Nara adalah anak bungsu dari tiga saudara, Kedua Kakak nya selalu hidup di perhatikan oleh orang tua nya. Segala sesuatu pasti di turuti, Beda hal nya dengan Nara yang selalu tersisih dalam keluarga, karena dia bukan lah anak dari istri sah nya Tono.
Suatu hari Nara berjuang untuk hidup dan mati karena di tabrak oleh Nayla Kakak nya sendiri, Saat sedang sekarat. Seorang pria misterius menyelamatkan nya dan mendidik Nara menjadi sosok yang kuat, Lima tahun kemudian Nara kembali lagi dan membalas sakit hati nya kepada keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34. Bertemu teman
Tuan joshua sudah keluar dari ruang operasi dan dia berhasil melewati masa operasi yang lumayan berbahaya itu, anak anak nya bisa bernafas lega karena sang Papa sudah lepas dari maut nya. Namun baru saja mereka ingin bersenang senang karena Tuan Joshua berhasil melewati masa kritis, sekarang malah kembali di uji karena Tuan Joshua mendadak kejang kejang sehingga dokter pun begitu panik saat menangani nya. Helen menangis kencang karena tidak kuat melihat penderitaan Papa yang begitu ia sayangi, pria yang berjuang untuk membesarkan nya karena Ibu mereka sudah lama meninggal, untung Tuan Joshua berhasil mendidik para anak anak nya menjadi sukses.
"Papaaaa....Ya Allah, Papa." Helen berteriak keras.
"Tenang kan dulu dia, Hera." Jeff sedang panik juga sekarang.
Hanya Edwin yang berusaha tetap kuat seolah tidak memiliki rasa cemas, pria yang begitu pintar dalam menyembunyikan perasaan nya kepada siapa pun, kesan nya memang Edwin tidak peduli dengan keselamatan sang Papa, padahal dalam hati nya dia begitu takut bila Tuan Joshua sampai meninggal. sungguh dia tidak sanggup mau membayangkan nya, Jeff sendiri adalah orang yang terkesan lebih terbuka dengan perasaan nya karena itu dia terlihat sangat panik karena melihat Papa nya kejang usai menjalani operasi yang lumayan berbahaya, sekarang dokter sedang berjuang agar pasien nya bisa sembuh.
Pintu ruangan terbuka setelah hampir setengah jam dokter menangani Tuan Joshua, wajah dokter yang panik membuat tubuh Edwin lemas seketika karena dia menduga hal buruk sudah terjadi pada Papa nya. Helen semakin kuat menangis karena sangat tak bisa menerima kabar yang paling buruk dalam hidup nya, orang yang paling tulus dalam mencintai hanya lah Papa seorang. Suami masih ada kadang kala merasa kesal dan cinta nya juga tak sehebat cinta pertama anak perempuan, Helen adalah wanita yang cukup beruntung karena cinta pertama nya sangat perhatian, tidak seperti cinta pertama nya Nara yang sangat jauh dari kata sempurna. Nara hanya bisa mengharap kan cinta kedua dari pria yang benar benar tulus mencintai nya, sampai saat ini dia belum menemukan siapa cinta kedua nya, dulu pernah jatuh cinta dengan Alan namun harus di telan kembali cinta itu karena dia memilih untuk mengalah saja agar hidup nya tak semakin menderita.
"Maafkan kamu, Tuan! Tuan Joshua tidak bisa kami selamat kan, beliau meninggal." jelas Dokter.
"Tidaaaaak." Helen memekik keras dan segera berlari masuk kedalam ruangan Papa nya.
Jeff terduduk lemas karena Papa nya sudah tiada sekarang, walau dia sudah berumur dan punya anak istri, namun Jeff tetap saja butuh sosok Ayah yang bisa menyayangi dan menghibur nya di kala pikiran sedang gundah karena pertengkaran dengan istri.
"Papa, aku kau tinggalkan." Jeff mengusap air mata.
"Yang kuat, Papa pasti ingin istirahat sekarang." Hera berusaha menenangkan suami nya.
"Kenapa secepat ini, Hera? Aku masih butuh dia." Jeff memeluk perut istri nya.
"Papa sudah tidak sakit lagi, Sayang! ihklas kan beliau ya, Papa sudah sangat rindu dengan Mama." bujuk Hera.
Jeff menangis tanpa suara dalam pelukan istri nya, sekuat apa pun seorang laki laki dia akan tetap menangis bila kehilangan orang yang sangat ia sayangi, lagi pula anak mana yang tidak sayang dengan orang tua nya.
Bila Jeff masih punya tempat untuk mengadu dan ada juga yang menenang kan nya, Edwin tertunduk diam sendirian karena lagi lagi dia harus memendam perasaan luka nya, pria ini begitu malu untuk menangis di depan semua orang, Edwin berjalan sendirian pergi mencari tempat yang sepi untuk meluapkan rasa duka nya yang tertahan. sungguh keras dan tinggi sekali pria ini ego nya, dia sangat anti bila ada orang yang melihat nya menangis, bagi Edwin menangis itu hanya untuk sendirian saja dan tak ada yang boleh melihat nya walau hanya sebentar. untung para bodyguard nya sudah paham dengan sifat Tuan mereka, sehingga tak ada satu pun yang berani mendekat.
...****************...
Layak nya pasangan suami istri yang sungguhan, Devano membonceng Nara dengan motor nya keliling kampung. Nara ingin di antar kan keruamh teman nya yang dulu selalu mengerti dengan diri nya, Zizi memang sangat pengertian kepada dia selama hidup Nara susah.
"Walaikum sallam, cari siapa ya?" Zizi bertanya pada Devano yang mengetuk pintu.
Devano tak berkedip menatap Zizi yang kecantikan nya begitu alami karena sedang todak pakai make up, rambut nya yang di cepol dan hidung mancung membuat mata pria sangat betah menatap nya berlama lama karena kagum sekali melihat dia.
"Aku mencari mu." Nara berkata pelan sambil membuka kaca mata hitam nya.
Zizi terdiam, bukan karena lupa dengan orang yang sedang berdiri di depan nya ini. namun Zizi ragu apa benar dia adalah Nara, karena kabar yang ia dengar Nara memang sudah meninggal, Alan yang mencari kabar Nara saja harus berakhir menikah dengan Nadia. sampai saat itu lah Zizi tidak tahu lagi tentang kabar nya Nara yang hilang entah kemana, namun sekarang sosok itu kembali berdiri di depan nya dengan penampilan yang sangat jauh berbeda.
"Kau lupa padaku?" Nara tersenyum manis.
"Tidak, aku hanya tidak percaya bahwa itu kau." Zizi menekap mulut nya.
"Ini aku Nara!"
Kedua gadis ini saling berpelukan dan Zizi yang menangis kencang karena sekarang sudah bisa bertemu dengan besty nya yang sudah lama sekali menghilang, bahkan dalam misi balas dendam nya pun Nara masih ingat bahwa Zizi ada di kampung ini dan mereka saling melepaskan rindu satu sama lain nya.
"Kemana saja kau Nara? lima tahun kau menghilang dan sekarang baru kembali." Zizi mengajak mereka masuk kedalam rumah.
"Ada orang baik yang menolong ku, sehingga aku menjadi lebih baik dan bisa kembali." jawab Nara.
"Dia suami mu?" Zizi bertanya tentang Devano.
"Eh bukan, aku teman nya Nara saja." Devano langsung membuka suara.
"Kau ini kok tidak konsisten, Devano! tadi kau bilang dengan orang orang bahwa kau suami ku, tapi sekarang malah bilang bukan." Nara menepuk pundak Devano kencang.
Devano mengaduh kesakitan karena tenaga Nara tidak main main, lagi pula salah nya sendiri karena tidak konsisten dengan ucapan nya, padahal dia sendiri tadi yang bilang kalau Nara adalah istri nya. Zizi melihat pertengkaran mereka dengan bingung karena jawaban yang ia dapat ternyata memicu pertengkaran, Devano tergoda melihat Zizi yang begitu cantik di mata nya sehingga dia lupa bahwa sedang bersandiwara bahwa mereka adalah pasangan suami istri.
Tolong like dan comen ya teman teman biar othor semangat up nya.