Di tengah-tengah kemelut perang, seorang gadis muda yang berbakat, Elena, tergabung dalam unit pasukan khusus. Dalam sebuah misi yang kritis, kesalahan bermanuver mengakibatkan kematian tragis.
Namun, alih-alih menemukan ketenangan di alam baka, jiwanya terbangun kembali dalam tubuh gadis polos bernama Lily, seorang siswi SMA yang kerap menjadi sasaran bully dari teman-temannya.
Dengan kecerdasan militer yang dimilikinya, Elena mencoba untuk memahami dan mengendalikan tubuh barunya. Namun, perbedaan antara kehidupan seorang prajurit dan remaja biasa menjadi penghalang yang sulit dia atasi.
Sementara Elena berusaha menyelaraskan identitasnya yang baru dengan lingkungan barunya, dia juga harus menghadapi konsekuensi dari masa lalunya yang kelam. Di sekolah, Lily mulai menunjukkan perubahan yang mengejutkan, dari menjadi korban bully menjadi sosok yang tegas dan berani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lamaran Dan Perdebatan
Semua orang duduk di meja makan, Mona telah memasak banyak hari ini, sekaligus untuk merayakan kesembuhan Resti, bahkan Damian ikut bergabung.
Sejak kesalahpahaman terakhir, Mona berusaha untuk bersikap baik pada pemuda itu, dia bahkan berkali-kali meminta maaf. Namun Damian sama sekali tidak memikirkannya, dia bahkan semakin tertarik untuk dekat dengan keluarga itu.
"Tolong jangan diambil hati, Nak Damian. Aku sama sekali tidak berniat untuk menginjak harga dirimu, tapi sebagai seorang ibu yang melihat keberadaan seorang pria di dalam kamar milik putrinya, pasti semua orang pun akan marah besar." ucap Mona sambil menunduk.
Damian hanya tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya, ''Aku tidak akan memperpanjang masalah ini, lagi pula jika keluarga ini mendesak ku untuk menikah dengan Lily, aku juga tidak akan keberatan,"
Byuur...
Uhuk...
Respon semua orang langsung terkejut, Resti tiba-tiba saja menyemburkan air yang ada di dalam mulutnya, bahkan Lily langsung terbatuk, dia tersedak setelah mendengar ucapan pemuda itu. Damian terlalu berani, bahkan itu sangat mengejutkan.
"Kau?" Lily menunjuk menggunakan jarinya, namun Damian segera menggerakan tangan untuk menurunkan jari telunjuk tersebut.
"Jangan pernah menunjuk wajah calon suamimu!" ucapnya.
Wajah Lily tiba-tiba saja terasa panas, itu merah dan merah, membuat semua orang langsung tertawa terbahak-bahak. Bahkan Mona seolah terhibur dengan ketegangan yang diciptakan oleh putrinya dan juga Damian.
"Ibu setuju, Damian sangat tampan, keluarga mana yang tidak menginginkan dia sebagai menantunya?" ucap Mona.
Resti langsung memelototkan mata. "Jangan lupa bahwa putrimu saat ini baru saja berusia 17 tahun, dia bahkan belum lulus SMA."
Dany berjingkrak, dia bahkan meloncat dari kursi yang didudukinya. "Bukankah itu berarti sebentar lagi aku akan menjadi paman dan memiliki banyak ponakan yang lucu?"
Lily mengerucutkan bibirnya, sambil menoleh ke arah Damian. "Ini tidak lucu!"
Damian hanya memandangnya dengan sangat santai, kemudian merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah. Dia membukanya di atas meja makan dan memperlihatkan di depan semua orang.
"Untukmu," ucapnya tanpa memperdulikan reaksi wajah Lily yang semakin memerah.
Mata gadis itu langsung melotot dengan sangat ganas, "Apa-apaan? Kau benar-benar tidak memiliki selera humor!"
"Aku serius!" jawab Damian.
"Apa kau seorang pedofil? Usiaku baru saja 17 tahun!"
"Aku akan menunggu sampai kau siap!"
"Aku tidak bisa memasak."
"Ada begitu banyak juru masak yang dipekerjakan di dapur, untuk apa kau turun tangan?"
"Aku bahkan tidak bisa membersihkan rumah!" ucap Lily sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Aku ingin menjadikanmu seorang istri bukan pembantu," Damian tak mau kalah.
"Aku seorang gadis yang boros, bahkan bisa menghabiskan seluruh uangmu!" ucap Lily.
"Kekayaanku tidak terbatas, bahkan mungkin cukup untuk 7 turunan. Lalu apa yang harus aku pikirkan? Milikku akan menjadi milikmu dan kau bisa mempergunakannya sebanyak yang kau mau," jawab Damian dengan sangat enteng.
Lily menggertakkan giginya sambil menatap pemuda yang tidak tahu malu di depannya. "Aku akan membunuhmu!"
"Aku akan menyeretmu bersama hingga ke neraka!" jawab Damian sambil mengerutkan keningnya.
Semua orang saling berpandangan, keduanya benar-benar seperti kucing dan anjing. Lily terkadang terlihat sangat perhatian, dia membantu Damian untuk menyembuhkan seluruh luka di tubuhnya.
Namun pemuda itu juga mulai tertarik kepada Lily, dia bahkan terang-terangan mengajukan lamaran di depan seluruh anggota keluarganya.
"Aku sudah kenyang," ucap Lily sambil beranjak dari kursi yang didudukinya, namun pergelangan tangannya segera dicekal oleh Damian, pemuda itu langsung memelototkan mata.
"Habiskan makananmu, baru kau bisa pergi!"
Lily cemberut, kemudian melirik ke arah ibu dan juga neneknya. Namun kedua wanita itu juga menganggukkan kepala, membuat dia mau tak mau kembali duduk di samping Damian. Saat ini suasana hatinya benar-benar sangat kacau, dia mulai mengutuk di dalam hati.
Damian tersenyum penuh kemenangan, mengambil cincin berlian yang berada dalam kotak kecil itu, kemudian memasangkannya pada jari manis tangan Lily membuat gadis itu langsung memelototkan mata.
"Jika sampai kau melepaskan cincin itu, maka akan kupastikan bahwa hari setelahnya, aku akan menyeretmu pergi ke KUA dan saat itu juga kau akan segera menjadi istriku!" ucap Damian memberikan ancaman. Sudut bibir Lily langsung berkedut, dia menengadahkan tangannya di depan pemuda itu.
"Apa?" tanya Damian sambil mengerutkan dahi.
"ATM dan kartu kredit." jawab Lily, Damian tersenyum tipis kemudian mengambil dompet dan meletakkannya pada telapak tangan gadis itu.
"Tidak hanya ATM ataupun kartu kredit, bahkan semua milikku akan menjadi milikmu," ucapnya santai.
Blush...
Wajah Lily seketika kembali memerah, awalnya dia berpikir Damian akan marah, apalagi sebelumnya mereka sempat bertengkar masalah laptop, namun kali ini pemuda itu jauh lebih dermawan dari sebelumnya.
"Sepertinya aku akan menggunakan harta kekayaanmu untuk membeli rumah dan beberapa mobil," ucap Lily sambil menyunggingkan seringaian mengejek.
"Beli apapun yang kau inginkan, itu tidak akan pernah membuat aku jatuh miskin!" jawab Damian, pemuda itu juga mengeluarkan seringaian iblisnya.
"Ciiih!" Lily mendengus, berbagai upaya untuk melemahkan pemuda itu tidak berhasil dia lakukan, bahkan Damian malah menjadi semakin dominan.
"Berapa nomor telepon orang tuamu? Aku akan memberitahukan mereka kelakuan putranya!" ucap Lily, kali ini dia yakin bahwa Damian akan menyerah. Namun pemuda itu segera mengeluarkan ponsel, kemudian melakukan panggilan telepon.
Tuuut...
Panggilan tersambung, tak lama terdengar suara dari seberang panggilan, membuat bola mata Lily makin melebar.
📱"Ya Damian, mama sama papa masih ada di negara A, jika kau butuh sesuatu, hubungi saja kakekmu." ucap seorang wanita yang kemungkinan merupakan ibu dari Damian.
📱"Calon istriku ingin berkenalan, mama ada waktu?" tanya Damian, dia sengaja memencet tombol speaker dalam ponselnya, agar Lily bisa mendengar langsung jawaban dari ibunya.
📱"Benarkah? Kau tidak berbohong? Cepat! Gunakan panggilan video, mama ingin segera melihat calon menantu mama!" terdengar suara wanita itu dengan sangat girang, dia bahkan berteriak memanggil suaminya.
Tubuh Lily seketika bergetar, wajahnya terlihat sangat pucat, bahkan keringat dingin terus mengucur di seluruh tubuhnya. Kali ini dia tidak memiliki peluang untuk mundur lagi. Damian tersenyum penuh kemenangan sambil melirik dengan ujung matanya.
📱"Damian!" terdengar suara wanita itu kembali, Damian segera merubah panggilan telepon menggunakan video, kemudian mengerahkannya pada Lily.
Wanita itu terlihat sangat cantik, usianya sekitar 48 tahunan. Namun matanya tiba-tiba saja menyipit, setelah melihat sosok Lily. Dia seolah tidak percaya dengan pilihan putranya.
📱"Damian!" panggil wanita itu, Damian mengarahkan ponsel ke arahnya.
📱"Kau tidak salah bukan? Sepertinya dia masih sangat kecil, jangan katakan bahwa kau telah menipu gadis itu. Dengar! Mama memang menginginkan seorang menantu, tapi bukan berarti kau bisa memaksa dia!" wanita itu berbicara dengan sangat tegas, namun Damian terlihat sangat santai menyikapinya, dia meraih pergelangan tangan Lily, kemudian menunjukkan cincin yang melingkar di jari manis gadis itu.
📱"Apaaa? Kau sudah melamar dia?" wanita itu terlihat sangat kaget, namun tak lama kemudian suara tawa langsung pecah.
📱"Bagus, minggu depan mama dan papa akan segera kembali, kita akan membicarakannya lebih lanjut. Ingat! Jaga calon istrimu baik-baik, kau harus memperlakukannya seperti seorang ratu. Jika sampai dia menangis atau terluka sedikitpun, kau akan berhadapan dengan mama!" ucap wanita itu dengan sangat tegas sambil mematikan panggilan video.
Bola mata Lily tiba-tiba terang benderang, gadis itu segera menyunggingkan senyuman tipis. Sepertinya dia memiliki kartu truf baru saat ini, mama Damian ternyata lebih condong ke arah calon menantunya dibandingkan putra kandungnya sendiri.
"Apakah aku harus berpura-pura menangis, seolah seperti seorang gadis yang teraniaya di depan ibumu?" tanya Lily, matanya berkelip-kelip lucu.
Damian mendengus, kemudian menjawab dengan sangat dingin. "Lakukan jika kau berani!"