Hyuna Isvara, seorang wanita berusia 29 tahun yang bekerja sebagai seorang koki di salah satu restoran.
4 tahun menjalani biduk rumah tangga bersama dengan Aksa Dharmendra, tidak juga diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk memiliki anak.
Namun, kehidupan rumah tangga mereka tetap bahagia karena Aksa tidak pernah menuntut tentang anak dari Hyuna.
Akan tetapi, kebahagiaan mereka sedikit demi sedikit menghilang sejak Aksa mengenalkan seorang wanita kepada Hyuna tepat di hari annyversary mereka.
Siapakah wanita yang Aksa kenalkan pada Hyuna?
Bagaimanakah rumah tangga mereka selanjutnya?
Yuk, ikuti kisah Hyuna yang penuh dengan perjuangan dan air mata!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 17. Inilah Jawabannya.
Laura menatap Hyuna dengan tajam, apalagi saat mendengar apa yang wanita itu katakan, tentu saja hatinya menjadi panas membara.
"Aku mohon hentikan suamimu, Laura. Jika hari ini aku tidak pergi dari rumah ini, maka selamanya aku tidak akan pergi dari tempat ini!"
"Apa?"
Laura dan Mona tersentak dengan apa yang Hyuna katakan, sementara Hyuna sendiri terpaksa mengancam mereka agar mau menghentikan apa yang Aksa lakukan.
Laura dan Mona saling pandang seolah sedang memikirkan apa yang Hyuna katakan. Apa jadinya jika wanita itu ada di rumah ini selamanya? Bukankah itu artinya dia juga akan menjadi istri Aksa selamanya?
"Hentikan ucapanmu dan ikutlah denganku, Hyuna. Kita selesaikan semua ini baik-baik. Jika kau memang ingin pergi dan tidak setuju dengan pernikahanku dan dia, maka aku akan menceraikannya untukmu,"
"Apa?"
Laura dan Mona lagi-lagi tersentak kaget dengan apa yang Aksa katakan. "Apa maksudmu, Aksa? Bagaimana mungkin kau mengatakan hal seperti itu?" Mona menatap putranya dengan tajam.
"Kenapa tidak mungkin, Bu? Dari awal aku menikahi Laura karena Ibu, dan bukan karena keinginanku sendiri. Jika karena hal ini aku dan Hyuna berpisah, maka lebih baik aku tidak menikahinya."
Hyuna memijat pelipisnya yang berdenyut akibat pertengkaran mereka. Bagaimana mungkin Aksa semudah itu menikah dan menceraikan seseorang? Apa pernikahan itu hanya sebatas permainan saja untuknya?
"Kau, kau bilang apa, Aksa?"
Laura yang sejak tadi menahan diri karena tidak mau terlihat jelek dimata Mona dan juga Aksa benar-benar sudah kehilangan kesabaran. Dia menatap Aksa dengan tajam, begitu pula laki-laki itu yang memandangnya tak kalah tajam.
Hyuna yang melihat ketegangan mereka pelan-pelan menarik kopernya, tetapi si*al Aksa mengetahui niatnya itu sehingga terus memegangi barang-barangnya.
"Kau bilang mau menceraikanku, hah? Apa kau lupa kebersamaan kita beberapa waktu lalu?"
"Diam, Laura! Waktu itu aku khilaf dan tidak bisa berpikir dengan jernih."
Hyuna menghela napas kasar. Persetan dengan mereka semua. Terserah jika Aksa mau menahan barang-barangnya atau apa, yang jelas dia harus segera keluar dari rumah ini saat ini juga.
"Khilaf kau bilang? Cih, kau menikmati setiap sentuhan dan juga kenikmatan yang kuberikan,"
"Laura!" bentak Aksa membuat Hyuna terlonjak kaget, sementara Laura semakin menantang Aksa karena merasa tidak terima.
Hati Hyuan terasa semakin sakit saat mendengar pertengkaran mereka. Ternyata hubungan Aksa dan Laura sudah sampai sejauh itu, dan keputusannya untuk pergi dari hidup Aksa memang jalan yang terbaik untuknya saat ini.
Tidak mau lagi mendengar pertengkaran mereka, Hyuna langsung berbalik dan melangkah turun dari tangga. Dia berjalan cepat ke arah sang mertua membuat Aksa terkesiap, sementara Mona sendiri merasa was-was jika Hyuna ingin melakukan sesuatu padanya.
"Terima kasih atas semua kebaikan yang telah Ibu berikan padaku, walaupun hatiku hanya merasakan sebuah kepedian sejak menikah dengan mas Aksa."
Ucapan Hyuna terasa seperti sebuah tamparan untuk Mona, tetapi tentu saja dia merasa tidak peduli karena sejak awal dia memang tidak menyukai wanita itu menjadi istri putranya. Apalagi ditambah dengan tidak bisa memberikan keturunan, membuat rasa benci kian merajalela.
"Aku tidak peduli dengan apa yang kau rasakan, tapi jika kau benar-benar pergi dari rumah ini, maka jangan harap bisa kembali lagi."
Hyuna tersenyum simpul membuat Mona mengernyit bingung, sementara Aksa bergegas menuruni anak tangga untuk mendekatinya.
"Aku tidak akan kembali lagi, Bu. Sudah cukup rasa sakit dan derita selama ini, aku hanya akan muncul di hadapan kalian saat persidangan."
Deg.
Tubuh Aksa langsung membeku saat mendengar ucapan Hyuna. Jantungnya berdegup kencang dengan rasa sakit yang menyesakkan dada.
Hyuna lalu melihat ke arah Laura membuat wanita itu menatapnya penuh tanda tanya.
"Aku juga ingin mengucapkan terima kasih padamu, Laura. Terima kasih karena sudah hadir dalam kehidupan kami dan menunjukkan sifat suamiku yang tidak aku ketahui sebelumnya, kau telah menjauhkanku dari seorang lelaki pembohong dan menganggap pernikahan hanya sebuah mainan." Hyuna tertawa dengan getir, tetapi percayalah jika saat ini hatinya benar-benar perih.
"Kini aku baru sadar kenapa Allah belum juga memberikan anak ke dalam rahimku, dan ternyata inilah jawabannya. Sungguh aku benar-benar bersyukur hanya aku yang terluka, dan biarlah hanya aku yang menanggung semua duka tapi tidak pada anakku. Aku bersyukur belum punya anak darimu, Mas!"
Hyuna langsung berbalik dan melangkah cepat untuk keluar dari rumah itu. Dia tidak peduli lagi dengan barang-barangnya, karena nanti dia akan kembali untuk mengambil semua itu. Jika Aksa tetap menahannya, maka dia akan melaporkannya pada polisi.
Aksa sendiri mematung karena ucapan yang Hyuna berikan untuknya. Apa yang wanita itu katakan benar-benar menusuk hatinya, padahal sejak dulu dia selalu mencintai Hyuna lebih dari apapun. Hanya karena satu kesalahan, maka semua perasaan yang telah dia berikan tidak ada lagi artinya.
Hyuna semakin mempercepat langkah kakinya untuk memanggil taksi. Air mata sudah berjatuhan membasahi wajah, dan langkahnya juga sudah mulai goyah karena tidak sanggup dengan beban derita yang sedang dirasakan.
Sebuah taksi berhenti tepat di hadapan Hyuna membuat dia langsung masuk ke dalamnya. Dia lalu melihat ke arah rumah saat mendengar suara teriakan Aksa.
"Berhenti, Hyuna. Aku mohon jangan pergi!"
Aksa berlari untuk mendekati Hyuna, sementara Hyuna langsung menyuruh supir taksi untuk pergi dari tempat itu.
"Hyuna, aku mohon jangan pergi!"
Langkah Aksa terhenti saat melihat Hyuna sudah menjauh dari tempat itu. Tubuhnya langsung ambruk ke aspal sambil memandang wanita itu yang kian menjauh.
"Aaarggh. Aku pasti akan membawamu kembali, Hyuna. Aku pasti akan membawamu kembali."
Hyuna menyandarkan tubuhnya dengan kedua mata terpejam. Beberapa kali dia beristighfar untuk menenangkan hatinya yang terasa sangat sakit, bahkan rasa sakitnya berkali-kali lipat dari yang sebelumnya.
"Aku sudah mengambil keputusan, ya Allah. Aku mohon kuatkan lah hati dan juga langkahku untuk menapaki jalan yang telah Engkau gariskan."
•
•
•
Tbc.