Pernikahan adalah sebuah janji seumur hidup di mana semoga orang ingin menikah dengan pilihannya sendiri, namun bagi Maura itu adalah sebuah angan-angan saja.
Dia harus menggantikan sang kakak yang kabur di hari pernikahannya, tekanan yang di dapat dari orang tuanya membuat Maura pun menyetujuinya karena dia tidak ingin membuat keluarganya malu.
Pernikahan ini terjadi karena sebuah hutang, di mana orang tuanya hutang begitu besar dengan keluarga calon suaminya itu, sosok pria yang sama sekali tidak Maura ketahui bagaimana wajahnya.
Bahkan selama beberapa kali pertemuan keluarga tidak pernah pria itu menampakkan wajahnya, dari rumor yang di dapat bahwa pria itu berwajah jelek sehingga tidak berani untuk menampakkan wajahnya, itu juga salah satu alasan sang Kaka memilih kabur di hari-h pernikahannya dan harus menumbalkan sang adik yaitu Maura.
Bagaimana kelanjutannya???
Yukkk kepoin cerita nya.
NB: Kalau ada typo boleh komen ya biar bisa di perbaiki
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13_Kalah Main
Pagi harinya Maura dan yang lainnya sudah bersiap, Bara hari ini menjadi supir dengan papa Brian di sampingnya, sedangkan para wanita berada di belakang.
"Kak Maura udah pernah ke puncak?" tanya Bianca yang begitu antusias sekali, entah mengapa sifat Bianca sangat berbanding terbalik dengan sifat Bara.
"Belum dek, kakak seneng banget waktu mas Bara bilang kalau kita mau ke puncak." ucap Maura.
"Wah sayang banget, kalau gitu setelah sampai puncak nanti Bianca ajak jalan jalan." seru Bianca.
"Wah beneran? boleh boleh," seru Maura.
"Adek diem deh." protes Bara yang berada di stir kemudi.
"Ck mending nyetir aja deh." protes sang adik balik.
Perjalanan pun terasa sangat menyenangkan dengan di bumbui pertengkaran kecil antara Bianca dengan Bara, sampai tak terasa mobil mulai memasuki halaman luas villa tersebut.
Maura keluar dari mobil yang takjub melihat villa yang begitu mewah sekali, dengan halaman yang cukup luas dan sekeliling yang di hampari perkebunan teh.
"Ayo masuk." ucap Bara sambil menggenggam tangan sang istri begitu erat membuat Maura grogi dibuat nya.
"Kalian ke kamar saja biar nanti mang Asep sama bi Sumi yang bantu beres-beres." ucap mama Wina dan di angguki oleh Bara.
Mang Asep dan bi Sumi adalah orang kepercayaan papa Brian untuk menjaga villa di puncak, mereka adalah suami istri yang sudah mengabdi belasan tahun dengan keluarga Anderson.
"Kak, kak Maura hari ini tidur sama Bianca ya?" izin Bianca ingin lebih dekat dengan kakak iparnya.
Namun seperti nya dia lupa dengan siapa dia berhadapan, ucapan sang adik tadi langsung di sambut tatapan tajam dan sebuah kata-kata yang tegas.
"Enggak, tidur sendiri." ucapnya kemudian membawa sang istri ke lantai dua di mana kamar nya di sana, kamar Bianca juga berada di lantai dua sehingga di bawah hanya ada kamar orang tua nya saja.
Maura hanya menurut saja saat sang suami menariknya, dia juga ingin tidur dengan sang adik sekalian agar tidak dekat-dekat sang suami karena membuat jantung nya tidak baik baik saja.
"Istirahat lah nanti siang saya bangunkan untuk makan siang." ucap Bara karena mereka sampai sebelum jam makan siang.
"Tapi aku mau jalan jalan sama Bianca." seru Maura seperti lupa kalau dia takut jika berhadapan sang sang suami.
Bara yang mendapatkan ucapan dari sang istri pun mendekati Maura dan menarik tubuh ramping sang istri hingga sekarang tubuh mereka saling menempel, bahkan Maura bisa mendengar deru nafas sang suami menerpa wajahnya, begitu pun dengan Bara.
Bara pun meninggalkan kamar nya dan menuju ke taman belakang di mana di sana tidak ada orang, dia ingin menghubungi Max yang Bara tugaskan untuk mengawasi keluarga istri nya.
^^^Bara: [Bagaimana?]^^^
Max: [Mereka berdua sekarang berada di tempat casino tuan, seperti nya mereka meminta uang kepada nyonya Maura untuk melunasi hutang karena sudah kalah main judi.]
^^^Bara: [Seperti nya mereka tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa!]^^^
^^^Bara: [Pantau terus, saya ingin lihat bagaimana Maura akan menangani hal ini? Apakah dia akan meminta saya membantu keluarga tidak tahu diri itu atau tidak.]^^^
Max: [Baik tuan.]
Setelah itu Bara menutup telepon nya, dia memilih duduk sambil melihat kolam renang yang air nya begitu jernih dan langit yang sekarang begitu cerah sekali.
"Kenapa kau ada di sini son?" tanya appa Brian yang duduk di samping sang anak.
"Sedang melihat matahari yang masih bersinar cerah itu, padahal sudah ada sejak beratus ratus tahun tapi tetap saja panas." ucap Bara yang tidak ada faedahnya sama sekali.
"Ck kau membosankan son." ujar papa Brian.
.
.
Bersambung.....