NovelToon NovelToon
Biarkan Aku Menyerah

Biarkan Aku Menyerah

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Romansa / Penyesalan Suami
Popularitas:9.9M
Nilai: 4.8
Nama Author: Pasha Ayu

Dalam rumah tangga, CINTA saja tidak cukup, ... Masih diperlukan kesetiaan untuk membangun kokoh sebuah BIDUK.

Namun, tak dipungkiri TAKDIR ikut andil untuk segala alur yang tercipta di kehidupan FANA.

Seperti, Fasha misalnya; dia menjadi yang KEDUA tanpa adanya sebuah RENCANA. Dia menjadi yang KEDUA, walau suaminya amat sangat MENCINTAI dirinya. Dia menjadi yang KEDUA, meski statusnya ISTRI PERTAMA.

Satu tahun menikah, bukannya menimang bayi mungil hasil dari buah cinta. Fasha justru dihadapkan kepada pernikahan kedua suaminya.

Sebuah kondisi memaksa Samsul Bakhrie untuk menikah lagi. Azahra Khairunnisa adalah wanita titipan kakak Bakhrie yang telah wafat.

Tepatnya sebelum meninggal, almarhum Manaf memberikan wasiat agar Bakhrie menikahi kekasihnya yang telah hamil.

Wasiat terakhir almarhum Manaf, akhirnya disetujui oleh Bakhrie dan keluarganya tanpa melihat ada hati yang remuk menjadi ribuan keping.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAM TIGA DUA

Fasha sempat heran dengan skill memasak yang Gantara miliki. Bahkan, Gantara hanya menyuruh Fasha duduk menenangkan Abrar yang menangis meminta susu.

Waktu makan malam pun usai setelah cukup drama karena Gantara dan Fasha harus rela berbagi tugas, bergantian menggendong saat pengasuh sudah harus melaksanakan shalat isya bahkan makan malam.

Gantara yang paling akhir bisa makan, padahal dia yang memasak. Tapi, agaknya lelaki itu tidak memiliki hasrat untuk protes.

Gantara memang sesantai itu. Bahkan, sempat membersihkan piring kotornya sendiri seperti kemarin- kemarin sebelum ada Fasha di rumah ini.

Gantara lekas berjalan ke kamar setelah tangannya meraih beberapa butir anggur berukuran sedang yang disajikan di mangkuk buah, Izzul yang membelinya, entah apa tujuan Izzul membawa buah- buahan siang tadi, tapi yang jelas, bisa untuk pencuci mulut.

Abrar sudah tertidur di kamarnya setelah cukup drama. Gantara mendorong pintu kamar bersama dengan batuk mendadaknya.

"Eugh, uhuk!"

"Bang..."

Fasha berlari segera, agaknya Gantara tersedak anggur besar yang barusan dimakan sambil berjalan. Beberapa kali Fasha menepuk tengkuk Gantara dan sebutir anggur menggelinding juga pada akhirnya.

Gantara bernapas dengan lega, oh ya Tuhan, Gantara baru saja menikah, rasanya tidak lucu jika namanya harus disebutkan megaphone masjid bermerek toa setelah kalimat innalilah.

Fasha dan rambut hitamnya begitu seksi bahkan amat sangat cantik, itu yang sempat membuat Gantara lupa jikalau barusan, ia menelan sebiji anggur hingga tersedak.

Di sofa, Fasha mengusap punggung Gantara yang duduk membungkuk. "Makanya kalo makan jangan sambil jalan, Bang."

"Tanggung," kata Gantara. Dia tipe orang yang tidak suka duduk menunggu, makanya sekalian jalan sekalian ngemil cuci mulut.

"Gimana tenggorokannya?" Fasha lekas menurunkan tangannya setelah Gantara tampak lebih baik. "Udah nggak apa- apa?"

Gantara menatap Fasha, dan Masha Allah sangat cantik. "Pengennya keselek lagi biar diperhatikan lagi."

Fasha tertawa cekikikan sendiri, ternyata Gantara yang dia kira sangat pendiam, tidak sependiam yang pernah Fasha bayangkan, yah, sedikit- sedikit bisa gombal juga.

"Nona cantik, Masha Allah." Lihat, belum selesai Fasha membatin, Gantara kembali memujinya sambil menatapnya penuh arti.

Gantara juga terlihat menelan saliva ketika saja mata Gantara terjun ke arah bibir Fasha yang mungil nan plum. Inilah tujuan Gantara menikahi Fasha, dia ingin menghalalkan apa yang sedari dulu menjadi ladang dosanya.

Mengagumi kecantikan Fasha, bahkan dari dekat dan detak jantung yang berpacu cepat hingga memicu syahwat. Fasha pernah tahu bagaimana lelaki bernafsu, maka itu segera ia bersuara untuk menawarkan sesuatu.

"Bang Tara mau hak Bang Tara?"

Masha Allah, Gantara dibuat tersentuh, di mana Fasha paham sekali kewajiban istri meski belum mencintainya.

Yah, bahkan ini yang sempat membuat Fasha percaya bahwa Bachrie kepada Azahra hanya perkara tanggung jawab saja.

Sebab, Fasha sendiri pun tengah melakukan hal yang sama detik ini. Dia kepada Gantara hanya tentang kewajibannya sebagai istri, tapi tidak untuk cinta.

Gantara masih terpaku menatap bibir Fasha, ini seperti panggilan alamiah. Gantara seolah tertarik oleh magnet yang Fasha miliki.

Kepalanya lekas miring, perlahan juga ia menipiskan jarak. Namun, semakin terkikis celah ruang mereka, semakin Fasha terpejam kuat seakan- akan takut pada Gantara.

Gantara bukan monster, Gantara seorang suami yang sah, maka Gantara bertekad, tidak akan pernah memaksakan kehendaknya.

"Ini selimut Nona."

Saat Fasha membuka matanya, rupanya Gantara sudah berada di sisi ranjang dan menunjukkan selimut tebal yang disiapkan untuknya.

Ternyata, Fasha salah duga, Gantara tidak melanjutkan menciumnya setelah dengan keras hati berusaha tidak menolak lelaki yang tidak dia cinta ini.

Gantara bahkan sudah berbaring di atas ranjang berselimut kain tebal yang berbeda dengan selimut yang ditujukan untuk Fasha.

Fasha tidak enak hati sebenarnya, Gantara pasti tidak jadi meminta hak karena Fasha begitu menunjukkan ketakutannya. Tapi apa pun itu, Fasha merasa lega.

"Terima kasih." Fasha kemudian menarik selimutnya, berbaring di sisi Gantara yang sudah menyangga kepala dengan dua tangan sembari menikmati polosnya langit- langit.

"Bang Tara beneran nggak mau?" Fasha masih berusaha baik, setidaknya dia paham akan kewajibannya melayani suami.

Gantara seketika menoleh, ia melekatkan tatapan menyejukkan hati. "Selama Nona belum bisa menerima sentuhan saya, maka jangan dipaksakan, ... jangan pernah ada kata terpaksa di antara kita."

Fasha terenyuh, tersentuh. "Boleh pinjam tangannya?" Apa lagi saat lelaki itu mengutarakan permintaan sederhananya.

Meminta tangan mungilnya untuk digenggam lalu dikecup sedikit. "Biarkan malam ini saya menikmati Nona dengan cara seperti ini."

Fasha kembali tertawa pelan. Ternyata masih ada lelaki seperti ini. Tidak berapi- api dalam menyikapi sesuatu. "Apa yang membuat Bang Tara mau menikahi janda seperti Fasha?"

"Memperbanyak harta kekayaan."

"Bang!"

Gantara lekas tertawa. "Menggugurkan gunung gunung dosa berupa angan laknat saya tentang Nona."

Fasha sempat terdiam, Masha Allah, ternyata pria yang cukup religius dan pendiam bisa berangan angan juga. Pantas saja, Bachrie sempat terlena ketika Azahra merayunya dengan hal yang menjurus ke arah sensual.

"Bang Tara berangan- angan juga?"

Gantara terkekeh lalu menyodorkan jari kelingkingnya pada bibir Fasha. "Gigit yang kencang, selama darahnya masih merah, berarti saya masih manusia biasa."

"Abang!" Fasha serius, dan Gantara selalu menjawabnya dengan santai. "Maafkan saya. Saya memang menyukai Nona, dari lama."

Fasha tertegun tak percaya. Entah sedari kapan perasaan Gantara muncul, tapi sebelum hatinya tercurah kepada Bachrie, Fasha juga sempat mengagumi pria ini.

Yah, cinta monyet. "Tapi, kenapa harus menikahi janda punya anak satu?" tanyanya.

"Kenapa tidak?" sela Gantara.

"Bagaimana kalau ternyata, Fasha memilih untuk tidak mau hamil lagi karena takut Bang Tara membeda bedakan Abrar dengan anak yang lainnya?" tanya Fasha lagi.

"Kita cukup punya Abrar kalau begitu."

Sesaat, Fasha melongo. "Memangnya, Bang Tara nggak mau punya anak lagi dari benih Bang Tara sendiri?"

Sempat Gantara mendengus. "Percaya atau tidak. Rasa yang saya punya ini, karunia Allah. Jadi menurut Nona, saya harus apa kalau memang kehendak Allah begitu?"

Fasha hanya bergeming.

"Sama, seperti anak. Kalau Allah mau saya hanya memiliki satu anak dari Nona Fasha dan Gus Bachrie, saya bisa apa?" imbuh Gantara.

Fasha kembali dibuat kagum oleh pasrah dan ilmu ikhlasnya seorang Gantara. Suaranya begitu teduh, seperti King Miller ketika mendongenginya di waktu kecil.

Keduanya tanpa sadar berbaring saling menatap satu sama lain. "Bang Tara tidak mendapatkan apa pun dari hubungan ini. Jadi untuk apa kita menikah?"

"Hidup bersama." Yah, Gantara ingin tetap memikirkan hal tentang Fasha tapi tidak perlu menyangga dosanya. Setidaknya, Fasha telah halal dia pikirkan.

"Fasha tidak bisa berjanji akan menjadi istri yang baik untuk Bang Tara. Jadi kalau suatu saat nanti Bang Tara mau menyerah dan memilih wanita lain yang lebih baik, Fasha akan dengan lapang dada melepaskan."

"Allahumma_inni as_aluka imanan yubasyir qalbi wa_yaqinan shodiqon_hatta a lama annahu la yushibuni illa ma katabtu li war ridho bima qodhoita alayya."

"Bang Tara minta hajat apa dari doa itu?"

"Meminta kecemburuan istriku, kecemburuan yang sama persis seperti saat Sayyidah Aisha mencemburui Rasulullah."

1
Nenie Chusniyah
luar biasa
Nurlaelawati
Luar biasa
Qhii
lahhhh.....malah silang menyilang njirrr
Qhii
yaelah.....muter² doang dunia nabil mahhh
Ricis
Iki piye toh, kok ruwet temen kisahe Nabeel
Isnani Murti
lanjut thor, aku padamu...
Lita Pujiastuti
Bachrie, itulah yg dirasakan Fasha saat melihatmu bersama Azahra di ruang kamar utama. saat masih jd istrimu....skrg kamu merasakan sakit, pdhl sdh tdk ada hub apa² lg....
Haida Royana
Terimakasih kk Auuthor tisunya...sangat menyesakkan dada
Rini Andriyani
Luar biasa
Rini Andriyani
Lumayan
Lita Pujiastuti
Digetunono wes ra guno, Bachrie....ikhlasno ae ....kadung jeru leh mu natoni Fasha....
Ricis
bela²in baca maraton cerita ini dlu biar nyambung nanti pas mau baca sequel nya 😄
Retno Budhihartati
Luar biasa
Yuyun Yuningsih
bagus top markotop acha
Joel
punya mertua kaya gitu perlu diracuni biar bisa cepat ketemu yang maha kuasa...🤣🤣🤣🤣
Isma BilqisAlzea
Luar biasa
Lita Pujiastuti
Ingat Bacrie...jika apa yg kamu sia² kan telah dipungut oleh org lain, maka penyesalanmu tiada artinya...
Novita Ae
Luar biasa
Isnani Murti
si Bachrei sudah gila kale...
Deni Supriadi
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!