapa kamu bisa memiliki fotonya Dam!"
Adam memejamkan mata, nada dan cara bicara istrinya sudah menunjukan jika dia sedang marah.
"Sabar sayang, aku bisa jelaskan," Adam menyentuh tangan Disya dan membawanya ke pangkuan, "Dia Arabella dan-"
"Cucu kita, anak Maher!" Disya memotong lebih dulu.
"Hm, mereka tinggal di luar kota dan-"
"Bagaimana kamu tahu, kenapa kamu tidak beri tahu Maher yang mencari mereka?" Disya melayangkan pertanyaan untuk suaminya dengan nada tak biasa, bisa-bisanya suaminya menyembunyikan semua darinya dan juga Maher.
Adam memijit keningnya, istrinya ini memotong ucapannya sebelum dirinya selesai bicara.
"Dengarkan aku bicara dulu, jangan memotong saat aku bicara," Ucap Adam menatap istrinya tajam.
Disya yang di tatap seperti itu mendadak langsung diam, karena kesal dan emosi dirinya tidak bisa diam.
"Orang tua Arabella menjual semua yang mereka miliki di Jakarta sebelum mereka pergi. Dan saat itu anak buah ku melaporkan jika mereka sedang menuju rumah sakit, rumah sakit di mana Arabella melahirkan cucu kita, anak Maher," terang Adam, "Tapi mereka telat memberi tahu, saat mereka sampai di rumah sakit mereka sudah pergi, dan ternyata mereka meninggalkan kota dengan membawa bayinya, dari sana kami tidak bisa melacak kemana mereka pergi karena ternyata mereka di bantu oleh seseorang." Jelas Adam.
"Lalu dari mana kau mendapatkan foto ini, apa itu berarti kau menemukan mereka?" Tanya Disya dengan cepat, wajahnya begitu penasaran.
"Ya, tadi malam tanpa sengaja orang ku yang sedang pulang berlibur, tidak sengaja melihat keduanya, entah memang kebetulan atau takdir yang sudah saatnya mempertemukan mereka, yang jelas sebentar lagi mereka akan bertemu." Adam tersenyum membayangkan apa yang akan terjadi pada putranya, dia sudah menyelidik Arabella di tempat tinggalnya dan Adam sudah mengatur semua untuk membawa Arabella kembali meskipun hanya kemungkinan kecil jika mereka rencananya berhasil.
"Ya Tuhan." Disya memegangi kepalanya sambil menatap foto gadis kecil yang cantik dan menggemaskan.
"Dia mirip Maher dan Ara." Gumam Disya sambil tersenyum haru, tidak di sangka dirinya memiliki cucu perempuan sudah sebesar itu.
"Ya, gen Adhitama memang lebih mendominasi," Kata Adam bangga dengan turunan keluarga Adhitama.
"Dasar!"
Maher baru pulang dari kantor, pria itu pulang kerumah orang tuanya, karena biasanya dia akan pulang ke apartemen di mana pernah tinggal Arabella.
"Tumben Kakak kemarin?" Mahira menyapa saat berada di ruang televisi.
"Di mana papa?" Tanyanya sambil ikut duduk di samping Mahira.
"Di ruang kerja sama Mama." Maher hanya mengangguk, dirinya hendak pergi namun teringat sesuatu.
"Sebaiknya kau periksa matamu itu, tidak bisakah kau melihat pria yang lebih muda, Kenapa seleramu seorang Om-Om." Setelah mengatakan itu Maher berlalu pergi.
Mahira membulatkan kedua matanya, apa-apaan Maher bicara seperti itu, biasanya dia juga tidak peduli dengan apa yang dia lakukan dan dekat dengan siapa.
"Memangnya kenapa, yang tua itu yang menggairahkan, enak saja mengatai Reyhan Om-Om." Dumel Mahira yang kesal.
Meskipun yang di katakan Maher benar, tapi dirinya tidak suka. aneh,salah siapa usianya yang sudah sangat matang tidak mau menikah, giliran dekat pria yang malah usianya hampir menyerupai papanya. Auk ah pusying
"Kapan aku akan menemui cucu ku sayang," Disya sudah tidak sabar ingin bertemu dengan cucunya.
"Se-"
"Cucu siapa yang Mama maksud!"
*
*
Tinggalkan jejak kalian 😘😘😘
Jagan lupa mampir dan beri dukungan 👇👇👇