Indah, seorang gadis dari kampung yang merantau ke kota demi bisa merubah perekonomian keluarganya.
Dikota, Indah bertemu dengan seorang pemuda tampan. Keduanya saling jatuh cinta, dan mereka pun berpacaran.
Hubungan yang semula sehat, berubah petaka, saat bisikan setan datang menggoda. Keduanya melakukan sesuatu yang seharusnya hanya boleh di lakukan oleh pasangan halal.
Naasnya, ketika apa yang mereka lakukan membuahkan benih yang tumbuh subur, sang kekasih hati justru ingkar dari tanggung-jawab.
Apa alasan pemuda tersebut?
Lalu bagaimana kehidupan Indah selanjutnya?
Akankah pelangi datang memberi warna dalam kehidupan indah yang kini gelap?
Ikuti kisahnya dalam
Ditolak Camer, Dinikahi MAJIKAN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
Keheningan menyelimuti hati Jerry. Tatapan pria itu terpaku pada wanita cantik yang kini berada di samping Tuan Rama. Awalnya Jerry tak begitu mengenalnya. Karena gadis yang dulu dia kenal dengan wajah polos kini telah berubah wujud. Begitu cantik dan anggun, berbalut gaun indah dan make up tipis yang menghias wajahnya. Sungguh berbanding terbalik dengan penampilan Indah yang dulu.
Jerry benar-benar tak percaya, pada akhirnya dia bisa melihat lagi wajah ayu itu. Tapi sayang. Mereka dipertemukan dengan kondisi yang berbeda. Indah adalah pengantin tuan Rama, sedang dia sendiri, kini telah berstatus sebagai suami dari Nona Mia. Penyesalan terpancar dari sorot matanya. Andai waktu bisa diulang.
Mia, yang tampak anggun di sisi Jerry, mengerutkan kening bingung. Ia merasakan ada sesuatu yang aneh dengan sikap suami dan ayah mertuanya.
Tuan Handoko merasakan ketegangan yang luar biasa. Tangannya mengepal tanpa sadar. Hatinya diliputi ketakutan. Bagaimana jika Indah mengungkapkan semua yang terjadi di masa lalu pada Tuan Rama. Dengan tubuh yang terasa panas dingin, akhirnya dia maju untuk memberikan ucapan selamat. Berharap apa yang ada dalam bayangannya tidak terjadi.
“Selamat atas pernikahan Anda, Tuan Muda Wijaya dan Nona. Semoga Anda dikaruniai kebahagiaan dalam berumah tangga !”ucap Tuan Handoko akhirnya, suaranya terdengar sedikit kaku, dengan senyum yang terasa dipaksakan.
Rama membalas dengan senyum ramah, “Terima kasih, Tuan Handoko. Silakan nikmati pestanya.”
Hanya Rama yang menerima uluran tangan sedangkan Indah bersikap seolah memandang dengan rasa jijik ke arah tangan itu .
Sungguh tuan Handoko seolah sudah hilang muka dibuatnya. Wajahnya memerah menahan marah. Jika saja ini bukan di hadapan Tuan Rama, pasti seluruh penghuni kebun binatang sudah keluar dari mulutnya. Tapi sayang dia tak kuasa melakukan nya sekarang. Bahkan meskipun ketika suatu saat nanti bertemu dengan Indah tanpa Tuan Rama sekalipun. Dia tak seberani itu untuk menyinggung orang yang berada dalam Lindungan Tuan Rama .
Jerry masih terdiam, matanya masih tertuju pada Indah. Perubahan pada wanita itu membuat rindu yang tertahan sekian lama kembali mencuat.
Mia, semakin penasaran, mencoba menarik lengan Jerry, “Sayang, ayo kita berikan ucapan selamat.”
Jerry tersentak, seakan baru tersadar dari lamunannya. “Ah, iya,” jawabnya singkat, menggandeng tangan Mia menuju singgasana pengantin. Jerry dengan ragu-ragu, mengulurkan tangannya. Matanya tak lepas dari wajah Indah. Gadis itu semakin cantik.
“Selamat atas pernikahan Anda, Tuan Rama dan Nona.” ucapnya.
“Terima kasih, Tuan Muda Jerry,” ucap Rama, suaranya ramah namun tegas. Ia menerima jabat tangan dengan singkat dan penuh arti. “Silakan nikmati pestanya.”
Lagi-lagi Indah hanya terdiam. Ia menatap tangan Jerry yang terulur. Ia justru mengalihkan pandangannya ke wajah Rama yang menatapnya dengan penuh pengertian. Kebencian dan ketakutan menghantuinya. Ia tak ingin menerima uluran tangan Jerry.
Jerry menarik kembali tangannya yang menggantung tak bersambut. Sungguh, dia sedih dan kecewa atas sikap Indah yang seolah tak mengenalnya.
Sepanjang acara, Jerry sesekali melirik ke arah Indah. Ada dilema di matanya, seakan ingin mendekat namun ragu, dan juga takut. Ada banyak hal yang ingin dia ungkapkan, tapi tak memiliki keberanian. Apalagi setiap matanya tak sengaja menatap perut indah. Perut wanita itu terlihat membuncit. Dan itu sangat mengusik hatinya. Apakah itu anaknya?
Indah merasa tak nyaman, tapi mencoba untuk mengabaikannya, ia fokus pada para tamu lain, tersenyum dengan dagu terangkat. Menunjukkan kapasitas yang kini menempel padanya, seperti yang dikatakan Rama beberapa saat sebelu pesta. Dia tak akan menundukan wajah lagi.
*
Sementara itu
Di salah satu sudut ruangan, tersembunyi di balik tirai beludru yang tebal, Selena mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih. Gaun seksi berwarna merah menyala yang dikenakannya seakan tak mampu meredam gejolak amarah yang membakar jiwanya.
Awalnya dia masih tidak percaya sepenuhnya dengan berita yang disampaikan oleh Ana. Akan tetapi kini dari balik tirai, ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, pemandangan yang menghancurkan hatinya.
Di atas pelaminan yang dihiasi bunga-bunga berwana-warni, Rama, pria yang pernah menjadi seluruh dunianya, tersenyum mesra kepada Indah. Wanita itu yang kemarin dia bilang udik dan kampungan, kini telah berubah menjadi cantik, memukau, dengan gaun pengantin yang berkilauan.
Senyum yang merekah di wajah Indah, tak ubahnya bensin yang menyiram bara api di hatinya.
"Ternyata benar," gumam Selena, suaranya nyaris tak terdengar di antara ramainya pesta. Rahangnya mengeras hingga gigi-giginya saling beradu, mencoba menahan kemarahan yang hampir meledak. "Pernikahan yang dia katakan waktu itu hanya palsu belaka. Dia memang hanya ingin membuatku mundur.”
Sebuah tawa getir lolos dari bibirnya. Pengkhianatan yang telah secara sengaja dia lakukan. Kini, semua itu menjadi sesal tak terperi.
Selena meneguk habis minuman yang ada dalam gelasnya, kemudian menegakkan tubuhnya. Ia harus segera pergi dari tempat itu. Ia tidak ingin Rama melihat kedatangannya. Akan sangat berbahaya baginya jika Rama melihatnya. Apalagi dia datang menggunakan undangan yang dia dapatkan secara curang.
"Aku tidak akan menyerah begitu saja. Aku akan merebutmu kembali," bisik Selena, "Kamu akan kembali padaku. Tunggu saja!”
***
Acara resepsi telah selesai, tamu-tamu pun sudah meninggalkan tempat pesta. Rama dan Indah pamit untuk beristirahat. Di kamar pengantin, pertahanan Indah akhirnya runtuh. Tubuhnya terduduk di tepi ranjang mewah. Air mata yang ditahan sejak tadi akhirnya tumpah.
“Hei, ada apa?” Rama yang baru saja hendak melepas jas, menghampirinya.
“Aku takut, Mas,” ucap Indah, serta merta wanita itu memeluk Rama erat.
Rama mengelus rambut Indah lembut, "Ada Aku di sini untukmu. Apa yang membuatmu takut?"
“Dia,,, mereka melihatku. Aku takut takut suatu saat dia akan merebut anakku.” Indah semakin membenamkan wajahnya di dada bidang pria yang kini telah sah menjadi suaminya.
Rama mendekap Indah lebih erat, “Dia tidak akan berani. Apa kau pikir suamimu ini akan membiarkannya begitu saja? Itu tidak akan pernah terjadi.”
Indah mengusap airmatanya, mengangguk dalam pelukan suaminya, Ia akan mempercayakan segalanya pada suaminya. Ia juga akan mencintai suaminya dengan tulus.
***
Di kamar lain dari hotel itu, di mana keluarga Indah berada.
“Kenapa kamu masih belum tidur, Nduk?” Bu Narsih menepuk pundak Resti, lalu duduk di samping gadis itu. Heran melihat putrinya yang masih juga duduk terpekur di atas ranjang mewah kamar mereka. Seperti sedang ada yang dipikirkan. Tapi apa? Hape ditangannya bahkan dibiarkan diam tanpa di otak-atik. Itu sungguh di luar kebiasaan.
Pak Wawan memang minta mereka ditempatkan dalam satu kamar saja, dan Rama pun menempatkan mereka di kamar yang memiliki dua tempat tidur.
“Gak papa kok, Bu. Cuma belum ngantuk aja,” jawab gadis itu. “Ibu kalau ngantuk tidur aja dulu. Nanti aku nyusul!”
“Ya sudah, tapi jangan terlalu larut. Malu kalau besok bangun kesiangan. Ini bukan di rumah kita sendiri. Jadi, Kamu harus bisa merubah kebiasaanmu!” tutur Bu Narsih.
"Iya, Bu. Iya. Aku mengerti."
Setelah mendengar jawaban Resti, Bu Narsih segera berbaring di sebelah gadis itu, lalu menarik selimut hingga sebatas dada. Dilihatnya sang suami yang berada di ranjang yang bersebelahan dengan mereka telah terbuai ke alam mimpi. Bu Narsih tahu, suaminya pasti sangat lelah.
Resti melirik ke arah ibunya dan mendengus kesal. Sekejap kemudian, Resti mendengar dengkuran halus dari sebelahnya. Dilihatnya ibunya telah tertidur pulas. Menghela nafas berat. Entah apa yang sebenarnya mengganggu pikirannya. Tapi gadis itu seolah sedang menyimpan beban yang berat.
“Beruntung sekali sih, Kak Indah. Kerja di rumah orang kaya malah dijadikan istri,”
keselek biji kedondong gak tuh/Smug//Smug/
In Syaa Allaah segala urusannya di lancarkan Moms.. sehat wal'afiat terus ttp semangat.. Love you bbyk² buat Momsay sekeluarga.. 😘😘😘💪🏻💪🏻💪🏻🥰🥰🥰