Di saat fokus dengan masa hijrahnya, Damian kembali di hadapkan dengan masalah yang membuatnya harus menikahi gadis bercadar.
Damian Pangestu yang mempunyai masalalu yang buruk harus berada di tengah-tengah keluarga yang ahli agama.
Pernikahan yang tak terduga itu membuat rumah tangga Damian dan Adhiba bertahan walaupun harus menerjang hujan dan badai. Terlebih masa lalu Damian yang seorang pendosa muncul satu persatu.
Lalu bagaimana cara mereka menghadapinya?
•••••
"Jangan berharap lebih padaku Adhiba..Aku yang seorang pendosa sangat tidak pantas bersanding dengan wanita sepertimu" Damian Pangestu
"Aku tidak akan berharap lebih darimu, Tapi aku lah yang akan membuat pendosa sepertimu berharap agar lebih lama bersanding bersama wanita seperti ku.." Adhiba Azalea Ibrahimi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maafkan Aku ...
Tidak ada yang di lakukan oleh Adhiba kecuali menumpahkan air matanya. Sejak usia sepuluh tahun, Dia sudah mencoba meniru sang Umma yang sejak berhijrah belajar menutup sebagian wajahnya.
Dan selama itu, Tidak ada yang berani bertanya, Atau meminta izin ingin tau bahkan tak ada yang punya niatan membuka cadarnya secara paksa.
Tidak ada yang tahu seperti apa wajahnya. Hanya Damian saja pria yang ia kira pria terakhir yang ia izinkan untuk melihat wajah asli yang selama Bertahun-tahun tertutup itu.
Itupun karena Damian adalah suaminya yang sudah dan tentu saja lebih berhak atas dirinya ketimbang Daddy Abimana. Dan sekarang, Seorang pria tanpa izin masuk dan memaksa membuka cadarnya.
Walaupun langsung Adhiba tutup kembali dengan ujung khimarnya, Tapi tetap saja. Kevin sempat melihat seperti apa paras yang sebenarnya.
"Maafkan hamba ya Allah..."Tiada yang bisa di mintai maaf kecuali kepada sang khaliq. Adhiba tahu, Sebagai umat muslimah berhijab memang harus. Menutup wajah sesuai dengan keinginan. Tapi wanita versi Adhiba tentu saja merasa telah berdosa. Orang lain tahu akan wajahnya dan orang itu bukanlah keluarganya melainkan orang lain.
Adhiba merasa Kevin telah menginjak-nginjak harga dirinya. Entah bagaimana setelah ini saat mereka bertemu. Adhiba hanya takut, kalau Kevin bercerita kepada teman-temannya dan mengundang rasa penasaran dari mereka juga.
"Udah usah nangis, Aku anter pulang ya. Kamu pasti capek.. "Adhiba mengangguk. Beruntung ia punya Syifa yang selalu ada bersamanya.
"Kamu tenang aja.. akan buat perhitungan besok tuh ke Kevin. Biar aja dia kapok.."Syifa seolah-olah punya pendam. Berani sekali pemuda itu menginjak-nginjak harga diri Adhiba. Ya, meskipun Kevin hanya sekedar tahu tanpa bertingkah atau mengatakan apapun. Namun tetap saja, Wajah cantik Adhiba hanya orang-orang tertentu tang boleh melihatnya.
Syifa saja yang berteman cukup lama baru pertama kali ini. Dan memang, Wajah Adhiba sangat cantik. Sebagai sesama wanita, Syifa merasa insecure sendiri.
"Udah, Sekarang mending kamu bawa aku pulang.. Aku capek.."Syifa mengangguk, Segera gadis itu menyalakan mesin mobilnya dan membawa Adhiba pulang ke rumahnya saja.
Begitu sampai, Sudah ada Damian yang menyambutnya. Pria itu pulang lebih awal entah kok tumben saja.
"Hanya seputar ucap salam setelah itu mencium punggung tangan Damian. Tak ada kata apapun lagi. Dan jelas ini menuai tanda tanya di benak Damian sendiri.
Sikap Adhiba sungguh sangat berbeda kali ini. Damian hanya di buat terheran-heran. Saat di tanya kenapa? Jawabannya selalu tidak apa-apa. Hal ini Justru membuat Damian frustasi.
Wanita itu sangat irit bicara. Sebagai seorang pria yang berstatus suami. harusnya Damian tahu tentang sang istri siapa tahu ada masalah yang mungkin di sembunyikan.
"Mas sudah mendaftarkan pernikahan kita. Hanya saja perlu kita tunda dulu.. Karena di perusahaan ada sedikit masalah.." Menikahi Adhiba memang awal yang di paksakan. Tapi semenjak tinggal bersama wanita itu, Damian sudah mulai terbiasa. Dan sekarang niat berumah tangga itu sudah mulai singgah di hati.
Mendapat kabar seperti itu harusnya Adhiba senang bukan? Tapi bagaimana mungkin ia senang, Dia saja belum di sentuh oleh suaminya. Belum lagi tentang masalah Kevin, Adhiba pusing memikirkan ini.
Entahlah, Adhiba lelah sekarang. Ia tidak ingin banyak bicara lagi. Ucapan Damian sedikit Adhiba abaikan. Dia memang mengerti agama dan hukum-hukumnya tapi bukan berarti Adhiba tidak punya batas sabar.
...****...
Hari kembali berganti..
"Pakeeeetttt!!
Adhiba keluar dari rumah. Menerima paket yang ia pesan sekitar satu minggu yang lalu dan baru sampai sekarang.
"Terima kasih.. Permisi nona.. "Mang kurir segera undur diri dan pamit. Adhiba tatap sendu dua bungkusan hitam itu. Ia menghela nafas panjang Sebelum akhirnya wanita itu melangkah menuju ke depan.
Bruk
Adhiba membuang paket tersebut ke tempat sampah. Ia sudah tidak menginginkan barang itu lagi.
Mobil Damian terhenti. Pria yang baru pulang dari kantor itu turun dan meraih paket apa yang istrinya buang. Damian tatap Adhiba yang mulai masuk ke dalam rumah seorang diri. Istrinya berubah sekarang, Sikapnya agak dingin dan datar. Damian jadi semakin merasa bersalah terhadap istrinya itu.
.
.
.
Kini udah tiga hari ini sikap Adhiba tidak seperti biasanya. Matanya terlihat sembab seolah menangis tiada henti. Selama tiga hari ini pun, Adhiba tak pernah melepas cadarnya. Tidur pun Adhiba tetap menutup wajahnya. Padahal ada Damian yang suaminya.
"Ya Allah.."Damian meraup wajahnya kasar. Berulang kali Adhiba ingin di sempurnakan menjadi seorang istri berakhir Damian tolak. Dan lihat sekarang? Paket yang berisikan Lingeri serta parfum Adhiba buang. Dan dari sini Damian dapat menyimpulkan bahwa Adhiba tak ada niat lagi meminta hak nya.
"Kamu kenapa hm?
"Aku gak papa mas.. "Jawabnya tanpa menatap wajah Damian lagi.
"Mas ada salah? Bilang Adhiba.. Jangan di simpen sendiri..
"Adhiba sudah terbiasa menyimpan semua sendiri mas.. Adhiba cuma capek aja. "Adhiba ingin segera menghidar, Tapi Damian tidak membiarkan itu.
"Kamu kenapa hm? Mas perlu tahu Adhiba? Kamu punya masalah? Atau masalahnya ada pada mas sendiri?" Adhiba tidak menjawab. "Adhiba...
"Sudahlah mas.. Adhiba capek..
"Adhiba..Ada apa sayang? Maaf kalau mas sudah buat kamu kecewa. Mas minta maaf.. "Rasa bersalah Damian semakin mencuat saja, Ajakan Adhiba untuk bercinta sudah ia tolak berulang kali. Adhiba sampai memakai pakaian yang tak pernah ia pakai hanya demi menyenangkan sang suami sama seperti yang Umma nya katakan. Tapi apa? Damian justru selalu menolaknya. Bukan hanya sekali tapi hampir setiap malam.
"Gapapa mas..Gak usah bahas itu. Adhiba ini hanya wanita yang minim pengalaman mas. Tidak seperti wanita luaran sana yang pandai dan lihai. Adhiba yakin mas akan bosan, Keputusan mas Damian sudah sangat benar.. Jangan sampai nanti mas menyesal karena telah menyentuh Adhiba..
"Adhiba!
"Sekarang kuncinya ada sama kamu.. Adhiba udah terima mas Damian apa adanya. Tapi entahlah sekarang mas akan terima Adhiba apa enggak..
Wanita itu segera berlalu dari sana. Damian ketar ketir, Menyerahnya Arumi membuat ia sangat menyesal. Dan untuk kali ini dia tidak ingin menyesal yang kesekian kalinya.
"Maafkan aku..."Damian peluk tubuh Adhiba dari belakang. Wanita itu bergeming, Tubuhnya bergetar hebat dan tentu saja Adhiba menangis.
Dengan perlahan Damian meraih pundak istrinya. Di hadapkan lah tubuh yang bergetar hebat itu. Damian tatap dengan lekat sebelum Damian menanggalkan kain tipis itu.
"Jangan menangis lagi okey.. Please..
Damian semakin mendekat hingga tiada jarak lagi. Di ci-umlah bibir merah alami itu hingga menjadi lu-matan yang panas akhirnya. Adhiba diam saja, Namun perlahan ia memejamkan mata nya ikut menik-mati sentuhan itu.
"Sekali lagi Maafkan aku ya.. Izinkan mas menebus semuanya.."Ucapnya sebelum kembali menyatukan bi-bir itu.
"Sungguh rasanya berbeda..Ada manis-manisnya..
.
.
.
TBC
semangat untuk berkarya kembali..
btul2 gk ad bonschap ny kah thor. satu bab az pn jdi. 😁
alfatihah untk suamiku