Menceritakan seorang wanita yang memiliki perasaan cinta kepada suaminya sendiri. Penikahan paksa yang di alami wanita itu menyebabkan tumbuhnya beni cinta untuk sang suami meskipun sang suami selalu bersikap dingin dan acuh kepadanya.
Wanita yang bodoh itu bernama Andin. Wanita yang rela suaminya memiliki kekasih di dalam pernikahannya, hingga sebuah kecelakaan terjadi. Andin mengalami koma dan ketika sadar semua tidak seperti yang di harapkan oleh sang suami.
Apakah cinta Andin tetap bertahan meskipun ia menderita amnesia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasmin Eliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali
Kakek yang sudah sampai di Rumah sakit langsung di arahkan oleh Ardy ke ruangan Andin. Di ketuknya pintu ruangan tersebut dan terlihatlah Rian yang sedang duduk di sofa dengan penampilan yang telah berubah.
Wajah jika Andin mengatakan bahwa Rian adalah om-om karena penampilannya yang tidak terurus membuat Andin takut kepadanya.
Setelah Andin tertidur karena pengaruh obat, Rian langsung bergegas mandi dan mencukur janggutnya yang telah semeraut. Rian bergegas menggunakan pakaian casual yang biasa dia gunakan di rumah.
Gaya pakaiannya dan wajah yang bersih menambah kesan muda pada dirinya.
Mata kakek beralih kepada Andin yang tertidur meskipun masih di infus.
"Ri... Apa kamu sudah makan?" tanya sang kakek sambil mendekat ke arah Rian.
"Belum kek, nanti saja... Sekarang aku lagi fokus dengan beberapa file yang tertunda" ucap Rian.
"Jangan menunda waktu makan. Jika kamu sakit siapa yang akan mengurus istrimu?" ucap Kakek menyadari Rian bahwa dia harus terus menjaga kesehatan karena istrinya telah kembali.
"Baiklah kek... Aku keluar dulu... Ada yang mau kakek titip biar aku belikan?" ucap Rian sambil mematikan laptop.
"Aku sudah makan sebelum ke rumah sakit. Lebih baik kamu saja yang makan lalu bawakan sesuatu kesukaan istrimu agar dia cepat pulih" ucap kakek sambil duduk di samping Rian.
Rian hanya tersenyum lalu berdiri meninggalkan ruangan. Sebelum keluar dari pintu, Rian menoleh ke arah kakek sambil berkata " Aku titip Andin kek" ucap Rian sopan.
"Tidak perlu kamu titip tetap aku jaga dia, karena dia cucuku" ucap kakek menatap lembut ke arah Andin.
Rian berjalan menuju resto kesukaannya, namun setibanya di sana Rian berjumpa Ara dengan perut yang mulai membesar mungkin sekitar 5 bulan.
"Anak ku... Lihat ayahmu datang" ucap Ara tanpa tahu malu.
"Jangan asal bicara nona" ucap Ardy yang berada di depan Rian. Ardy membukakan pintu resto untuk Rian.
Ara yang mendengar ucapan Ardy langsung memajukan mulutnya karena kesal.
Ara mengejar Rian masuk kedalam resto dan duduk di samping Rian.
"Aku sudah berulang kali peringatkan ke kamu, jangan dekat denganku, karena kita tidak ada hubungan apapun" ucap Rian dingin.
"Aku kangen kamu Ri... Aku siap kamu nikahi aku..." ucap Ara yang menggandeng lengan Rian namun dengan cepat di tepis oleh Rian.
"Aku jijik dengan kamu, lebih baik kamu pikirkan nasib anak kamu itu. Mintalah tanggung jawab dengan ayah kandungnya. Rizki harus bertanggung jawab." ucap Rian lalu berdiri.
"Tidak Ri... Ini anak kamu... waktu itu di hotel tempat temanku kamu ingat bukan... Waktu itu kamu mabuk Ri... Dan...." ucap Ara sambil menangis.
Kali ini Rian tidak percaya dengan tangisan Ara. Menurut penyelidikan sebelum terjadi kecelakaan yang di alami Andin, kedua wanita itu telah membuat janji untuk bertemu. Rian curiga ada sesuatu hang memicu terjadi kecelakaan itu dan berhubungan dengan Ara.
"Yang aku ingat, aku bersama istriku saat itu dan kami menghabiskan malam yang panas" ucap Rian tanpa kebohongan.
"Tidak Ri..." ucap Ara menahan tangan Rian yang hampir melangkah menjauh dari Ara.
"Apa lagi? Apa perlu aku memaksa dan berbuat kasar denganmu agar kamu jauh dari aku? Jika begitu, aku tidak akan berlaku lembut lagi ke kamu. Selama ini aku memandang janin yang tidak berdosa di rahim kotor mu itu" ucap Rian lalu pergi.
Kali ini Ara menangis terseduh-seduh. Hinaan Rian telah melukai harga dirinya. Ara mengepal tangannya sehingga buku-buku jarinya jelas terlihat.
Rian kehilangan nafsu makannya setelah bertemu Ara. Dia berpikir untuk kembali saja ke rumah sakit namun sebelumnya dia mampir ke toko roti tempat Andin sebelumnya bekerja.
Rian memesan berapa kue dan roti kesukaan Andin sebelum kembali kerumah sakit.
Setelah mendapatkan kue kesukaan Andin, Rian pun bergegas masuk ke mobilnya dan tanpa sengaja bertemu dengan Samuel taman bisnisnya.
Meski Samuel memiliki usia yang jauh darinya namun kerja sama yang mereka sepakati belum berakhir.
"Pak Samuel?" panggil Rian ketika melihat Samuel mau masuk ke toko roti tersebut.
"Rian..." ucap Samuel ketika menoleh ke Rian.
"Apa kabar? Bagaimana kabar istrimu?" tanya Samuel yang sukses membuat Rian bingung.
"Aku baik, istriku baru sadar dari koma karena kecelakaan" ucap Rian yang sukses membuat wajah Samuel menggelap.Samuel terkejut dengan penuturan Rian.
"Apa Andin kecelakaan?"tanya Samuel terkejut karena selama ini dia kira Andin hanya menghindar darinya.
"Di rumah sakit mana Andin di rawat?" tanya Samuel khawatir.
"Saya pikir anda tuan Samuel tidak perlu khawatir dengan keadaan istri saya!" ucap Rian dengan nada dingin dan tegas di kata istri.
"Jangan salah paham dulu, saya hanya teringat keponakan saya ketika melihat istrimu" ucap Samuel berusaha menutupi keterkejutannya.
"Benarkah?" tanya Rian dengan mata menyipit.
"Tenang saja, saya tidak merebut istri orang" ucap Samuel lalu menepuk pundak Rian dan pergi masuk kedalam toko roti itu.
Rian bingung dan termenung selama diperjalanan menuju rumah sakit.
"Sepertinya ada yang aku lewati" ucap Rian.
"Ardy, cari tahu hubungan apa yang terjadi antara Samuel dengan Andin" ucap Rian yang di angguki Ardy yang sedang menyupir.
Beberapa menit mengendarai mobil akhirnya Rian sampai di rumah sakit. Rian melangkahkan kaki besarnya menuju ruangan Andin. Di tatapnya Kakek dan Andin yang sedang bercanda gurau. Tawa mereka terasa hangat di hati Rian. Rian mengetuk dan membuka pintu untuk masuk ke dalam ruangan.
"Sayang kamu sudah bangun" ucap Rian sambil meletakan makanan yang di belinya di sebuah meja yang berhadapan dengan sofa tempat Andin sedang duduk sekarang.
"Kakek, aku sebal banget tahu... Karena si om tua itu sering panggil aku sayang." ucap Andin dengan nada manja.
Rian membulatkan matanya mendengar suara manja sang istri yang terasa menggemaskan.
"Apa-apaan ini, kenapa kamu begitu manja dengan kakek? aku ini suamimu jadi bermanja dengan ku saja" ucap Rian greget karena dengan Andin yang terlihat manja ala bocah.
"Tidak mau ah... entar aku di apa-apain gimana? Mending dengan kakek sendiri. Wleeekkk wleekkk" ucap Andin sambil menjulurkan lidahnya untuk mengejek Rian.
Rian hanya mampu menepuk jidatnya karena perilaku Andin yang sama seperti anak usia 17 tahun.
"Sepertinya aku harus ekstra bersabar" ucap Rian yang melihat Andin sibuk menjilat slai isi roti yang di beli Rian tadi.
"Andin... Rian itu suamimu sayang..." ucap Kakek sambil mengelus kepala Andin.
"Jangan-jangan kakek kerja sama dangan om itu ya?" Ucap Andin penuh selidik.
Meski hati kecilnya merasa getaran terhadap Rian tapi sungguh dirinya tidak mengingat sedikitpun tentang Rian.
Andin berdiri mendekat ke arah Rian lalu berjinjit untuk berbisik ke Rian.
"Jika benar kamu suamiku, berarti kamu sudah melihat tubuhku bukan? Buktikan sekarang apa yang kamu tahu dari tubuhku?" ucap Andin sepelan mungkin karena takut sang kakek mendengar, lebih tepatnya malu jika kakeknya mendengar.