Trisya selama ini tinggal di Luar Negri. Dia harus kembali pulang ke Indonesia atas perintah ibunya. Ibunya khawatir dengan perusahaan yang dikuasai ibu tirinya. Hal itu membuat Trisya mau tidak mau harus bergerak cepat untuk mengambil alih Perusahaan.
Tetapi ternyata memasuki Perusahaan tidak mudah bagi Trisya. Trisya harus memulai semua dari nol dan bahkan untuk mendapatkan ahli waris perusahaan mengharuskan dia untuk menikah.
Trisya dihadapkan dengan laki-laki kepercayaan dari kakeknya yang memiliki jabatan cukup tinggi di Perusahaan. Pria yang bernama Devan yang selalu membanggakan atas pencapaian segala usaha kerja keras dari nol.
Siapa sangka mereka berdua dari latar belakang yang berbeda dan sifat yang berbeda disatukan dalam pernikahan. Devan yang percaya diri meni Trisya yang dia anggap hanya gadis biasa.
Bagaimana kehidupan Pernikahan Trisya dan Devan dengan konflik status sosial yang tidak setara? apakah itu berpengaruh dengan pernikahan mereka?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15 Terbongkar
Sementara di lokasi pernikahan yang bertemakan outdoor. Dengan bangku-bangku berwarna putih yang disusun rapi yang sudah diduduki para tamu undangan.
Tamu undangan yang hadir di pernikahan Trisya dan Devan begitu sangat banyak. Devan memang mengundang semua warga desa. Jadi lebih seperti pesta rakyat.
Pelaminan pernikahan juga terlihat sangat cantik dengan bunga-bunga yang dipadukan warna putih dan pink. Tempat tersebut benar-benar indah yang tidak kalah dengan pernikahan outdoor di Jakarta.
Devan benar-benar sangat effort menyiapkan pernikahan dengan imajinasi dirinya sendiri dan tanpa melibatkan Trisya sama sekali yang pastinya semua itu di bantu oleh keluarga Devan dan juga warga-warga sekitar.
Para warga yang sangat antusias untuk hadir di acara pernikahan itu yang tidak sabar melihat calon pengantin wanitanya.
Devan juga sudah sangat tampan yang memakai setelan kemeja putih. Devan yang sekarang berdiri sembari menelpon.
"Aku benar-benar minta maaf Devan. Aku tidak bisa hadir di acara pernikahanmu. Aku mendapatkan tugas ke Luar Kota," ucap Bion dengan rasa bersalah.
"Aku benar-benar sangat kecewa kepadamu Bion. Aku hanya mengundang kau saja di kantor untuk hadir di acara sakral ku. Tetapi kau malah tidak datang dan lebih mementingkan pekerjaan di Luar Kota," ucap Devan yang terlihat kesal.
"Bro santai. Kita ini perintis dan aku tidak mungkin meninggalkan pekerjaanku. Lagi pulang kau juga masih ada acara resepsi nanti di Jakarta. Jadi aku akan hadir di sana. Jadi maafkan aku Bion. Tenang saja aku akan transfer amplopnya," ucap Bion.
"Ya. sudahlah mau bagaimana lagi," sahut Devan yang tidak bisa mengatakan apa-apa.
"Aku ucapkan selamat kepadamu dan semoga acaranya lancar. Aku tidak menyangka jika kau benar-benar akan menikah dengan karyawan baru itu. Seperti yang kau katakan dia sangat beruntung memilikimu dan aku berharap kau bertanggung jawab kepadanya dan bisa memberikan dia kebahagiaan. Ingat kau sudah menjadi seorang suami dan kau harus bertanggungjawab pada istrimu dan jangan pelit-pelit. Kau lupa dengan perkataanmu jika kau menikahi wanita itu karena kau kasihan kepadanya. Jadi harus benar-benar meratukan dia dan juga keluarganya!" tegas Bion dengan panjang lebar yang memberikan nasihatnya.
"Untuk hal itu ku tidak perlu mengajariku. Aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan," jawab Devan.
"Lalu apa calon istrimu ada di sampingmu. Aku juga ingin mengucapkan selamat kepadanya?" tanya Bion.
Mata Devan yang melihat ke arah jalanan di mana calon istrinya ternyata sudah tiba yang terlihat turun dari delman. Mata Devan tidak berkedip melihat kecantikan sang istri dari jauh dan apalagi dari dekat. Seperti seorang Cinderella saja dan sayangnya dia tidak menyambutnya. Karena masih menelpon dan juga masih berjarak.
"Devan aku sedang berbicara padamu. Apa kau masih ada di sana?" tanya Bion yang tidak mendapatkan respon apa-apa.
"Trisya baru saja sampai dan dia begitu sangat cantik sekali. Dia memang layak mendapatkan semua ini dan aku tidak sia-sia memberikan semua ini kepadanya. Aku berjanji akan membahagiakan dia. Dia juga pasti juga akan bahagia," ucap Devan dengan matanya yang terus melihat ke arah Trisya dan Devan terus saja tersenyum.
Devan yang memang memiliki wajah berkarismatik dan juga terlihat ketulusan di mata pria itu.
"Devan apa kalian menikah di udara. Aku mendengar suara helikopter yang sangat berisik," ucap Bion.
Karena melamun yang melihat sang istri yang sudah berjalan didampingi kakak perempuan dan juga adik perempuannya. Devan tidak menyadari bahwa baru saja ada helikopter yang mendarat di lapangan di dekat tempat pernikahan mereka dan bahkan anginnya sampai pada tempat pernikahan mereka. Hal itu menjadi pusat perhatian orang-orang.
Devan membalikkan tubuhnya dan melihat dari kejauhan beberapa orang yang keluar dari helikopter itu dan ternyata itu juga mencuri perhatian tamu undangan dengan mereka yang tampak takjub yang saling berbicara satu sama lain.
"Aku tidak mengundang pimpinan!" ucap Devan terlihat bingung saat memastikan bahwa itu adalah Haryanto yang sedang bergandengan dengan Mona.
Mona yang tampil kece menggunakan dress dan juga bagian bahunya dipenuhi dengan bulu-bulu. Bukan hanya Mona saja. Pasti ada Lena. Juga adik sepupu Trisya Rangga bersama istri dan juga ibunya dan juga anak mereka berdua.
"Pimpinan maksud mu siapa?" tanya Bion bingung.
"Aku hanya memberitahu jika aku akan menikah dan mengambil cuti dan ternyata pimpinan begitu respect kepadaku sampai datang memberikan kejutan untukku," ucap Devan dengan tersenyum yang tampak sangat terharu sementara Bion yang masih menelepon terlihat bingung dan Devan yang langsung mematikan telepon tersebut.
"Jika aku saja terharu seperti ini dan apalagi Trisya. Trisya pasti tidak menyangka jika dia karyawan baru yang hanya bawahan. Tetapi di hari pernikahannya didatangi pimpinan dan bahkan bersama keluarga lengkap mereka," ucap Devan dengan mata berkaca-kaca yang hampir ingin menangis.
Tanpa dia sadarinya Trisya yang sudah berada di sampingnya. Devan langsung menghampiri tamu istimewa tersebut dengan begitu percaya dirinya.
Sampai akhirnya jarak Devan dekat dengan keluarga Trisya.
"Tuan Haryanto!" Devan melangkah semakin dekat yang mengulurkan kedua tangan ingin memeluk. Tetapi Lena yang berjalan terlebih dahulu dan tiba-tiba melewati Devan dan membuat Devan menoleh ke belakang di mana Lena yang memeluk Trisya. Hal itu jelas membuat Devan bingung.
"Akhirnya Trisya kamu hari ini jadi pengantin juga, mama bener-bener senang hari ini. Kamu akan menikah," ucap Lena dengan kebiasaannya yang memeluk Trisya begitu erat.
"Mama!" ucap Devan yang merasa ada yang salah dengan pendengaran.
Dia melihat bagaimana wanita yang pasti dia kenal siapa memeluk calon istrinya begitu erat dan tampak ekspresi wajah Trisya seperti biasa kalau dipeluk sangat risih sekali.
"Kamu cantik sekali sayang. Mama tidak sia-sia datang ke acara pernikahan kamu. Lokasi pernikahannya juga bagus dan ternyata tidak sesuai dengan bayangan mama. Devan benar-benar keren menyiapkan semua ini," puji Lena yang melihat di sekitar lokasi tersebut yang membuat dia justru sangat senang.
"Devan!" Devan tersentak kaget saat tidak disadarinya jika Haryanto sudah berdiri di depannya.
"Tu-tuan," sahut Devan yang mendadak gugup dan Haryanto langsung memeluk Devan.
"Saya tidak percaya jika kamu yang akan menjadi cucu menantu saya. Saya juga tidak tahu bagaimana asal mula kamu bisa mengenal Trisya yang selama ini tinggal di Luar Negeri dan tiba-tiba saja kalian sudah menikah. Tetapi apapun itu saya merestui hubungan kalian," ucap Hariyanto.
"A-apa. Cucu!" sahut Devan dengan wajahnya memerah yang benar-benar kaget dan jantungnya berdebar dengan kencang.
"Devan jalan ke rumahmu benar-benar tidak bisa menggunakan mobil. Trisya mengatakan kepada kami untuk tidak perlu datang dan yang perlu datang itu hanya Kakek saja. Tapi aku jelas ingin sekali melihat kakakku menikah. Jadi kami menggunakan helikopter dan untung saja lapangannya tersedia untuk parkir," sahut Rangga dengan tersenyum.
"Apa ini?" batin Devan yang sampai jantungan dan melihat ke arah Trisya.
Trisya hanya diam dan dia sebenarnya tahu bahwa ekspresi Devan itu sangat tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Tapi apa yang bisa Trisya lakukan. Dia hanya melihat bagaimana Devan yang mendadak keringat dingin.
Bersambung..
mungkin nenek sudah tenang karena perusahaan itu sudah di pegang oleh Trisya, karena itu dia tenang meninggalkan dunia ini
sama² punya tingkat kepedean yg sangat luar biasa tinggi