Apa jadi nya, jika hidup mu yang datar dan membosankan tiba-tiba berubah berwarna. Semua itu, karena kehadiran orang baru.
Alin yang sudah lama di tinggal Mama nya sedari kecil, menjadi anak yang murung dan pendiam. Hingga tiba suatu hari, sang Papa membawa Ibu Tiri untuk nya.
Bagaimana kah sikap Ibu Tiri, yang selalu di anggap kejam oleh orang-orang?
Akan kah Alin setuju memiliki Mama baru?
Jawaban nya ada di novel ini.
Selamat membaca... 😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Jantung Aisyah berdegup kencang saat mendengar suara yang ada di hadapan nya saat ini. Ia tidak menyangka, jika benda itu bisa mengenali diri nya.
Ia pun langsung mengenali kode-Kode yang ada di dalam benda itu. Aisyah merasa aneh. Pasti sudah bertahun-tahun benda itu tidak menyala. Namun, mengapa masih hidup saja.
Setelah mengotak atik benda yang ada di hadapan nya saat ini, ia pun melihat layar mungil yang ada di sana.
Foto diri nya bersama Aslan sedang berada di suatu tempat. Sepertinya Aisyah tidak ingat foto itu ada di mana.
Ia pun mulai menggerakkan Jari-jari nya dengan lincah. Setiap folder yang di sana, meminta sidik jari milik Aisyah.
Banyak folder rahasia yang ia temukan di sana. Salah satu folder yang ia temukan, membuat ia penasaran.
"Laboratorium manusia."
Begitu lah yang tertulis di sana. Aisyah pun langsung mencoba membuka nya. Ia lagi-lagi di buat terkejut saat melihat banyak sekali percobaan pada manusia.
Mulai dari anak-anak, sampai orang dewasa pun ada di laboratorium itu. Mereka melakukan semacam percobaan pada mereka semua.
Rata-rata anak-anak yang di bawa ke laboratorium merupakan anak-anak yang berasal dari panti asuhan atau anak jalanan yang tidak memiliki keluarga lagi.
Aisyah dan Aslan termasuk salah satu dari anak-anak itu. Foto Aisyah dan Aslan saat kecil pun terpampang di sana.
Aisyah kembali mencari folder-folder lain yang bisa bermanfaat untuk nya.
"Cara memulihkan ingatan."
Folder selanjut nya membuat Aisyah penasaran. Ia segera membuka folder itu. Di sana Aslan suami nya dan diri nya sendiri sedang duduk di sebuah kursi. Mereka saling bicara satu sama lain.
"untuk istriku Aisyah, jika suatu saat nanti kita kembali kehilangan ingatan kita, dan kamu menemukan folder ini, ingat lah. Kita adalah suami istri. Kita bukan anak kembar.
Organisasi besar yang tak mampu kita lawan, berusaha membuat kita kehilangan ingatan kita, jika kita sampai tertangkap.
Kita adalah agen terbaik mereka. Kita adalah hasil eksperimen mereka yang paling hebat. Sampai kapan pun, kita tidak akan pernah bisa di bu-nuh oleh mereka. Kita adalah mesin pembu-nuh yang paling hebat.
Mereka tidak bisa menciptakan selain dari kita. Hanya kita. Hanya kita berdua yang kemudian bisa saling jatuh cinta.
Aisyah istri ku, walaupun suatu saat nanti kita kehilangan ingatan. Bawalah benda ini. Di sisi kiri, ada sebuah tombol yang akan membuat otak kita bereaksi jika kita menekan nya.
Kita berdua merancang ini untuk kita dan para agen yang telah di bohongi selama ini. Kita bukan lah agen. Kita adalah kelinci percobaan bagi mereka yang berkuasa.
Adapun yang kita habisi selama ini, adalah orang-orang yang tidak bersalah. Mereka menentang keputusan pimpinan yang di atas.
Maka dari itu, mereka menjadi target kita semua. Aku berharap setelah kau mendapatkan benda ini, kau tidak pernah menyesal dengan hidup mu.
Aku mencintaimu, Aisyah istriku. Sekarang, dan selamanya."
Air mata Aisyah tidak berhenti mengalir setelah mendengar dan menyaksikan video itu. Jadi, dia adalah Aisyah yang sebenarnya. Mereka memang suami istri dari awal.
Pantas saja, saat pertama kali bertemu, mereka sudah memiliki benih-benih cinta di hati mereka.
Aisyah penasaran dengan tombol itu. Haruskah ia mengetahui semua masa lalu nya sekarang. Akan tetapi, jika ia menunda nya, lama-lama akan ketahuan juga siapa diri nya yang sebenarnya.
"Akan aku lakukan!" Ucap nya pada diri sendiri.
Dengan memejamkan mata nya, Aisyah pun menekan tombol itu. Jari nya bergetar hebat. Ia seperti terkena serangan tegangan tinggi.
Mulai dari ujung kaki hingga kepala, aliran itu berjalan. Aisyah tiba-tiba pingsan setelah nya.
*****
Alin menunggu Aisyah sudah beberapa menit yang lalu. Aisyah tidak datang dan menjemput nya.
"Alin, pulang bareng aku aja yuk."
"Nggak usah. Nanti kalau Bunda ku jemput gimana?"
"Ya kan nanti kamu bisa hubungi Bunda kamu. Dari pada sendirian di sini."
"Tapi, aku nggak bawa ponsel. Dan, aku juga nggak tahu nomor nya Bunda aku."
"Jadi, ponsel nya tinggal di rumah?"
"Iya."
"Hmm,, gini aja deh. Kalau memang beberapa menit lagi Bunda kamu nggak datang, mending kita langsung pulang. Bunda kamu mungkin ada sesuatu yang harus beliau urus."
"Trus, kamu nya gimana?"
"Aku akan nungguin Bunda kamu di sini."
"Makasih ya, Andra."
"Gampang itu."
"Trus, nanti apa kamu nggak di cariin sama orang tua kamu?"
"Orang tua aku mana peduli. Yang penting, aku ada dirumah pas mereka pulang."
"Oh gitu ya. Tapi, kok tumben kamu mau bicara dengan ku?" Tanya Alin penasaran.
Karena selama ini, Andra terkenal dengan sifat cuek nya. Andra tidak pernah mau bicara dengan siapapun.
Ia sibuk sendiri dengan dunia nya. Dan juga, tidak ada yang berani mengusik Andra. Andra tidak suka di usik. Jika ada yang berani, ia akan melawan.
Andra lumayan ku-at untuk anak seumuran nya. Jika anak-anak lain sibuk bermain, Andra hanya duduk diam di kelas dan seperti sedang mengerjakan sesuatu.
Maka dari itu Alin heran. Mengapa tiba-tiba Andra malah mengajak nya berbicara. Selama ini, Andra tidak pernah dekat dengan siapapun.
"Ya aku penasaran aja sama kamu, Alin."
"Penasaran?"
"Iya. Kamu itu sudah lama di bully sama geng Angel. Tapi, kamu hanya diam saja. Trus tiba tiba kamu jadi berani semenjak Bunda kamu ada."
"Oh itu. Iya. Semenjak ada Bunda, aku jadi merasa hebat dan berani."
"Memang nya Bunda kamu sehebat itu?"
"Ya. Bunda ku hebat dalam segala hal. Bunda juga suka membuat aku tertawa."
"Bagaimana dengan keluarga Mama mu?"
"Mereka nggak suka Alin. Padahal jelas Alin cucu mereka. Foto-foto saat Mama Alin hamil, jelas ada. Semua foto usg juga ada. Jelas kalau Mama memang mengandung Alin."
"Apa kamu nggak pernah mencoba untuk bertanya? Mengapa nenek dan tante mu jadi seperti itu?"
"Jangan kan bertanya. Baru lihat wajah Alin saja, mereka langsung buang muka.. Kata mereka, Alin mirip Papa. Dan mereka benci Papa. Karena dulu, Papa orang miskin yang tiba-tiba di nikahi Mama."
"Hmm,, ternyata masalah hidup mu ribet juga ya, Alin.."
"Iya. Kok aku jadi curhat gini ya sama kamu. Padahal kita baru pertama kali bicara. Maaf ya Andra. Aku nggak bermaksud membuat hidup ku terlihat menyedihkan."
"It's oke Alin. Aku nggak masalah kok. Lagian kita nunggu gini, kan bosan juga kalau nggak saling bicara."
"Eh iya. Benar juga ya."
"Jadi Alin, ini hampir setengah jam. Apa kamu nggak mau pulang? Malam di sini seram loh."
"Aku, hmmm.."
ada juga part lawaknya...
kweni...
kau memang anak pintar Alva...
bukan gerahnya.
aku harap Alin adalah yg asli
bermakna ada wanita lain ka?....