Aksa harus menelan pil pahit saat istrinya, Grace meninggal setelah melahirkan putri mereka. Beberapa tahun telah berlalu, tetapi Aksa masih tidak bisa melupakan sosok Grace.
Ketika Alice semakin bertumbuh, Aksa menyadari bahwa sang anak membutuhkan sosok ibu. Pada saat yang sama, kedua keluarga juga menuntut Aksa mencarikan ibu bagi Alice.
Hal ini membuat dia kebingungan. Sampai akhirnya, Aksa hanya memiliki satu pilihan, yaitu menikahi Gendhis, adik dari Grace yang membuatnya turun ranjang.
"Aku Menikahimu demi Alice. Jangan berharap lebih, Gendhis."~ Aksa
HARAP BACA SETIAP UPDATE. JANGAN MENUMPUK BAB. TERIMA KASIH.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Enam
Ghendis hanya tersenyum tak menanggapi pertanyaan mama mertuanya. Dia juga tak begitu akrab dengan wanita ini. Dari Grace, dia tahu jika mama mertuanya wanita yang baik. Dia sering mendengar kakaknya mengatakan pada ibu, jika dia diberikan hadiah berupa perhiasan.
Mama Reni mengajak Ghendis duduk di sofa yang ada di kamar itu. Dia menggenggam tangan menantunya.
"Aksa itu dingin, tapi jika telah cinta dia akan memperlakukan wanitanya seperti ratu. Jika saat ini Aksa sedikit kasar, itu karena dia belum mengenal kamu. Cobalah membuat dia jatuh cinta, kamu akan tahu bagaimana dia yang begitu perhatian. Dia tak suka wanita membantah, ikuti maunya. Seperti Grace yang selalu mengikuti apa katanya, sehingga dia begitu mencintai mantan istrinya itu," ucap Mama Reni.
Ghendis tersenyum. Lagi-lagi dia dibandingkan dengan Grace. Mereka berbeda. Tidak bisa disamakan.
"Aku bukan Grace, Ma. Aku tak bisa diam jika itu tak sesuai dengan isi hatiku. Aku tak bisa hanya menurut jika itu bertentangan dengan pikiranku," ucap Ghendis dengan suara lembut.
"Apa itu berarti Aksa memang memperlakukan kamu dengan kasar, Nak?" tanya Mama Reni dengan suara kuatir.
Ghendis tersenyum dan menggenggam balik tangan ibu mertuanya yang telah terlihat keriput. Dia tidak menjawab pertanyaan wanita paruh baya itu.
"Ma, aku bukan wanita lemah. Jika pun Aksa memperlakukan diriku kasar, aku akan bertahan. Aku akan bersabar, dan buktikan jika tidak semua wanita itu lemah dan mau di tindas," jawab Ghendis.
"Maafkan semua sikap Aksa jika menyakiti kamu. Katakan saja pada mama apa yang telah Aksa lakukan. Kalau itu salah, mama yang akan langsung memberikan dia nasehat," ujar Mama Reni lagi.
"Jika aku tak sanggup lagi menerimanya, aku akan katakan pada Mama."
Mama Reni memeluk menantunya itu. Dia yakin Ghendis akan bisa membuat putranya kembali ceria seperti dulu lagi. Sejak di tinggal pergi Grace, dia selalu murung dan tidak ada gairah hidup lagi. Beruntung masih ada Alice yang membuat dia terus bertahan.
Alice yang baru terbangun, tersenyum melihat nenek dan mimi-nya. Dia bangun dan langsung duduk. Ghendis mendekati bocah itu dan memberikan kecupan ke seluruh bagian di wajahnya.
"Beri salam dong sama nenek," ucap Ghendis dengan lembut.
"Selamat Sore, Nek!" sapa Alice.
"Selamat Sore cucu nenek yang cantik," balas Mama Reni dengan tersenyum manis dan berjalan mendekati sang cucu.Wanita itu lalu mengecup pipi sang cucu.
Setelah Alice mandi dan berpakaian rapi, dia turun ke lantai dua dengan sang nenek. Ghendis meminta izin mandi terlebih dahulu.
Saat ini Mama Reni dan Aksa sedang duduk di sofa ruang keluarga, sedangkan Alice bermain di lantai.
"Aksa, apa kamu memperlakukan Ghendis dengan kasar?" tanya Mama Reni.
Aksa tak menjawab pertanyaan mamanya. Dia hanya melirik sekilas ke arah wanita yang telah melahirkan dirinya itu.
"Apa yang dia adukan pada Mama?" tanya Aksa dengan suara sedikit geram.
"Ghendis tidak mengatakan apa pun tentang sikapmu. Ibu tadi tak sengaja melihat pergelangan tangannya yang memar. Pasti itu bekas cengkeraman tanganmu!" ucap Mama Reni.
Aksa terdiam mendengar ucapan mamanya. Dalam hatinya berpikir, apakah begitu kuatnya dia memegang tadi sehingga berbekas.
"Aksa, ibu senang saat kamu menikah dengan Grace. Dia bisa merubah kamu yang temperamen dan kasar menjadi lembut. Walau awalnya dia hampir menyerah dan sempat meninggalkan kamu. Untung kamu cepat menyadari kesalahanmu. Jangan sampai dengan Ghendis kamu menyesali setelah dia pergi. Hanya dia yang pantas menjadi ibu bagi anakmu. Mama yakin Ghendis sebenarnya lebih baik dari Grace," ucap Mama Reni.
"Tak ada yang lebih baik dari Grace. Mama jangan samakan dia dengan siapa pun. Grace aku sangat sempurna!" ujar Aksa dengan penuh penekanan. Mama Reni diam, tak mau membahas Grace lagi. Bagi Aksa pembahasan mengenai mantan istrinya itu sangat sensitif.
Tanpa mereka tahu, Ghendis berdiri di belakang sofa itu. Dia mendengar semua yang anak dan ibu itu obrolkan. Beruntung Alice tak melihatnya, sehingga dia bisa pergi lagi. Dia tak ingin dikatakan menguping, padahal tadi hanya kebetulan saja.
**
Ghendis bangun saat jam masih menunjukan pukul lima pagi. Dia segera mandi dan harus bisa pergi dari rumah untuk menemui sang kekasih hati.
Beruntung kemarin Alice di bawa neneknya untuk menginap di rumah kediamannya, sehingga dia tak perlu kuatir dengan bocah itu. Nanti setelah menemui Dicky, dia akan menjemput bocah itu di rumah mertuanya, agar Aksa tak curiga.
Setelah berpakaian rapi, gadis itu segera menuju garasi dan mengambil motor miliknya. Dia lebih senang menggunakan motor. Kalau Grace tak akan mau, takut kulitnya menjadi hitam.
Aksa yang baru bangun, membuka gorden jendela kamarnya. Dia terkejut melihat Ghendis yang meninggalkan halaman rumah dengan menggunakan motornya.
"Mau kemana gadis itu? Ternyata dia tak takut dan jera walau telah aku kurung di gudang. Besar juga nyalinya!" gumam Aksa pada dirinya sendiri.
Dia lalu menghubungi seseorang untuk mengikuti dan mengawasi Ghendis. Dia paling tak suka wanita pembangkang dan membantah ucapannya.
"Sepertinya aku harus lebih keras mendidiknya agar menjadi wanita penurut dan lemah lembut!" ucap Aksa dalam hatinya.
...----------------...
thor. bikin aksa nyesel