Di dunia yang dikendalikan oleh faksi-faksi politik korup, seorang mantan prajurit elit yang dipenjara karena pengkhianatan berusaha balas dendam terhadap kekaisaran yang telah menghancurkan hidupnya. Bersama dengan para pemberontak yang tersembunyi di bawah tanah kota, ia harus mengungkap konspirasi besar yang melibatkan para bangsawan dan militer. Keadilan tidak lagi menjadi hak istimewa para penguasa, tetapi sesuatu yang harus diperjuangkan dengan darah dan api.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairatin Khair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
Udara pagi yang sejuk menyapu Valyria, membawa aroma kesegaran yang jarang dirasakan setelah bertahun-tahun konflik. Matahari terbit di balik pegunungan, menyinari kota yang mulai bangkit dari luka-luka pertempuran. Liora berdiri di balkon benteng, memandang pemandangan yang masih asing baginya—Valyria dalam kedamaian.
Namun, kedamaian itu terasa rapuh, seperti gelas tipis yang bisa pecah kapan saja. Meskipun Jenderal Kalros telah mundur, ancaman kekuasaan dari luar masih membayangi. Valyria tidak sepenuhnya aman. Mereka hanya mendapat sedikit waktu untuk bernapas.
Varren bergabung dengannya di balkon. Wajahnya menunjukkan kelelahan yang sama, tetapi ada secercah optimisme di matanya. "Kita berhasil melewati cobaan terberat, Liora. Rakyat mulai percaya bahwa masa depan Valyria bisa dipertahankan."
Liora mengangguk pelan. "Kita memenangkan satu pertempuran, tapi kita belum keluar dari ancaman sepenuhnya." Tatapannya jatuh ke arah artefak perak yang tergantung di pinggangnya, benda yang terus memberatkan pikirannya. "Aku takut kita terlalu bergantung pada kemenangan ini dan lupa bahwa masih ada banyak yang harus diperjuangkan."
"Rakyat mempercayaimu," kata Varren, suaranya tegas. "Dan mereka punya alasan untuk itu. Kau memimpin dengan bijak, bahkan ketika tekanan dari dalam dan luar begitu kuat. Mereka akan mengikuti apa pun jalan yang kau pilih."
Liora tidak langsung menjawab. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa kekuatan dan keseimbangan yang mereka jaga tidak bisa diandalkan selamanya. Ada tantangan yang lebih besar di depan—bukan hanya dari luar Valyria, tapi dari dalam dirinya sendiri.
---
Di ruang pertemuan Dewan Valyria, suasana sedikit lebih ringan daripada sebelumnya. Dewan yang terdiri dari para pemimpin pemberontak dan bangsawan yang tersisa telah menyelesaikan perdebatan panjang tentang rencana pemulihan ekonomi pasca-perang. Valyria sedang memulihkan diri, dan meskipun lambat, kemajuan itu nyata.
"Saya rasa kita sudah bisa mulai mengalihkan fokus dari pertahanan ke pembangunan kembali," ujar Alara, yang sejak pertempuran terakhir banyak terlibat dalam strategi pemulihan. "Dengan mundurnya Kalros, rakyat butuh stabilitas. Mereka butuh alasan untuk mempercayai bahwa keadaan akan membaik."
Keldar, prajurit senior yang selalu skeptis, menyuarakan pendapatnya. "Kita belum boleh lengah. Kalros mungkin telah mundur, tapi itu tidak berarti dia sudah menyerah. Aku yakin dia hanya menunggu momen yang tepat untuk menyerang kembali."
Liora duduk di ujung meja, mendengarkan argumen-argumen mereka dengan seksama. Kedua sudut pandang itu benar—mereka memang perlu membangun kembali, tetapi kewaspadaan tidak boleh diabaikan.
"Aku setuju dengan Alara bahwa fokus utama kita harus pada pemulihan dan menjaga keseimbangan di dalam Valyria," kata Liora, suaranya tenang namun tegas. "Namun, kita juga tidak boleh mengabaikan ancaman dari luar. Kita akan meningkatkan pengawasan di perbatasan dan memastikan kita siap menghadapi serangan mendadak jika Kalros atau ancaman lain muncul."
Dewan mengangguk setuju, meskipun beberapa wajah masih tampak khawatir. Keseimbangan antara membangun kembali dan mempertahankan keamanan adalah tugas yang sulit, dan semua orang di ruangan itu tahu bahwa mereka masih berjalan di atas tali yang tipis.
---
Setelah pertemuan selesai, Liora kembali ke kamarnya, merasa beban berat di bahunya semakin besar. Ia tahu bahwa sebagai pemimpin, tanggung jawabnya lebih dari sekadar membuat keputusan; ia harus menjaga harapan rakyat tetap hidup. Artefak perak di tangannya, meski menyimpan kekuatan besar, belum bisa ia gunakan sepenuhnya tanpa menyalahi prinsip-prinsip yang ia pegang.
Tiba-tiba, ketukan di pintu memecah kesunyian.
"Liora," suara Seira, mata-mata kepercayaannya, terdengar dari balik pintu. "Aku punya informasi penting. Kau harus mendengarnya."
Liora membuka pintu dan mengundang Seira masuk. Wajah Seira tegang, seperti ada sesuatu yang mendesak yang ia bawa. "Apa yang kau temukan?"
Seira menyerahkan gulungan kecil kepadanya. "Mata-mata kita di wilayah Timur menemukan sesuatu. Kalros memang telah mundur, tapi dia tidak sepenuhnya hilang. Dia sedang mengumpulkan kekuatan baru—aliansi dengan kekaisaran asing dari Timur yang lebih besar."
Liora membuka gulungan itu dan membaca isinya dengan cermat. Wajahnya semakin tegang saat membaca rincian rencana aliansi Kalros.
"Kalros telah menemukan sekutu yang jauh lebih kuat dari yang kita duga," kata Seira. "Kekaisaran Timur yang disebutkan dalam laporan ini memiliki kekuatan militer dan sumber daya yang cukup untuk menghancurkan Valyria dalam satu gerakan. Mereka belum bergerak, tapi aliansi ini bukan sesuatu yang bisa kita abaikan."
Liora meremas gulungan itu, pikirannya berpacu. "Kalros memang tidak menyerah. Dia hanya menunggu momen yang tepat. Jika dia bersekutu dengan kekaisaran Timur, kita harus siap menghadapi serangan yang jauh lebih besar daripada sebelumnya."
"Benar," jawab Seira. "Dan kita tidak punya banyak waktu. Aku sarankan kita segera mencari cara untuk memutus aliansi itu sebelum mereka bertindak."
Liora merenung sejenak. Dia tahu bahwa langkah berikutnya sangat krusial. Aliansi antara Kalros dan kekaisaran Timur bisa berarti akhir bagi Valyria, tetapi dia juga tahu bahwa jika mereka bertindak gegabah, itu bisa mempercepat kehancuran.
"Aku akan mengumpulkan dewan lagi," kata Liora akhirnya. "Kita harus mempersiapkan diri, tapi kita juga harus mencari cara untuk mencegah perang besar ini sebelum dimulai."
Seira mengangguk, kemudian beranjak keluar ruangan dengan langkah cepat.
Setelah Seira pergi, Liora berdiri di jendela, memandang keluar dengan pikiran yang penuh. Ancaman baru ini adalah ujian yang lebih besar dari sebelumnya, dan kali ini, ia tidak yakin apakah kekuatan yang dimilikinya akan cukup untuk menyelamatkan Valyria.
---
Malam itu, Liora tidak bisa tidur. Pikiran tentang aliansi Kalros dan kekuatan Timur terus menghantui benaknya. Ia mengambil artefak perak yang masih tersimpan di samping tempat tidurnya, memegangnya erat di tangan.
Dia bisa merasakan energi di dalamnya, kekuatan yang mengalir seperti arus bawah yang kuat namun tersembunyi. Meskipun dia telah memilih untuk tidak menggunakan kekuatan ini dalam pertempuran melawan Kalros, sekarang dia merasa bahwa pilihan itu akan datang lagi—dan kali ini, mungkin dia tidak punya banyak waktu untuk ragu.
Di tengah kesunyian malam, Liora menutup matanya, memikirkan Ares, mengingat kata-katanya tentang keseimbangan. Apakah kekuatan besar ini benar-benar bisa digunakan tanpa menghancurkan apa yang telah mereka bangun? Ataukah ini hanya alat yang akan membawa kehancuran yang lebih besar?
"Saatnya segera tiba," bisiknya pelan. "Aku harus siap."
---
cerita othor keren nih...