ZUA CLAIRE, seorang gadis biasa yang terlahir dari keluarga sederhana.
Suatu hari mamanya meninggal dan dia harus menerima bahwa hidupnya sebatang kara. Siapa yang menyangka kalau gadis itu tiba-tiba menjadi istri seorang pewaris dari keluarga Barasta.
Zua tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam semalam. Tapi menjadi istri Ganra Barasta? Bukannya senang, Zua malah ketakutan. Apalagi pria itu jelas-jelas tidak menyukainya dan menganggapnya sebagai musuh. Belum lagi harus menghadapi anak kedua dari keluarga Barasta yang terkenal kejam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 12 Bunga Dwiyani
"Yang ini adalah Risa, aktris pendatang baru. Cukup populer di kalangan anak muda sekarang. Dia juga terlahir dari salah satu keluarga berpengaruh." Silla, wanita yang sempat bicara dengan Ganra tadi menjelaskan nama-nama para wanita yang akan mereka pilih untuk proyek baru perusahaan mereka.
"Yang lain," kata Ganra dengan nada bicara tegasnya seperti biasa. Sudah dua model yang Silla perkenalkan ke mereka tapi tampaknya Ganra dan para petinggi yang lain kurang tertarik.
Ketika gambar di layar slide berganti dengan wajah wanita lain, Ganra langsung mengenali wanita itu. Bunga Dwiyani. Mantan pacarnya dulu. Laki-laki itu terpaku. Bukan, bukan terpaku pada kecantikan wanita dalam layer itu, Ganra hanya kaget karena Bunga tiba-tiba menjadi salah satu model yang akan dipilih oleh perusahaannya.
"Dia adalah Bunga Dwiyani. Model top nomor satu di negara ini. Dia baru saja kembali dari Amerika setelah menyelesaikan studi modelnya di sana. Dengar-dengar banyak yang sedang mengincarnya untuk menjadi model perusahaan mereka." beber Silla.
Ganra biasa saja. Ia cenderung lebih tidak suka bertemu lagi dengan wanita yang pernah terlibat di masa lalunya. Sementara yang lain tampaknya tertarik.
"Masih ada yang lain?" kata Ganra lagi.
"Kenapa? Menurut pendapat saya yang ini sangat memenuhi syarat."
"Benar. Dia sangat cantik dan elegan. Akan menarik orang-orang kalau dia memakai produk perusahaan ini. Pasti bisa menguntungkan perusahaan."
"Pendapat saya sama, sebaiknya kita pilih dia saja."
Semua orang memiliki pemikiran yang sama terkecuali Ganra. Meski laki-laki itu punya prioritas penuh untuk mengambil keputusan, tapi ia tidak bisa sesuka hati. Ia mencoba menghargai pendapat orang lain juga. Jadi akhirnya meski ia tidak setuju, ia tetap harus bersikap profesional.
"Baiklah, kalau semua sudah setuju dia, kalau begitu wanita itu saja. Hubungi model itu secepatnya dan sampaikan semua syarat-syarat perusahaan yang harus dia penuhi. Kalau pihaknya tidak setuju, batalkan dan cari model lain." suara pria itu sangat tegas, seolah tak ada yang boleh melawan perintahnya lagi.
"Baik, pak." Silla mengangguk.
"Rapat selesai." Ganra lalu berdiri dan keluar dari tempat itu.
Pria itu kembali ke ruangannya. Ia ingat masih ada calon istrinya di sana. Ketika memasuki ruangannya, Ganra mendapati Zua yang tengah ketiduran. Lelaki itu mendekati sofa dan duduk di sofa lain yang berhadapan langsung dengan Zua.
Tidurnya sangat lelap.
Ganra mengamatinya lama. Membiarkan pikirannya melayang dan memikirkan apa yang menarik dari perempuan itu. Tidak, Ganra tidak boleh menyukai gadis ini. Tidak boleh termakan dengan sifat dan tingkah lucunya. Bagaimanapun juga Zua hanyalah calon istri pilihan kakeknya, bukan wanita yang dia cintai. Lelaki itu terus mengelak, menurutnya jatuh cinta adalah sesuatu yang rumit. Itu sebabnya dia tidak ingin jatuh cinta. Tapi, apakah dia bisa menahan dirinya untuk tidak jatuh cinta pada gadis yang akan menjadi isterinya ini kelak?
"Hei, hei," lelaki itu pun menyadarkan dirinya dan menendang-nendang kaki Zua, bermaksud membangunkannya. Tapi caranya sungguh tak ada lembut-lembutnya.
"Claire," Ganra terus menendang
kaki Zua sampai akhirnya wanita itu membuka mata.
"Bangun, aku akan segera pulang. Kau tahu maksudku kan?"
Zua mendelik kesal ke laki-laki itu. Memangnya tidak ada cara lain untuk membangunkannya apa? Dasar pria gila.
Heran deh. Padahal laki-laki ini sama sekali tidak menyukainya dan benci perjodohan ini, tapi masih bersikeras tidak mau melepaskan dia dan membiarkan dia kabur. Aneh, aneh sekali.
"Ayo pulang." ujar Ganra. Mau tak mau Zua berdiri dan mengekornya dari belakang. Pikirannya sibuk memikirkan cara bagaimana agar dia bisa kabur dan tidak ditemukan lagi oleh laki-laki ini dan keluarganya.
Wanita lain mungkin akan senang kalau menikah dengan salah satu keluarga konglomerat yang sangat berpengaruh tersebut, apalagi calon suami memiliki paras yang nyaris sempurna. Namun tidak dengan Zua. Bagi wanita itu hal tersebut adalah mimpi buruk baginya. Dia tidak pernah mau terlibat dengan orang kaya. Siapa yang tahu ternyata niat mereka menikahkan dia tidak tulus.
Ganra menyetir tanpa bicara sepatah kata pun. Zua juga tidak ada yang ingin dia katakan. Ia masih kesal pada laki-laki yang seenaknya bawa-bawa dia ke kantor bahkan meninggalkannya sendirian di dalam ruang kerja lelaki itu yang amat sangat membosankan. Alhasil, sampai di rumah keduanya terus diam.
"Keluar." usir Ganra. Zua mencebik. Ia pun keluar dari mobil dan membanting pintu mobil pria itu kuat-kuat saking kesalnya.
Ganra sampai kaget. Pria itu melongo. Ini pertama kalinya ada perempuan yang berani bersikap kasar padanya.
Perempuan aneh. Kalau bukan karena menghormati kakek, mana mungkin aku mau menikahinya.
Batinnya. Laki-laki itu pun memasukan mobilnya ke garasi lalu turun dari kendaraan mewah tersebut dan masuk ke rumahnya.
"Ma, kak Ganra kok sama perempuan itu? Mereka habis darimana?" Narin bertanya pada mamanya yang tengah menyirami bunga-bunga di kebun kecil samping rumah.
"Mana mama tahu."
"Hah, pasti tuh cewek mau godain kak Ganra. Di depan semua orang bilangnya nggak mau nerima perjodohan, tapi dalam hatinya senang banget. Aku yakin tuh cewek pasti cuma pengen harta kak Ganra doang." Narin jelas tidak senang. Karena menurutnya kakak sepupunya itu pantas mendapatkan wanita dari keluarga terpandang. Setidaknya bukan gadis sederhana yang sudah yatim piatu seperti perempuan itu.
"Narin, jaga mulut kamu. Dia akan jadi bagian dari keluarga kita. Kakek kamu sendiri yang pilih. Kalau kakek kamu dengar, nanti kamu di hukum." tegur Narin.
"Memangnya mama setuju cewek kampung itu jadi bagian dari keluarga kita?"
"Selama dia baik, kenapa nggak?"
"Mama nggak kasian sama kak Ganra apa? Dia itu keponakan mama loh."
"Udah, jangan terlalu banyak mikir. Ayo bantu mama aja siramin bunga-bunga ini." Narin terpaksa menurut pada mamanya. Ia bekerja sambil bersungut-sungut. Pokoknya dia tidak senang dengan kehadiran gadis yang sebentar lagi akan bertunangan dengan kakak sepupu kesayangannya. Lebih-lebih karena bukan hanya dia lagi satu-satunya yang di panggil nona di rumah ini.
Gadis itu memang sangat beruntung dijodohkan dengan kak Ganra, tapi jangan harap mendapatkan cinta dari sepupunya itu. Narin tahu kakak sepupunya itu hanya tertarik dengan pekerjaan. Narin tersenyum sinis.
"Dia pasti akan dibuat tidak betah di rumah ini sama kak Ganra, perempuan kampung." ucap Narin pelan.
jangan sok jadi yang tersakiti..