Celsi harus menjalankan misi yang mengharuskannya berhadapan dengan pria berhati iblis—gelap seperti malam dan dingin bak es. Namun, semakin jauh langkahnya, ia terseret dalam pusaran dilema antara sang protagonis yang menarik perhatian dan sang antagonis yang selalu bermain cantik dalam kepalsuan. Terjebak dalam permainan yang berbahaya, Celsi mulai kehilangan kendali atas pilihannya, dan kenyataan semakin buram di tengah kebohongan dan hasrat tersembunyi
#rekomendasi viral
#kamu adalah milikku!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwika Suci Tifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bunglon
" Gue ngelakuin ini demi Lo juga, gue khawatir sama Lo dan gue nggak bisa kehilangan Lo dan satu lagi Lo tau sehari sebelum kejadian ini gue nggak bisa tidur karena gue menghawatirkan keadaan Lo sehingga gue diam-diam memakaikan alat pelindung itu ke Lo dengan cara memberi alat peringan dan sekalian beli alat ini " ucap Celsi dengan dramatis.
" Tuan jawaban ada setengah benar, setengah nya lagi bohong "
Celsi mengabaikan perkataan System dan masih fokus dengan drama nya yang telah di pikirannya sejak tadi.
Alis Xaviar terangkat dengan senyum yang misterius.
" Lo kira gue bodoh. Pergerakan Lo gue tau dan kejadian tadi gue juga tau apa yang akan terjadi . Seperti Lo yang di sekap tadi, gue membiarkan Lo karena tangan gue sudah merasakan benda itu, namun hal yang satu ini tidak masuk akal "
Xaviar membelai pipi Celsi dengan pisau lipatnya.
" Dan satu lagi tentang Lo yang selama ini berbicara dengan system gue juga tau " ucap Xaviar yang mengarahkan pisau nya ke bibir Celsi.
Celsi melotot saat mengetahui jika Xaviar mengetahui tentang System.
" Tuan anda ingin menukarkan poin dengan suntikan pingsan "
Celsi yang mendengar suara system pun menganggukkan kepalanya dengan cepat.
" Permintaan akan segera di proses "
System menyuntikan obat pingsan itu ke lengan tangan Celsi namun di halangi Xaviar yang sepertinya mengetahui jika ada suntikan yang diarahkan ke arah Celsi.
Xaviar mengambil suntikan yang melayang itu dan memeriksanya.
Xaviar tersenyum srimk saat mengetahui obat apa yang terkandung di suntikan itu.
" Menghindar HM..."
Xaviar menekan dagu Celsi yang masih memegang suntikan di tangannya.
Celsi hanya diam tidak mengatakan apapun. Jika Celsi mengatakan kebenarannya maka Celsi lah yang akan tamat riwayatnya.
Xaviar mendorong tubuh Celsi hingga terjatuh ke kasur lalu menindihnya.
" Sebelum Lo menjawab maka permainan ini tidak akan berhenti "
Xaviar membuang pisau lipatnya dan suntikan itu asal.
Lalu Xaviar mencium ganas Celsi tanpa ampun.
Celsi menatap system yang berdiri di sampingnya.
" Tuan maafkan saya, saya tidak bisa membantu "
Celsi kecewa dengan jawaban system.
'Terus Lo gunanya apa di sini, kanapa system yang gue punya tidak sama dengan cerita novel lainnya. TIDAK BERGUNA ' jerit batin Celsi sambil berusaha melepaskan diri dari Xaviar.
" Hum..."
Xaviar melepaskan ciuman itu setelah merasakan Celsi yang hampir kehabisan nafas.
" Xaviar lepas, gue akan kasih tau Lo setelah gue siap " mohon Celsi menatap Xaviar dengan mata berkaca-kaca.
"Gue tidak bodoh " ucap Xaviar lalu menekan bibir Celsi yang ber air.
Xaviar kembali mencium bibir Celsi kali ini sedikit lembut.
" Tuan saya tadi memberitahu keadaan tuan saat ini dan atasan saya memberikan suntikan ilusi ini, apa tuan berkenan jika saya suntikan pada pemeran utama laki-lakinya "
Tubuh Celsi merasa rileks setelah mendengar jawaban dari system, lalu menganggukkan kepalanya walaupun sia - sia karena ciuman ganas dari Xaviar.
System mengarahkan suntikan itu pada lengan Xaviar dan setelah itu Xaviar roboh tepat di tubuh Celsi.
" Aduh beratnya" gumam Celsi berusaha melepaskan diri dari tubuh Xaviar dan akhirnya Celsi bisa memindahkan Xaviar kesamping nya.
" System nih orang kenapa berkeringat ? " tanya Celsi menunjuk Xaviar.
" Tapi pemeran utama laki-lakinya sudah di beri obat ilusi dan pastinya lanjutan dari kegiatan anda tadi "
" Buahahhaha..."
Tawa Celsi pecah saat membayangkan Xaviar melakukan hubungan seks dalam mimpinya yang hanya sekedar haluannya saja.
" System gue salut sama Lo dan atasan Lo " ujar Celsi memberikan jempolnya pada System.
" Tapi tuan anda harus melepaskan baju pemeran utama laki-lakinya juga anda melepaskan baju anda dan tidur di sebelah pemeran utama laki-lakinya "
" Ogah Lo aja sana "
" Tidak bisa tuan. Anda ingin terbongkar semua ini dan akhirnya tuan akan mendapatkan lebih parah dari ini "
Celsi menggertakkan gigi nya lalu menatap sinis system.
Celsi menatap Xaviar lalu mengerakkan tangannya yang bergetar kearah kancing kemeja Xaviar.
Celsi menelan ludahnya susah payah saat melihat otot-otot yang sangat luar biasa indahnya membuat mata Celsi ternodai namun tidak bisa Celsi alihkan, saking sukanya mata Celsi melihatnya.
Setelah itu Celsi menuju ikat pinggang Xaviar dan melepaskannya juga dengan wajah yang di pangling kan.
" MAK ANAKMU TERNODAI ..." Teriak Celsi saat tidak sangaja melihat ehm...ehm... Xaviar.
" Tuan Xaviar lah yang anda lecehkan "
Setelah selesai Celsi berlari dan berputar - putar mengelilingi kamarnya dengan kepala yang di pukul - pukul saat terbayang - bayang ehm...ehm....
" Gila panjang juga, kalau dimasuki emang muatnya " pikir Celsi.
" Oh tidak jangan diingat " teriak Celsi lagi lalu pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya.
Setelah tenang Celsi kembali mendekati ranjang, menatap Xaviar yang tumbuhnya dibalut selimut dengan keringat diwajahnya.
" Tuan anda juga lepaskan pakaian anda dan tidur lah. Kita tidak tau kapan pemeran utama laki-lakinya aka terbangun "
" Gue belum siap "
" Apa yang enggak siap tuan, anda hanya perlu melepaskan pakaian anda dan tidur di sebelah pemeran utama laki-lakinya "
" Nah itu gue belum siap "
" Kalau sampai pemeran utama laki-lakinya terbangun tidak ada yang bisa saya lakukan dan anda lah yang menyelesaikan masalah sendiri "
Celsi yang didesak pun menghela nafas gusar.
" Ok Lo pergi jangan sampai Lo liat gue "
Setelah memastikan tidak ada System Celsi membuka seluruh pakaiannya dan mendekati ranjang dan tidur disamping Xaviar dengan jantung berdetak kencang.
Pada akhirnya Celsi tidak bisa tidur hingga akhirnya jam lima subuh Celsi baru bisa tertidur akibat matanya yang sudah sangat memberat.
Lima menit setelah Celsi tertidur Xaviar membuka matanya, lalu menatap Celsi yang berada di sampingnya dan membelai pipi Celsi dengan pandangan kosong.
" Lo tidak bisa lari dari gue, walaupun Lo akan pergi ke ujung dunia manapun gue akan kejar Lo " gumam Xaviar merapikan anak rambut Celsi yang menutupi wajahnya.
" Hidup dan mati Lo ada di tangan gue " ucap Xaviar lalu beranjak dari kasur dan memakai pakaiannya setelah itu pergi kamarnya.
Dilain tempat...
" Atasan, saya melihat pemeran utama laki-lakinya telah memiliki rasa cinta pada gadis itu. Apa gadis itu kita kembalikan lagi tuan "
" Biarkan saja sampai mereka menyadarinya sendiri "
" Baik atasan "
" Saya tidak ingin anak itu berakhir menganaskan, saya berharap dan selalu mendoakan anak itu agar memiliki akhir yang baik dalam hidupnya. Apapun akan saya lakukan untukmu nak "
Kembali ketempat Celsi.
Celsi terbangun dari tidurnya setelah matahari memancarkan sinarnya dengan kuat.
Hal pertama yang di terima Celsi adalah perut yang berbunyi dengan keras saking laparnya.
Celsi beranjak dari tempat tidurnya dengan selimut yang membalut tubuhnya menuju kamar mandi.Celsi membersihkan tubuhnya setelah itu mengisi perutnya.
Celsi telah berjanji pada Zikra jika Celsi akan menemui Zikra di tempat pertama kali bertemu dengannya.
Dan disinilah Celsi berada dan disana telah terdapat Zikra yang duduk ditempat yang sama seperti dulu saat bertemu.
" How are you?" Sapa Celsi sambil menepuk pundak Zikra dan duduk di samping Zikra.
" Good, Lo how are you ?"
" Too "
Celsi membalas senyum manis dari Zikra.
" Gue udah tepat janjinya "
" Tapi yang gue lihat di wajah Lo , Lo tidak baik-baik saja "
" Sedikit masalah tapi tidak serius " jawab Celsi sambil melihat hamparan danau.
" Sesuatu hal bisa serius jika tidak di selesaikan. Apa perlu gue selesaikan ?" Tanya Zikra yang tersenyum manis pada Celsi.
" Tidak perlu terimakasih, gue bisa menyelesaikan sendiri " jawab Celsi .
Zikra mengelus Kapala Celsi dan mengambil beberapa helai rambut hitam Celsi dan menciumnya dengan mata terpejam.
" Selesaikanlah dan gue akan membantu sekuat kemampuan gue "
Zikra memandang Celsi dengan wajah polosnya, siapa sangka sudut indah pada bibirnya menandakan alarm yang berbahaya.
Zikra mengarahkan Celsi hingga menatapnya lalu mereka duduk saling berhadapan dengan mata yang saling menatap satu sama lain.
" Gue merasa sebelum ini gue pernah bertemu dengan Lo dengan balutan baju SMA sambil memegang beberapa tangkai Bunga ditangan Lo, wajah Lo tersenyum manis dengan mata memancarkan kebahagiaan dan Lo tau gue bertemu dengan Lo di Padang "
Celsi membeku saat mendengar perkataan Zikra yang seperti kejadian di dunianya dulu saat perpisahan sekolah dan kejadian itu terjadi di mall untuk merayakan kelulusan bersama dengan teman-teman sekelas dan satu lagi Padang yah di dunianya Celsi tinggal di Padang.
Namun saat pertama kali Celsi diberikan Handphone Celsi telah menghubungi keluarganya, tatapi nomor yang Celsi berikan tidak terdata.
Bahkan Celsi telah mencari info tentang keluarganya namun tidak ada satupun orang yang tau tentang keluarganya bahkan nama keluarganya.
Terus bagaimana Zikra mengetahui kejadian saat perpisahan sekolah itu dengan tempat tinggal yang tepat.
" Tuan itu adalah kejadian saat pemeran utama wanitanya lulus dari SMA dan saat itu pemeran utama wanitanya bersekolah di Padang "
Ucapan System tidak lagi membuat Celsi merasa aneh.
" Emangnya saat itu Lo ngapain di Padang ?" Tanya Celsi basa - basi.
" Itu urusan kerja sama doang " jawab Zikra.
Zikra tersenyum miring saat mendapatkan jawaban dari Celsi yang tidak sesuai dengan wajahnya tanpa diketahui oleh Celsi, Zikra tersenyum miring.
Zikra berdiri dari duduknya dan membersihkan kotoran di celananya sebelum mengeluarkan tangannya pada Celsi.
Celsi menerima uluran tangan dari Zikra dan akhirnya Celsi berdiri.
Sama halnya dengan Zikra Celsi membersihkan celananya yang terkena tanah ataupun kotoran lainnya.
" Ayok kita pergi ke taman bermain, gue tau Lo pasti suka pergi ketaman bermain "
" Lo kok tau " tanya Celsi dengan penasaran.
" Karena wajah Lo seperti anak kecil "
Zikra mencubit pipi kiri Celsi dengan lembut.
" Ih Lo mah "
Celsi menyenggol lengan Zikra dengan cemberut.
" Oh nya Lo kesini sama siapa ?" Tanya Zikra sambil berjalan menuju parkiran.
" Gue jalan soalnya rumah gue dekat sini"
" Yaudah perginya pakai mobil gue aja "
" Oke "
Pada akhirnya Celsi dan Zikra pergi ke mall bersama tanpa mengetahui tujuan di balik itu semua.