Emily, 25 tahun. Dia harus terjebak diantara permintaan bos nya untuk bisa diterima menjadi sekretaris di PT Dinar Sastra.
Satria,35 tahun . Pimpinan yg dikenal dingin dan jutek itu memiliki kepribadian unik. Tempramental dan manja seperti layaknya bayi .
Namun, siapa sangka seiring berjalannya waktu bersama mereka berdua menumbuh kan rasa cinta tetapi bagaimana status Satria yg masih memiliki istri ?,Bisakah mereka bersatu diantara kecaman keluarga mereka..?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lulu Berlian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Emily segera memberikan tatapan yg mematikan untuk nya ,karena saat ini di dalam lift ada dua orang pria di depan mereka .
"Sorry.." Sebastian mati matian menahan diri hingga pintu lift terbuka menurunkan dua orang tadi.
"Gue rasa elo menjauh Em ? Sorry kalo lo ngerasa enggak nyaman karena di ruangan waktu itu."
Emily tidak langsung menjawab ia segera memijit tombol lift menuju lantainya bekerja.
"Kenapa lo blokir nomor gue ..? Please gue jadi uring uringan kaya gini ."
Emily menoleh memberikan tatapan malas .
"Tau gak tindakan lo waktu itu sama seperti pele**an."
"Pele***an ??" Sebastian tidak terima di sebut seperti itu , badannya maju selangkah lebih dekat .
"Apa elo gak bisa ngerasain perasaan gue di balik ciu**n itu ?"
"Perasaan apa yg lo maksud? Selama ini elo selalu mencium gue tanpa izin !"
"Tapi elo diem aja !"
"Jadi maksud elo gue ini murahan?Karena diem aja ,makanya elo jadi berani bertindak lebih jauh ? Elo gak tau artinya shock sejenak?"
Sebastian mengusap kasar rambut nya .
"Iya ..gue tau .Tapi please jangan blokir nomor gue dan jangan menjauh ,kalo lo gak suka bilang jangan diem kayak gitu."
Emily tersenyum miring.
"Ini yg gue gak suka dari cowok yg kaya lo ,bukannya minta maaf malah nyalahin cewek.!"
Tepat saat itu juga lift terbuka ,buru buru Emily keluar meninggalkan Sebastian yg masih berusaha memanggil namanya.
"Dasar baji***an tengik !Label play boy semasa SMA rupanya masih melekat di dia."
Emily menggerutu sesampainya di meja kerjanya. Mengatur sebentar tumpukkan dokumen yg belum tersentuh akibat harus mengambil izin tidak masuk kantor atau lebih tepatnya karena Satria yg melarang nya datang ke kantor saat itu .Ia meletakkan tas jinjingnya di sudut meja dengan hati hati teringat Bibi Shanum membawakannya bekal tadi .
"Benar benar jadi kambing ini gue ." Menatap malas ketika tau sarapan paginya ini adalah salad sayur beserta potongan buah di sampingnya.
Satria tidak main main ,pria itu menyingkirkan semua bahan makanan yg tidak sehat termasuk mie instan kesukaan nya .
"Aduh..." Emily merasakan nyeri pada Pay***ranya ,hal seperti ini kerap kali ia rasakan seperti mengejutkan datangnya tiba-tiba.
Melihat ke bajunya pas di bagian ke dua gund**an itu sudah mulai basah ,airnya merembes .Ini sedang deras derasnya ASI nya itu keluar.
Emily bangkit memutuskan untuk memasang silicon cup di kamar mandi sebelum yg lain ada yg melihatnya.
Ia berlari kecil dan ...
Brakkkk....
Kepalanya hampir saja terbentur tembok jika ia tidak segera menggulingkan tubuhnya ke samping.
"Awh. "
"Aduh .kalo jalan tuh liat liat dong kamu ..!"
Emily mendongak ,siapa wanita yg telah menabrak nya itu .Bukannya meminta maaf malah marah marah ketika ingin kembali memakinya ia mematung .
Alangkah terkejutnya siapa wanita di hadapannya ,kedua mata Emily membola dia adalah.. Istri sah Satria.
"Oh. Jadi kamu kerja juga di sini ? Seorang wanita gatal yg berusaha merayu rayu suami orang ?"
Emily menoleh ke kanan dan ke kiri beberapa orang sudah berkumpul melihat mereka apalagi suara Catrine tadi sangatlah keras .
"Bangun kamu jalang ,wanita gila mana yg merayu Bosnya sendiri?"
Bisik bisik di sekitar mulai terdengar di telinga Emily , Catrine dengan tanpa ampun menarik rambutnya hingga ke tengah tengah kerumunan .
"Malu ..Malu kamu sekarang hah ?" Tunjukin muka jalangnya dong !"
Dengan gerakan tiba-tiba Catrine menjambak rambut Emily ,memaksa wanita itu mendongak dengan ekspresi yg mengejutkan. Hatinya merasa di tekan oleh amarah yg mendalam ,seolah tak sanggup menahan derai emosi yg menyeruak .
"Mbak salah orang, tolong lepaskan saya !"
"Salah orang? Jelas jelas kamulah orang yg bersama suami saya waktu itu.!"
Emily tak berkutik ,ia berharap ada seseorang yg bisa melerai ini semua. Di ujung sana ia bisa melihat seorang pria yg hanya bisa menatap dirinya tanpa ekspresi walaupun tau saat ini Emily sedang di permalukan.
"Bastian " Lirihnya menatap penuh harap pada sahabatnya. Tapi pria itu malah bergeming sama seperti karyawan lainnya yg hanya menatapnya.
"Luc**i dia ..!" Seru Catrine dengan tajam !Memerintahkan ke dua satpam yg sebelumnya hanya berdiri termangu ,takut melawan amukan istri Bos mereka .
"Saya bilang lu**ti dia ,!"
Bentaknya sekali lagi ,kali ini dengan nada yg lebih tinggi ,kedua satpam segera bergegas
mendekati Emily yg dengan panik berusaha melindungi tubuhnya dari cengkraman mereka .Tangan tangannya meronta dan mencoba menghindar namun upaya nya sia sia ,di bawah kuasa ke dua satpam yg jelas tak ingin melawan perintah dari istri bos mereka .
Emily merasa terhina dan ketakutan tapi tak ada yg bisa ia lakukan.
"Pak ..jangan pak ..!"
Mati matian Emily menahan kemejanya agar tidak turun ke bawah walaupun beberapa kancingnya sudah terlepas paksa .
"Wah ,,,dia lagi menyus** ?"
"Eh ,,iya basah itu ..!"
Bisik bisik para pegawai terdengar di telinga Catrine , matanya turun ke objek yg menjadi bahan pembicaraan orang orang.
Catrine mendekat ,tidak salah lagi wanita di hadapannya ini sedang menyusui dibtandai bentuk pay***anya yg lebih besar dibandingkan dengan wanita normal terlebih br* nya type sport yg di kenakan Emily basah .
Baru saja tangannya ingin kembali menjambak rambut Emily seseorang datang dengan suara menggelegar.
"Catrine..!" Teriakan itu menggema di seluruh ruangan membuat seluruh orang yg berada di sana srentak menundukan kepala mereka . Mereka saling bertukar pandang merasa terkejut melihat Bos mereka berteriak sehebat itu untuk pertama kalinya .
"Kalian semua bubar ..!"
Tak perlu waktu lama semua orang yg berkerumun segera membubarkan diri apalagi melihat wajah bosnya sudah merah padam.
"Kalian berdua saya pecat detik ini juga ..!"
"Pak . Tapi Pak... Kami hanya.."
Satria tidak perduli dengan ke dua satpam itu ,sudah di pastikan besok pagi mereka tidak ada di kantor walaupun harus menangis darah dan bersujud di kakinya.
Satria menatap Emily yg tengah menangis pilu ,menutupi wajahnya dengan ke dua tangan sambil tubuhnya gemetar tak tertahankan . Melihat keadaan wanitanya yg teramat menyedihkan ,emosi Satria pun memuncak .
"Kamu salah mencari lawan Catrine..!" Ucap Satria dengan tajam, tatapan matanya bersinar penuh kebencian seperti mampu menembus kalbu .
Catrine terdiam ,ia masih sulit mencerna apa yg sebenarnya terjadi bahkan ketika Satria menggendong Emily pun ia hanya bergeming.
"Kamu sekarang aman ,Sayang .."
Tubuh Emily meringkuk di dalam gendongan, mencari perlindungan di sana menenggelamkan rasa ketakutan dan malu yg menjadi satu .
Bahkan Satria pun tidak perduli bahwasannya saat ini harus melewati beberapa karyawan untuk sampai di ruangan nya .
Jika mengingat tidak ada meeting penting hari ini ia ingin membawa Emily pulang ,karena hanya di sana wanita itu bisa merasa tenang .
Sedangkan di lain sisi Catrine terus menatap hingga punggung suaminya tak terlihat ,amarahnya memuncak ..