NovelToon NovelToon
Vin Araya

Vin Araya

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Epik Petualangan / Akademi Sihir / Perperangan / Kutukan / Roh Supernatural
Popularitas:497
Nilai: 5
Nama Author: faruq balatif

Sang penjaga portal antar dunia yang dipilih oleh kekuatan sihir dari alam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon faruq balatif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kerajaan Ve

Perjalanan menuju kampung halaman ibu Araya di kota tempat Klan Ve berada penuh dengan kesunyian, hanya suara dedaunan yang tertiup angin serta langkah kaki mereka di jalan setapak yang terdengar.

Sesampainya di kota itu, suasana terasa berbeda. Udara terasa lebih berat, namun pepohonan di sekitarnya tampak indah dipenuhi bunga. Bangunan-bangunan batu berjejer dengan struktur kuno yang kokoh, di antara rumah-rumah ada simbol-simbol yang diukir di dinding, tanda yang dulunya mungkin melindungi.

Fran, yang selalu ceria, merasakan takjub akan kemegahan kota itu. "Hei, Araya, jika tempat ini rumah ibumu, mungkin kamu punya darah bangsawan, ya?"

Namun, tawa kecil mereka segera terhenti ketika mereka melihat beberapa penduduk memandang mereka dengan tajam. Nenek Joi memperingatkan, “Di sini, kita harus berhati-hati. Banyak orang yang tidak menyukai kehadiran orang asing.”

Di tengah kota, mereka menemukan sebuah monumen besar yang didedikasikan untuk para leluhur Klan Ve. Di sana tertulis nama-nama besar dari keturunan Ve, dan di bawahnya ada nama Vincente Akof, ayah kandung ibu Araya. Araya tertegun, tak pernah menyangka akan bisa melihat jejak keluarga yang begitu misterius dan berkuasa ini.

"Aku tidak menyangka akan benar-benar ada di tempat ini," bisik Araya, seolah berbicara pada dirinya sendiri.

Tanpa mereka sadari, seorang pria berpakaian hitam dengan jubah panjang mendekati mereka. "Kalian datang dari luar, bukan?" katanya dengan nada suara yang dingin. "Di sini, setiap orang dari luar harus memiliki izin."

Nenek Joi melangkah maju, tatapannya tegas. "Kami di sini untuk urusan keluarga," jawabnya tanpa ragu, "Saya yakin Anda bisa paham."

Pria itu menatap Joi sejenak, kemudian membawa mereka menuju kastil kerajaan untuk melaporkan kedatangan kelompok ini pada para pemimpin.

Balai besar itu sunyi ketika Araya, Fran, Una, dan Nenek Joi melangkah masuk. Mereka berdiri di depan singgasana, di mana Vincente Akof, pria dengan wajah dingin dan mata tajam, duduk tegak mengamati mereka. Di sekeliling ruangan, anggota klan Ve yang mengenakan pakaian serba hitam dan jubah panjang berdiri berjaga. Mereka semua memandang kelompok kecil ini dengan kecurigaan yang tampak jelas di mata mereka.

Vincente mengangkat tangannya, menuntut penjelasan. "Siapa kalian, dan apa yang membuat kalian berani datang ke sini tanpa izin?"

Sebelum Araya bisa menjawab, Nenek Joi maju selangkah dan membungkukkan kepala dengan sopan. "Tuan Vincente, kami datang membawa sebuah kenyataan yang mungkin mengejutkan, namun sangat penting."

Tatapan Vincente menyipit, menatap wanita tua itu dengan ketidaksenangan yang terlihat. “Siapa kau, dan apa yang membuatmu berpikir bahwa kedatanganmu akan diterima di sini?”

Dengan tenang, Nenek Joi menatap balik, tak gentar sedikit pun. “Saya adalah Joi, dan saya datang bersama Araya. Dia adalah… cucumu, Tuan.”

Ruangan itu mendadak dipenuhi oleh suara bisik-bisik kaget. Para anggota keluarga saling berpandangan dengan ekspresi tak percaya. Vincente sendiri tampak tertegun, meskipun wajahnya tetap dingin. Dia memandang Araya, yang berdiri di belakang Joi, dengan tatapan penuh rasa ingin tahu dan keraguan.

“Cucuku?” Vincente tertawa kecil, penuh rasa tak percaya. “Aku rasa kau salah, wanita tua. Aku tidak memiliki cucu. Jika kau berharap mendapat perlindungan dengan cerita seperti itu, lebih baik kau pergi sekarang.”

Araya, yang sejak tadi diam, merasakan amarah dan kesedihan membara di hatinya. Namun sebelum dia bisa berbicara, Nenek Joi melangkah maju, suaranya lembut tapi tegas. “Tuan Vincente, saya mengerti ini terdengar mengejutkan, namun Araya adalah anak dari putrimu yang hilang, seseorang yang sudah lama kau rindukan.”

Vincente terdiam sesaat, tatapannya sedikit melembut, namun dia segera menggeleng, mencoba mengusir perasaan itu. “Putriku telah lama menghilang. Jika kau mencoba bermain-main dengan kenangan itu, kau memilih cara yang salah untuk mendapat perhatian.”

Beberapa penjaga di sekitar mereka mulai bergerak mendekat, seolah bersiap mengusir mereka keluar. Fran, yang biasanya berani dan ceria, mendadak menjadi kaku. Una menggenggam tongkatnya lebih erat, tampak sedikit gemetar.

Melihat wajah-wajah penuh ketidakpercayaan, Araya akhirnya melangkah maju. Dia membuka kalung yang dikenakan di lehernya dan mengangkatnya ke hadapan Vincente. Kalung itu bersinar samar, menampilkan batu permata biru yang memancarkan cahaya lembut.

Mata Vincente terpaku pada kalung itu. “Kalung ini… ini adalah…”

“Ini milik ibuku,” kata Araya, suaranya terdengar gemetar namun penuh ketegasan. “Dia memberikannya padaku sebagai pengingat. Ibuku, putrimu, dia sangat mencintaimu. Dia menghilang bukan karena ingin, tetapi karena melindungi keberadaanku.”

Vincente terlihat terguncang, meskipun ia berusaha menahan emosinya. Para penjaga di sekitarnya juga tampak ragu, memandang kalung itu dengan rasa kagum. Namun beberapa orang masih tampak tidak percaya.

“Itu… bisa saja hanya kebetulan,” kata salah seorang anggota keluarga. “Siapa pun bisa datang membawa kalung dan mengaku sebagai bagian dari keluarga.”

Araya menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan gelombang emosi dalam dirinya. Dengan hati-hati, dia mengeluarkan sebuah pedang berukir dengan gagang perak dari tasnya. Pedang itu adalah peninggalan ibunya, simbol kehormatan klan. Dia memegangnya tegak, memperlihatkan ukiran rumit yang dikenali oleh keluarga Ve.

Para anggota klan tertegun melihat pedang itu. Vincente terlihat semakin terguncang, wajahnya dipenuhi rasa tidak percaya yang perlahan-lahan berubah menjadi keyakinan.

“Pedang ini adalah milik keluargamu, diberikan kepada ibuku olehmu, Kakek,” ujar Araya dengan suara yang lebih kuat. “Ini bukan hanya sekedar pedang, tapi simbol kehormatan. Ibuku mengorbankan hidupnya untuk melindungiku, dan dia ingin aku datang ke sini… untuk mengetahui siapa aku sebenarnya.”

Ruangan itu hening, hanya terdengar helaan napas pelan dari Vincente. Akhirnya, ia melangkah maju, memegang pedang itu seolah-olah melihat bayangan masa lalunya sendiri. Suaranya bergetar ketika ia akhirnya berkata, “Jika kau benar-benar cucuku, kenapa baru sekarang kau datang? Kenapa baru sekarang menunjukkan semua ini?”

Araya menatapnya dengan mata berkaca-kaca. “Aku baru menemukan kebenaran tentang keluargaku, dan… aku datang karena aku membutuhkan bantuanmu, Kakek.”

Vincente mengerutkan kening, bingung. “Bantuan? Untuk apa?”

Araya menarik napas, mencoba menahan air matanya. “Orang-orang yang sangat berarti bagiku, Bibiku, Vaneca, serta prajurit kelompok Giory yang pernah berjuang bersama ibu, mereka masih hidup, tapi terperangkap di dimensi lain. Mereka adalah bagian dariku, Vaneca dan yang lainnya… mereka semua masih hidup dan membutuhkan bantuanku membuka portal.”

Kerumunan keluarga yang tadinya diam mulai berbisik-bisik lagi. Mendengar bahwa Vaneca, salah satu pewaris kerajaan, masih hidup adalah sesuatu yang tidak pernah mereka duga. Ekspresi keterkejutan terlihat di wajah semua orang, termasuk Vincente.

Ketika Araya selesai berbicara, ruangan itu terasa lebih hening dari sebelumnya. Tak hanya Vincente dan anggota klan Ve yang tampak terkejut, tetapi juga Fran dan Una, yang berdiri di samping Araya. Mereka memandang sahabat mereka dengan mata melebar, seolah mencoba mencerna semua kenyataan yang tiba-tiba diungkapkan di hadapan mereka.

Salah satu anggota keluarga yang berdiri di dekat Vincente melangkah maju, wajahnya penuh keterkejutan. “Kau bilang… Vaneca masih hidup? Vaneca, adik tiri Viline dari keluarga kerajaan, bertahan hidup di dimensi pertengahan? Dan dia bersama dengan kelompok Giory?. Dan kau adalah pembuka portal?."

Araya mengangguk, mencoba menjelaskan. “Ya, Vaneca dan para prajurit dari kelompok Giory. Mereka terjebak di sana, di antara dunia kita. Mereka masih hidup, tetapi terperangkap, dan aku tak bisa meninggalkan mereka begitu saja. Ibu yang menuntun jiwaku melewati dimensi dan pergi kesana, Itulah mengapa aku harus mempelajari sihir untuk membuka portal dan menyelamatkan mereka.”

Para anggota keluarga di sekitar Vincente saling berpandangan, mereka tak menyangka ada anggota Giory yang terperangkap di dimensi pertengahan. Vincente, yang semula hanya terlihat penasaran, kini tampak benar-benar terkejut. “Vaneca… putri kerajaan yang hilang, seseorang yang memiliki kedudukan penting dalam tempat ini. Jika dia benar-benar masih hidup, maka ini adalah sebuah keajaiban.”

Di sekeliling mereka, para anggota klan Ve masih terdiam, tampak terpana oleh kenyataan yang terungkap di hadapan mereka. Beberapa dari mereka tampak gelisah, menyadari bahwa mereka sedang berhadapan dengan penerus terpilih, seorang yang akan menjaga batas antara dunia mereka dan dunia yang lain. Mereka bertukar pandang, seolah-olah baru menyadari bahwa pria muda di hadapan mereka membawa beban yang sangat besar.

Salah satu penjaga bertanya dengan ragu, “Apakah ini berarti, dia akan mengemban tanggung jawab yang diwariskan oleh leluhur kita?”

Vincente, yang masih menatap Araya, mengangguk pelan. “Ya, tampaknya memang begitu. Araya memiliki darah dan kekuatan yang diwariskan oleh para leluhur kita. Dialah penjaga terpilih, seseorang yang terhubung langsung dengan dimensi lain, dan yang diberi kemampuan untuk menjaga keseimbangan di antara mereka.”

Nenek Joi melangkah maju lagi, mengambil kesempatan untuk menjelaskan. “Araya tidak mengetahui tentang takdirnya sampai beberapa waktu lalu, ketika dia mengalami sebuah kejadian yang tidak ia duga, membuat jiwanya masuk kedalam dimensi pertengahan. Kini, dia sadar bahwa tugas ini bukan sekadar tentang keluarganya, tetapi juga tentang melindungi dunia kita dari ancaman yang ada di dimensi lain. Sebagai penjaga terpilih, dia harus siap menghadapi tanggung jawab ini. Araya juga tak bisa mengendalikan kekuatannya."

1
Bé tít
Kreatif banget!
faruq balatif: terima kasih karena menyukainya, senang bisa berbagi karya dengan kamu.
total 1 replies
ღYaraღ
Karya ini udah bikin aku sampe nangis-nangis, padahal jarang yang bisa buat gitu.
faruq balatif: terima kasih karena menyukainya, senang bisa berbagi karya dengan kamu.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!