"Aku akan mengingat wajah kalian semua, Dan tunggu pembalasanku!" Ucap Chen Long sebelum kematiannya..
Jiwanya melesat dan bermigrasi ke tubuh bayi yang baru meninggal dan dia susupi, Hingga bayi dan jiwanya dapat hidup kembali
Ambisinya terpantik untuk menjadi Dewa Pedang yang tak terkalahkan bersama dengan ingatan masa lalu tentang Kitab Pedang Dewa dengan mengukir namanya dalam legenda yang tak terlupakan, Long Chu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jajajuba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berlatih
Hari itu, dipagi yang cerah. Seorang anak muda melompat menghindari sebuah serangan berbetuk energi pisau kecil yang terus menyerangnya tanpa henti. Jika bukan karna kekokohan pondasinya, bisa jadi dia sudah menjadi arang kali ini. Karna serangan itu tidak tanggung-tanggung dilesakkan dengan sekali banyak. berjungkir, berguling melompat lagi semua itu dilakukan oleh Long Chu.
Dia tau meskipun serangan itu dilepaskan dengan sekali banyak dan terlihat begitu ganas. Satu yang dia sadari kekuatan yang terkandung dalam setiap pisau itu tidak untuk membunuh.
Setelah semua pisau energi itu menghilang dan dapat dia hindari serta tak melukai Long Chu. Suara renyah tawa terdengar dari atas pohon seketik Satu sosok melayang turun dari pohon itu.
Dengan pakaian khasnya baju putih panjang dengan kedua tangan tersimpan dibelakang. "Mengapa Guru main-main denganku?" tatap Long Chu kesal. Jika bukan karna instingnya cukup baik, paling tidak dia akan sedikit terluka dan lebih parahnya akan terbaring beberapa hari dibalai pengobatan.
"Aku hanya menguji reflekmu saja dan aku puas dengan hasilnya. Ikuti aku! aku akan memberikanmu sesuatu, sebagai guru itu harus aku lakukan agar kau mengingat budiku. Jadi jangan durhaka kepada Gurumu ini nantinya." ucap Wen Hao.
Dia langsung melesat seperti orang terbang namun tidak tinggi dan perlu pijakan untuk tetap mempertahankan ritmenya. Sedang Long Chu hanya berlari saja. bukan karna tidak ingin menunjukan keahliannya tapi dia ingin tetap menjaga kebugaran fisiknya seraya mengatur pernafasannya dan menguji bagaimana energi yang masuk ke tubuhnya bekerja.
Dia mendapati hasil yang cukup memuaskan, dimana dia dapat merasakan energi langit dan bumi terus masuk kedalam tubuhnya. Namun dengan cepat juga keluarnya. seperti ada kebocoran dalam penampungan hingga tidak bisa membuat energi itu menumpuk didalam dan jadi tenaga yang bisa dimaksimalkan. Setidaknya dia energi dalam tubuhnya akan tercukupi dan tak mudah lelah karna terus mengisi meski tidak bisa dipakai untuk pertarungan yang lama. 'Aku harus mencari cara untuk menambal kebocoran itu. agar semua bisa dimaksimalkan. jika tidak, Semua akan sia-sia. walau cepat dalam penyerapan jika cepat juga keluarnya. maka itu tidak bisa di anggap keuntungan sepenuhnya'
Wen Hao menunggu dipuncak bukit tertinggi, dia menatap Long Chu yang terus mendaki dengan berlari tak henti dia terkagum dengan kekuatan kaki itu. "Hal yang sulit untuk dimengerti, Mengapa dia bisa memiliki kekuatan fisik yang begitu kokoh? tapi ini adalah sebuah keuntungan buatnya. Dia bisa menghemat energi dengan bertarung memakai kekuatan fisik terlebih dahulu atau sebaliknya." dia bergumam sendiri.
Long Chu tiba dengan sedikit terengah, Dia sengaja melakukan hal itu agar tidak terlalu dikagumi.
Wen Hao berpaling tanpa bersuara, namun dia tersenyum dibalik itu seraya melangkahkan kakinya dan Long Chu mengikuti dari belakang.
Tidak berapa jauh mereka menuruni lereng bukit dan sampai disebuah lembah yang sejuk dengan air terjun yang mengalir disela perbukitan.
Long Chu melihat ada sebuah goa disana, dia langsung bertanya kepada Wen Hao. "Guru! untuk apa kita kesini?"
"Aku biasa berlatih disini tempo dulu ketika aku masih seumuran denganmu dan aku ingin kau mewarisi semua yang ada disini. Tidak ada yang tau lokasi ini selain aku dan kamu dan juga leluhur yang menjadi guruku, yang artinya aku ingin kau menjadi patriak sekte selanjutnya. Tapi aku tidak akan membatasi kemaumanmu" Wen Hao melangkah memasuki Goa itu. Kemudian dia meraba dinding goa dan menekan sesuatu. "Ingat disini kuncinya" kata Wen Hao berpaling melihat Long Chu seraya mengangkat telapak tanganya. Perlahan ada getaran yang terjadi dalam goa seperti gempa yang tercipta dari gesekan batu.
Goa langsung membuka celah setinggi dua meter dan lebar satu meter. Mereka berdua memasukinya.
Didalam Goa Wen Hao melakukan hal yang sama lagi, dia menekan dinding yang bertanda dan goa tertutup dengan sempurna seperti tidak pernah ada.
Long Chu melihat ada ruangan yang cukup luas didalam serta air yang jernih mengalir disana dari mata air. Tapi seperti mendidih dan benar saja ketika dia menyentuhnya air itu terasa panas. Matanya berbinar. Berendam dalam air panas akan melancarkan peredarah darah dan itu sangat membantu buat tubuhnya.
Ke sisi yang lainnya, Dia melihat ada rak buku yang tersusun berupa kitab-kitab usang yang tak pernah tersentuh bahkan debu melekat dengan tebal di Rak buku itu. berjalan lagi dia melihat ada kolam dan meliuk-liuk ikan didalamnya "Apakah semua ini sidat Guru?" tanya Long Chu setelah cukup lama memperhatikan dan menunjuk kearah kolam.
"Kau bisa mengkonsumsinya untuk beberapa bulan mendatang. Aku akan meninggalkanmu dan ini ada sebuah pil, pakailah jika kau sudah merasa akan menembus Tingkat Pranjurit. Jangan sesekali mencoba mengkunsumsinya sebelum kau benar-benar yakin akan menembusnya. Aku akan pergi untuk waktu yang lama. Karna aku tak suka berlama-lama disekte. setengah tahun lagi aku akan menemuimu disini. Semoga saat itu kau sudah menembus tingkat Prajurit, minimal tahap satu dan kau akan ku bawa ke suatu tempat." ucap Wen Hao cukup panjang.
"Terima kasih atas budi baikmu guru." Long Chu bersujud, walaupun jiwanya adalah jiwa orang tua. tapi sekarang dia bertubuh kecil dan muda sudah sepatutnya dia memberi hormat kepada orang tua terlebih gurunya.
"Aku sudah menyiapkan bermacam ramuan untuk menunjang kenaikan tingkatmu. Sebodoh-bodohnya orang yang mendapat sumberdaya sebanyak itu akan tetap naik tingkat jika mengkonsumsinya dengan normal. apalagi kau orang yang cukup cerdas" kata Wen Hao lagi, lalu menepuk pundak Long Chu dan berbalik membuka pintu Goa.
"Aku sudah memintakan ijin kepada Xiao Dai bahwa kau tidak pulang dan akan berlatih denganku, Jadi tidak akan ada orang yang merasa kehilanganmu" katanya lagi sebelum benar-benar pergi.
Long Chu melambaikan tangannya dan pintu kembali tertutup. "Pintar sekali dia mencari alasan hanya untuk pergi lagi dari sekte. Dasar orang tua. Apa sebenarnya yang dia lakukan diluar sekte? Apa benar yang dikatakan oleh Tetua Dai? bahwa dia sering ketempat wanita malam. Meskipun tetua Dai tidak mengatakan dengan maksud yang jelas tapi aku mengerti dengan maksudnya." dia begumam cukup lama seraya melangkah mengambil pedang di kantong penyimpanannya "Aku tak perlu memikirkannya. itu urusan dia, lebih baik aku berlatih karna disini tempat ternyaman untuk berlatih".
Dia mulai mengayunkan pedangnya ke depan dengan semangat juang dan dendam yang tertanam dihatinya..
..............
"Ah aku bebas lagi, Saatnya menjelajah dan memulai aksi" Wen Hao bergumam
Sedang seseorang mengamati dia dari kejauhan sembari menggelengkan kepalanya..
"Haih!! kapan kau akan berhenti berkelakuan seperti itu" gumam sosok itu. kemudian dia berbalik pergi kembali ke sekte.
Wen Hao tersenyum, Karna dia tau sedang dibuntuti. "Maafkan aku Dai, Aku melakukan ini seraya menjaga sekte agar tidak dikerubuni lalat yang ingin mengganggu sekte Fajar Senja. Meski aku tidak berada didalam. tapi aku selalu memperhatikan keadaan..