kita memang tak tau siapa yang tuhan takdir kan untuk kita,namun kita bisa melabuhkan hati kita pada siapa. namun bagaimana jadinya jika ternyata hati dan takdir tak sejalan. Begitulah yang di rasakan oleh Aidan Arsyad Rafardhan,dia mencintai seorang wanita dan berniat akan melamar nya,namun bagaimana jadinya malah dia menikah dengan adik dari sang pujaan hati?
"menikahi orang yang di cintai memang impian,tapi mencintai orang yang di nikahi adalah kewajiban."
Aidan Arsyad Rafardhan
yukkk simak cerita lengkapnya di sini 👇
tinggalkan like,komen dan follow setelah membaca yah ☺️😆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon h.alwiah putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 27.
"Emang selama ini Lo gak kepikiran sampai sana mau? Gak curiga Lo sana suami Lo sendiri. Kalau gue jadi Lo bakal udah curiga dari lama."ucap Kanaya.
"Tapi masa sih pak Aidan belok,gak mungkin lah nay. Keluarga nya aja islami banget, bahkan semua keluarga Aidan adalah penghafal Alquran."Maureen mencoba menepis segala pemikiran buruk tentang suaminya.
"Ya kan gak menutup kemungkinan Maureen,atau gini aja. Coba Lo uji keimanan suami Lo,goda dia saat malam dengan Lo pakai baju haram yang udah gue kasih. Kalau dia tergoda berarti itu tandanya dia normal. Atau kalaupun dia punya cewek lain,Lo minimal cari taulah."
Maureen pun menganggukan kepalanya,ide dari Kanaya memang tak terlalu buruk. Tapi jika Aidan berhasil vdia goda lalu di di jebol,dia juga yang rugi dong.
Tapi kalau gak di uji,siapa tau emang bener Aidan belok. Maureen akan lebih rugi.
"Coba dulu lo cari tau apakah pak Aidan punya simpanan atau enggak,nih saran gue Lo sekarang masakin pak Aidan terus anterin ke kantor nya. Lo sebagai istri harus pengertian biar suami Lo betah sama Lo dan gak cari daun muda."
"Kurang muda apa gue nay,Lo pikir gue udah kayak Tante Tante."timpal Maureen.
"Ye kan gue cuman ngasih saran Maureen temenku yang cantik imut nan lucu."
"Heemmmmm ya udah deh,pas pulang gue langsung bikin makanan buat pak Aidan terus anterin ke kantor nya."
"Perlu gue anter?"tanya Kanaya.
"Gak usah gue nanti bisa berangkat sendiri kok atau sama supir mertua gue."
Benar saja sesampainya di rumah, Maureen langsung pergi ke dapur dan memasak beberapa makanan untuk dia bawa ke kantor Aidan.
Satu jam Maureen berkutat di dapur, akhirnya masakan nya pun jadi.
"Bi tolong bersihin dapur nya yah,maaf Maureen gak bisa bantu mau nganterin makanan buat pak Aidan."titah Maureen pada pembantu nya.
"Iya mbak."
Sebelum berangkat tentu saja Maureen mengganti pakaiannya terlebih dahulu,tak lupa memakai beberapa polesan make up agar terlihat lebih segar,dan cantik.
Setelah siap Maureen pun memutuskan untuk menggunakan motor untuk ke kantor Aidan, alasannya agar lebih cepat saja.
"Semoga gak telat,dan semoga mas Aidan belum makan siang."gumam Maureen lalu menjalankan motor matic nya.
Maureen menjalankan motor dengan kecepatan tinggi,agar cepat sampai ke kantor Aidan. Dan yah untungnya saja dia selamat sampai tujuan.
Yang seharusnya Maureen sampai ke sana selama satu jam,namun karena Maureen ngebut setengah jam saja sampai.
Sebelum memasuki kantor Aidan, tentunya Maureen merapihkan penampilan nya yang sedikit berantakan.
Tak lupa menyemprotkan parfum nya kembali,dan memakai lipblam.
"Huh bismillah."ucap Maureen lalu mulai berjalan masuk ke kantor Aidan. Yang tini berlantai kan 20 lantai.
Dan ruangan Aidan ada di lantai ke sebelas.
"Lagi Bu Maureen."sapa penjaga saat Maureen datang.
"Pagi pak."jawab Maureen.
Sepanjang jalan Maureen di sapa oleh karyawan suaminya. Tentu semua yang berada di kantor itu bersikap hormat pada istri dari atasan mereka.
"Ibu ingin bertemu dengan pak Aidan?"tanya seorang wanita yang Maureen ketahui adalah manager kantor ini.
"Iya bapak nya ada?"
"Ada Bu, silahkan bisa langsung masuk saja keruangan beliau."
Maureen pun mengangguk dan tak lupa mengucapkan terimakasih pada wanita itu.
Sampai di lantai dimana ruangan Aidan berada,tampak Maureen mengerutkan keningnya saat melihat ruangan kedua sekertaris sang suami kosong.
Ya,lantai ini hanya khusus untuk ruangan Aidan dan kedua sekertaris nya.
"Apa mereka lagi meeting yah?"tanya Maureen dalam hatinya.
"Gak papa gue tunggu aja di dalam ruangan pak Aidan."gumam Maureen lalu kembali melangkahkan kakinya.
Hingga dirinya sampai dimana ruangan sang suami yang bertuliskan 'direktur'. Maureen tampak berpikir terlebih dahulu.
"Apa gue langsung masuk yah,tapi gak sopan gimana kalau ada orang di dalam."lirih Maureen.
"Ah gak papa nanti gue ucapin salam aja."
Maureen pun membuka pintu ruangan Aidan dengan perlahan, karena saking perlahan nya Maureen membuka pintu sampai tak terdengar dari dalam jika pintu itu terbuka.
"Assalamu-"terlebih dahulu Maureen menyembulkan kepalanya sembari mengucapkan salam.
Namun belum selesai dia mengucapkan salam, pemandangan di depannya membuat dia kembali menutup pintu dengan lumayan keras.
Brak
Orang yang berada di dalam ruangan Aidan pun terjingkrak kaget mendengar suara pintu di tutup dengan keras.
"Siapa yang tadi buka pintu?"tanya Aidan.
"Gak tau pak."jawab intan.
"Siapa itu?"tanya Aidan dengan suara yang besar,namun tak ada jawaban.
"Mampus gue,haduh ngapain lagi gue nutup pintu nya dengan keras jadi ketahuan kan. Hih sia sia gue masak cape cape pulang kuliah eh ternyata dia malah asik asikan makan siang sama sekertaris keganjenan nya. Mana berdua lagi." Ada rasa nyeri kala melihat Aidan makan siang berdua dengan sekertaris nya. Bahkan di ruangan Aidan sendiri.
"Huh."Maureen menghela nafasnya lalu berbalik akan kembali pulang saja. Ingin menangis namun untuk apa juga dia menangisi Aidan. Ah sudahlah lebih baik dia pulang saja.
"Kenapa gak masuk Maureen?"tanya seorang pria yang entah kapan berada di belakangnya.
"Astaghfirullah."kaget Maureen.
"Kenapa?"tanya Samuel.
"Ehh gak papa kok."jawab Maureen sembari tersenyum.
"Bawain makan siang buat Aidan?"tebak Samuel saat melihat sebuah paper bag yang di bawa oleh Maureen.
"Hehehe iya,tapi mas Aidan nya ternyata udah makan siang tadi."jawab Maureen.
"Mampus apa Maureen salah paham yah,di dalam kan ada Tania."batin Samuel.
Pintu ruangan Aidan terbuka, menampakan Aidan serta di belakangnya Tania yang ikut melihat siapa yang tadi ingin masuk ke ruangan Aidan.
Samuel dan Maureen melihat ke arah mereka berdua. Segera Maureen memalingkan kembali mukanya.
"Ouh iya bapak udah makan siang belum?"tanya Maureen.
Aidan melihat ke arah sang istri serta barang yang di bawa oleh Maureen.
Tampak Samuel melihat ke arah Aidan terlebih dahulu sebelum menjawab.
"Ada apa kamu ke sini dek?"tanya Aidan.
"Pak Samuel udah makan siang belum?"tanya Maureen tak menghiraukan pertanyaan dari suaminya,malah kembali bertanya pada Samuel.
Samuel pun menggelengkan kepalanya.
"Nah kebetulan sekali,nih saya bawa makanan masih anget di jamin enak. Yuk saya siapin."Maureen pun menarik kemeja Samuel,mau tak mau Samuel pun mengikuti langkah Maureen.
Aidan pun tersadar, ternyata Maureen membawakan makan siang untuk dirinya. Namun mungkin tadi dia melihat dirinya dan Tania sedang makan di ruangan,jadi Maureen salah paham.
Pasti Maureen menyangka yang tidak tidak antara dia dan juga Tania.
"Dek-"panggil Aidan namun tak di hiraukan oleh Maureen.
Aidan pun menyusul Maureen dan Samuel.
"Pak makan siang nya."cegah Tania.
"Kamu makan saja dengan Gibran."
Ya, sebenarnya di ruangan Aidan itu tidak hanya dirinya dan Tania saja namun ada Gibran. Tapi kebetulan saat Maureen membuka pintu, Gibran tak terlihat karena sedang ke kamar mandi dulu.
"Duduk pak biar saya siapin makanan nya."titah Maureen.
Keduanya saat ini sedang berada di ruangan Samuel, Maureen menyuruh sanrk unt duduk di kursi.
Lalu dengan cekatan Maureen membuka bekal yang tadinya untuk Aidan.
"Nih saya bawain bekel buat pak Samuel,masih anget semoga pak Samuel suka yah."ucap Maureen sembari tersenyum.
Maureen menyendokan nasi serta beberapa lauk ke piring Samuel lalu memberikan nya kepada Samuel.
"Dek."panggil Aidan melihat perhatian yang di berikan oleh Maureen pada sahabatnya.
Maureen tak menghiraukan panggilan Aidan,malah menarik kursi yang tadinya ada di
Hadapan Samuel,kini berpindah ke samping Samuel.
Saat melihat beberapa menu makanan,yang ternyata adalah makanan kesukaan dia. Aidan jadi yakin tadi Maureen ingin membawakan nya makan siang.
"Dimakan pak."titah Maureen saat melihat Samuel tak kunjung memakan makanan nya.
Samuel menatap ke arah Aidan yang menatap nya dengan tajam. Seolah berkata jangan memakan masakan istrinya.
mewek, emosi, gregetan pokoknya jd satu.
biar tau rasa