Tiara Putri harus membesarkan keponakannya yang bernama Bintang, karena kakaknya -Rani- yang merupakan ibu kandung Bintang, telah meninggal. Tiara sangat menyayangi Bintang hingga rela bekerja siang dan malam demi bisa mencukupi kebutuhan anak sambungnya itu. Namun tiba-tiba muncul seorang lelaki bernama Troy Richard Kardinal yang mengaku sebagai mantan pacar Rani dan ayah biologis Bintang. Dia menginginkan Bintang dan akan merebutnya dari Tiara.
Akhirnya demi bisa terus bersama Bintang, Tiara terpaksa menikahi Troy.
Bagaimanakah lika liku kehidupan pernikahan pasangan tanpa cinta itu? akankah cinta tumbuh di antara keduanya suatu saat nanti? yuk, ikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan orang yang tak di kenal.
“Kriiing!!!”
“Halo?” Prita berbisik saat menjawab panggilan telepon.
“Prita!! aku diterima! Makasih banget ya, bestie!” pekik Tia dari seberang telpon.
“Iya, iya. Udah dulu ya, aku lagi meeting!” Prita langsung menutup sambungan teleponnya.
Prita mendesah lega mendengar ucapan Tia, dia sangat bersyukur. Paling tidak, dia sudah bisa membantu sahabat nya yang kesulitan.
Prita benar-benar salut pada Tia. Tia adalah perempuan yang super tangguh dan hebat. Prita sangat kagum pada kegigihan temannya itu.
“Perhatian semuanya!”
Interupsi dari pimpinan rapat, membuyarkan lamunan Prita. Dia harus kembali fokus pada meeting kali ini.
“Besok, Tuan Troy akan kembali setelah lima tahun dia stay di London. Dia akan menetap lama di sini dan akan berada satu atap dengan kita. Jadi Saya harap, kalian semua harus menampilkan performa yang bagus, agar beliau bangga memiliki kita sebagai karyawannya.
Dan ingat! Tuan Troy tu terkenal sangat keras, dia tidak akan mentolerir kesalahan para karyawannya. Jadi Saya harap kalian harus bekerja dengan maksimal kalau kalian ingin bekerja lebih lama di sini.”
“Baik, Pak.” Jawab seluruh karyawan yang mengikuti meeting, termasuk Prita.
“Orangnya kaya apa ya, Prit?” bisik seorang wanita yang duduk di sebelah Prita.
“Aku juga nggak tahu, Aku kan baru kerja setahun lebih dikit. Belum pernah ketemu sama beliau,” jawab Prita dengan berbisik.
“Katanya orangnya masih muda, sekitar umur 30 an.. dan super ganteng!” Salah satu karyawan yang duduk di belakang Prita, ikut bersuara.
“Serius?” Prita membelalakkan matanya. Bukan hanya Prita, seluruh karyawan wanita yang berstatus jomblo, langsung menoleh ke arah wanita yang memberikan info spektakuler barusan.
Mereka semua serempak membuka ponselnya dan masuk ke jaringan toko online untuk memesan skincare agar wajah mereka glowing dan mempesona di depan atasan gantengnya yang besok mulai bekerja.
Mereka semua langsung berkhayal akan mendapatkan hati sang bos tampan, seperti cerita-cerita di novel online yang sering mereka baca, tentang CEO yang jatuh cinta pada wanita biasa.
Tak terkecuali Prita, dia pun punya harapan yang sama seperti teman-temannya.
***
“Ish! Sibuk amat!” kesal Tia sambil menatap ponselnya. Dia sedikit kesal karena Prita langsung mematikan sambungan teleponnya begitu saja.
“Untung aku lagi hepi!” gumam Tia sambil kembali tersenyum.
“Oh ya, aku harus ke minimarket dan mengajukan surat pengunduran diri. Mulai besok aku bekerja jadi OG. Berangkat pagi dan pulang sore! Hore!” Tia melompat-lompat kegirangan persis orang gila.
Setelah berpamitan pada bosnya di mini market, Tia langsung membereskan barang-barangnya. Tadinya Bos Minimarket tak memberikan izin, namun Tia tak peduli. Di tetap tak akan berangkat karena besok dia sudah mendapatkan tempat kerja baru.
Tak profesional memang, tapi Tia juga sudah sangat bersabar bekerja di minimarket ini, dia sering bekerja lembur dan tak dibayar. Tia masih bertahan hanya karena dia butuh uang, sekarang saat dia mendapatkan pekerjaan baru, bos minimarket itu berjanji akan membayarkan uang lembur Tia yang selama ini belum diserahkan, asal Tia tak mengundurkan diri. Namun tekad Tia sudah bulat, lagi pula, belum tentu bosnya itu bakal menepati janji, kan?
Tia bergegas keluar dari tempat yang selama ini menjadi ladang dia untuk mencari uang. Dia bergegas menuju sekolah Bintang untuk menjemputnya. Tia juga ingin mengajak Bintang jalan-jalan dan makan ice cream. Hari ini dia akan bersenang-senang sampai puas dengan anak kesayangannya untuk merayakan pekerjaan barunya.
“Mama dapat pekerjaan baru?” tanya Bintang sambil menjilati ice cream coklat kesukaannya.
“Iya, sayang. Jam kerja Mama cuma pagi sampai sore. Jadi setiap malam, Mama bisa temenin Bintang di rumah.”
“Yeay... asyik...” Bintang bersorak gembira.
“Ayo kita main sepuasnya di timeson!” ajak Tia.
“Oke Mama,” Bintang langsung berlari mendahului Tia dan masuk ke arena bermain yang ada di dalam Mall.
Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, Tia pun mengajak Bintang agar segera pulang. Walaupun Bintang masih betah bermain, dia selalu menuruti perintah Tia. Dengan berat hati, dia meninggalkan arena bermain dan berjalan mengikuti Tia.
“Jangan sedih gitu dong, Mama janji setelah gajian, kita main lagi. Oke?” rayu Tia agar Bintang tersenyum kembali.
“Hore.. Oke, Mama..” Bintang melonjak kegirangan dan memeluk Mama nya.
Saat berjalan menuju rumahnya, Tia terkejut karena melihat sebuah mobil sedan berwarna hitam mengkilat terparkir di teras rumah.
“Mobil siapa ini? Ada tamu kah?” gumam Tia penasaran.
Bergegas Tia masuk ke dalam rumah diikuti Bintang. Dan di ruang tamu, dia mendapati ada dua orang lelaki yang belum pernah Tia temui sebelumnya.
Satu lelaki berparas Eropa dan satu lagi lelaki berparas Asia. Mereka berdua sama-sama tampan dan sama-sama menatap Tia yang baru datang.
“Tia,” panggil Ibu Linggar sambil tersenyum bahagia. Dan itu membuat Tia curiga karena Ibunya tak pernah tersenyum selebar itu.
“Ini Tuan Troy, dia Ayah kandung Bintang.”
Tia melotot, dan dengan reflek dia menarik Bintang agar bersembunyi di belakangnya.
“Mereka datang untuk membawa Bintang, dan memberikan uang kompensasi karena kita sudah merawat Bintang dengan baik selama lima tahun ini,” lanjut Bu Linggar sambil membuka koper yang berisi tumpukkan uang.
Tia tersenyum smirk, pantas saja Ibunya tersenyum begitu lebar, sampai-sampai Tia takut jika bibir Ibunya robek karena terlalu bahagia. Ternyata semuanya karena uang satu koper yang ada di atas meja.
“Aku nggak akan menyerahkan Bintang!” Ketus Tia.
“Kamu jangan egois! Uang dari mana buat merawat Bintang? Kerjamu cuma jadi kasir! Merawat anak manusia itu berbeda dengan merawat anak kucing! Butuh uang banyak!” Teriak Ibu Linggar emosi.
“Aku sudah dapat pekerjaan tetap di perusahaan besar. Gaji ku juga besar, cukup untuk membiayai Bintang. Jadi Ibu nggak perlu khawatir!”
“Halah kerja apa! Cuma lulusan SMA!”
Tia menatap Ibunya dengan kesal, rahangnya mengatup. Tia berusaha sekuat tenaga untuk menahan emosi karena tingkah Ibunya.
“Saya kan tetap membawa Bintang, walaupun kamu bekerja jadi Presiden sekalipun!” Ucap Lelaki berparas Eropa.
Jantung Tia berdebar-debar, apalagi tak dapat dipungkiri jika wajah lelaki berparas Eropa itu benar-benar mirip dengan Bintang. Tia sungguh takut jika Bintang akan dibawa pergi oleh kedua lelaki itu.
“Apa buktinya kalau kau itu Ayah Bintang! Kalau tak ada bukti, jangan harap kamu bisa bawa Bintangku!”
Lelaki berparas Asia berbisik-bisik pada si wajah Eropa.
“Baiklah, Lusa akan aku bawa bukti, jika Bintang adalah anakku. Setelah itu, Bintang akan aku bawa!” Ucapnya tegas, lalu mereka berdua pergi menaiki mobil mewah yang terparkir di halaman.
Tia berusaha keras menahan air matanya, agar Bintang tak merasa takut. Baru saja dia bahagia karena mendapat pekerjaan, tiba-tiba saja kebahagiaannya sirna gara-gara dua lelaki asing yang muncul entah dari mana.
***
Hari pertama Tia bekerja tanpa semangat. Tapi Tia tetap harus bekerja dengan baik. Ini adalah ladang nafkahnya sekarang. Apapun yang terjadi nanti, biar Tia pikirkan nanti. Sekarang dia harus fokus melakukan pekerjaannya.
Setelah briefing pagi dengan kepala bagian kebersihan, Tia langsung menuju ruangan yang sudah di tetapkan sebagai area kerja Tia. Tia mendapat bagian membersihkan ruang kerja milik CEO yang ada di lantai sepuluh. Dan ternyata ruangan ini sungguh sangat besar, mungkin sebesar rumah Tia.
Tia sempat melongo karena saking kagumnya, namun sedetik kemudian dia langsung tersadar dan mulai bekerja. Satu jam lagi, pemilik ruangan ini akan datang dan Tia harus sudah selesai membersihkan ruangan ini. Tak ada waktu untuk terpesona.
Saat sedang asik bekerja, tiba-tiba pintu terbuka. Secara spontan Tia menoleh dan terkejut.
“Jadi ini pekerjaan yang kau bilang bagus? Jadi Office Girl?”
Tia terbelalak, kenapa si orang Eropa itu bisa muncul di sini?