Seorang gadis yang terpaksa menikah dengan ayah dari sahabatnya sendiri karena sebuah kesalahpahaman. Apakah dirinya dapat menjalani kehidupannya seperti biasanya atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lulus
Seorang gadis, baru saja tiba di Warung bakso Mang Asep. Ia langsung memesan bakso karena sejak tadi cacing yang ada di dalam perutnya terus-terusan berdemo meminta haknya. Di sana, Ia bersama sahabat baiknya.
"Mang, pesen bakso kaya biasanya, tuto-tuto ya! Minumnya es teh sama es jeruk!" Seru gadis itu pada Mang Asep.
"Hah, apaan tuh tuto-tuto, Neng? Mamang gak paham." Mang Asep garuk-garuk kepala karena tidak mengerti bahasa gadis itu.
"Hihihi, maksudnya dua, Mang." Sahutnya dengan terkekeh pelan.
"Wallah, habisnya Neng bilangnya pakai bahasa gaul. Ya Mamang gak paham toh. Oke siap atuh, Neng. Silahkan cari tempat duduk dan menunggu ya! Pesanan kalian akan segara Mamang antar." Sahut Mang Asep.
Gadis itu mengangguk.
"Wah, warungnya rame banget nih." Matanya berkeliling dan menangkap bangku yang masih kosong.
"Nah, di pojokan masih kosong, ayo kita kesana." Gadis itu mengajak sahabatnya melangkah menuju bangku yang ada di pojok ruangan.
Mereka duduk di pojok belakang. Sambil menunggu pesanan datang, keduanya kembali mengobrol. Saking asiknya obrolan mereka sampai cekikikan, banyak pasang mata yang tengah menatap mereka, namun sama sekali tak mereka hiraukan.
Tak lama pesanan mereka berdua pun datang.
"Mangga atuh Neng." Mang Asep meletakkan satu persatu mangkok bakso dan minuman di atas meja.
"Mamang perhatikan kalian ini terlihat senang sekali. Mang Asep jadi ketularan ketawa ketiwi loh, padahal mah gak tau apa yang sedang kalian berdua bicarakan." Seru Mang Asep yang tengah kepo. Mang Asep penasaran dengan apa yang tengah mereka bahas.
"Oh ini Mang, kita lagi bicarain masalah kelulusan kita. Alhamdulillah kita lulus dengan nilai terbaik, Mang." Sahutnya.
"Wallah, Alhamdulillah ya Neng. Selamat untuk kalian berdua. Tadinya Mamang kira kalian baru aja dapet kupon undian berhadiah." Mang Asep terkekeh pelan.
"Tapi, walaupun udah lulus, nanti kalian harus tetap sering-sering mampir ke sini ya, Neng! Kan Neng berdua ini pada pelanggan setia Mamang." Imbuh Mang Asep.
"Ashiap atuh Mang. Tenang aja. Lagian bakso Mamang ini paling top markotop gak ada lawan alias tandingannya. Lidahnya udah paten disini, Mang." Sahut gadis itu sambil mengacungkan kedua jempolnya.
"Ah Neng bisaan. Ya udah, Mamang tinggal ya Neng, mangga dinikmati."
"Maacih ya, Mang." Sahut gadis itu dengan gayanya yang sedikit di manis-maniskan.
Selepas Mang Asep balik ke depan, mereka berdua langsung melahap bakso yang terlihat melambai-lambai menggoda iman.
"Jangan pakai sambel banyak-banyak, Zaazaa. Mules kamu nanti." Sang sahabat mengingatkan gadis itu agar tidak memakai sambal berlebihan.
Ya, gadis itu bernama Zaazaa. 𝗔zalea Admadja anak pertama dari Leo Admadja dan Wulan 𝗥𝗮𝗵𝗮𝗿𝗱𝗷𝗼. Zaazaa memiliki adik laki-laki bernama Riko Admadja.
"Ini level biasa kali, Dina. Gak pedes-pedes amat kok. Tenang aja."
Mendengar jawaban Azalea, Dina mengedikkan kedua bahunya.
Keduanya menikmati makanan mereka dengan sesekali mengobrol. Suara dentingan sendok dan garpu terdengar mendominasi.
Mereka berdua ini pelanggan setianya Mang Asep. Apalagi bakso adalah makanan kesukaan Azalea.
Ah mungkin bukan hanya Azalea tapi, makanan sejuta umat gak sih? Iyain aja kali ya? Siapa coba yang gak suka sama Bakso? Hayo coba komen siapa yang gak suka sama bakso.
Selesainya makan, mereka merasa lega karena rasa lapar yang sejak tadi tengah melanda akhirnya terbayar lunas.
Mereka berdua tidak langsung pulang, mereka menunggu makanan yang baru saja mereka lahap tadi turun ke perut dahulu dengan sesekali menyeruput minumannya.
"Hah, akhirnya ya Zaa." Ujar Dina setelah meneguk minumannya.
"Sama, Din. Cacing dalam perutku sekarang udah pada anteng." Sahut Azalea sambil mengelus perutnya yang terasa kenyang.
"Hihh, bukan itu yang aku maksud Zaa. Akhirnya kita lulus gitu maksudnya, Zaa. Tapi, kamu juga gak salah sih, Zaa. Kamu bener juga, akhirnya kenyang juga ini perut." Jawab Dina diakhiri dengan kekehan.
Pletak!
Azalea menyentil dahi Dina, membuat Dina mengaduh dan mengusap-usap dahinya.
"Lah kok malah nyentil dahiku sih, Zaa? Kan sakit."
"Salah siapa? Makanya kalau ngomong itu yang bener, jangan mengambang gak jelas. Lagian mana aku tau kalau itu bukan maksud kamu."
Dina terkekeh. "Ya maap deh."
"Maap maap. Makan tuh maap."
"Sorry, udah kenyang makan bakso, ngapain makan maap?"
"Oh iya. Kali mau nambah."
Bukannya kesal dan marah, keduanya malah terkekeh.
"Perasaan baru kemarin kita daftar sebagai murid baru. Eh udah lulus aja. Singkat banget gak sih? Kaya mimpi aja gitu." Azalea merasa masa abu-abunya begitu cepat berlalu.
"Bener, Zaa. Aku juga merasa begitu."
Azalea tidak menyangka 3 tahun terlewati dengan begitu cepat.
"Oh iya, kamu beneran mau lanjut di Kampus AX?"
"Kamu sendiri gimana? Aku sih cita-cita pengen lanjut ke Negara Kincir Angin. Tapi, kamu tau sendiri kalau aku gak bisa jauh-jauh dari Bunda. Setelah aku pikir-pikir, Kampus AX adalah pilihan terbaik. Apalagi udah dapet beasiswa begini, masak mau disia-siain sih, Din. Kan sayang."
Karena Azalea mendapatkan nilai terbaik. Ia langsung mendapat beasiswa dari Kampus AX. Apalagi Azalea juga sering mendapat prestasi, membuat Kampus AX tertarik padanya.
Azalea sama sekali tidak malu karena mendapat beasiswa, justru Ia sangat bangga dengan pencapaiannya.
Azalea bukan berasal dari keluarga yang tidak mampu, bahkan sangat mampu. Leo mempunyai perusahaan dibidang properti, LA Group. Sedang Wulan memiliki restoran dan sudah memiliki cabang di beberapa wilayah. Kalian bisa bayangin kan gimana kayanya mereka? Kekayaan mereka gak akan habis 7 turunan.
Azalea sendiri juga memiliki sebuah restoran yang sudah berdiri selama 2 tahun ini. Dan semua itu karena Ia mengikuti jejak Wulan. Azalea termasuk anak yang mandiri dan gigih. Azales tak mau begitu merepotkan kedua orang tuanya. Sehingga uang sakunya selama ini Ia tabung dan tabungan tersebut Ia gunakan untuk mendirikan restorannya. Kedua orang tuanya juga selalu mendukung Azalea selagi itu positif. Meskipun Azalea masih terbilang muda dengan usianya yang masih 17 tahun tapi, tidak membuatnya merasa terpaksa maupun tertekan. Restoran Azalea tak kalah terkenal dari restoran Wulan. Pengunjung di sana selalu ramai. Tapi semua itu tidak membuat Azalea menjadi pribadi yang sombong.
"Kalau gitu aku juga ikutan deh."
"Hmm, dasar curut. Suka banget ngintilin aku."
"Enak aja aku disamain sama curut. Gak ada yang lebih bagus apa?"
"Enggak, itu aja udah bagus banget. Wleeee."
Dina memanyunkan bibirnya. Dan hal itu membuat Azalea tertawa terbahak-bahak.
"Terus aja ketawa. Puas-puasin."
Bukannya diam, Azalea semakin terbahak. "Habisnya muka kamu tuh ngenes gitu. Mana bibirmu manyunnya 3 meter. Siapa coba yang gak ketawa?"
"Yee aku manyun kan karna kamu nyamain aku sama curut. Pokoknya besok aku ikut sama kamu. Sahabatku kan cuma kamu. Aku gak mau pisah sama kamu. Bahkan kalau bisa kita seperti sandal jepit yang kemana-mana selalu berdua."
"Atutu sayang. Melas amat sih! Jadi gemes deh." Azalea mencubit pipi Dina karena gemas.
"Ih Zaa, apaan sih?" Ucap Dina kesal.
Azalea kembali terkekeh. Menurutnya sahabatnya ini lucu dan menggemaskan.
"Oh iya, Zaa. Ngomong-ngomong masalah liburan, besok kamu mau liburan kemana? Atau kamu mau fokus ngurus restoran kamu?"
Liburan ya?
Azalea nampak berpikir. Dia sama sekali belum memikirkan hal ini.
Azalea menggeleng. "Aku belum memikirkannya. Kalau urusan restoran, aku udah mempercayakan semuanya sama Pak Reno. Kamu sendiri mau liburan kemana?"
Dina nampak mengangguk. "Kalau aku rencananya mau ke Kampung. Papa kemarin mengajakku ke sana sekalian mau jenguk Nenek."
"Kamu hanya berdua sama papa kamu?"
Dina mengangguk. "Mau sama siapa lagi? Kan aku hanya punya papa. Pengennya nyari mama tapi, papa kaya gak punya minat."
"Ya kali papamu masih pengen sendiri, Din. Siapa tau nanti di Kampung, papamu mendapatkan jodoh. Ya gak?"
Dina menghela nafas. Ia sendiri tidak yakin akan hal itu. Ia melirik Azalea, tiba-tiba mempunyai sebuah pikiran, sudut bibirnya melengkung tipis.
"Zaa. Gimana kalau kamu ikut aku aja? Biar aku juga ada temennya. Pasti seru kalau kamu ikut."
Sepertinya tawaran yang bagus.
"Boleh, Din. Nanti aku coba tanya sama papa mama dulu ya. Semoga aja nanti boleh."
'𝘒𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘭𝘪𝘣𝘶𝘳𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘳𝘦𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘩𝘢𝘣𝘢𝘵! 𝘗𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘳𝘶. 𝘋𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘯?' Pikirnya.
"Pasti boleh, aku berani jamin deh. Lagian kamu kan perginya sama aku, pastinya Om Leo sama Tante Wulan langsung mengijinkannya."
Azalea mengangguk setuju, karena biasanya juga begitu.
Hooammm!
Tiba-tiba Azalea menguap. "Ya udah yuk, kita pulang sekarang. Mulai ngantuk nih."
Benar-benar tak melihat situasi dan kondisi. Kebiasaan Azalea kalau kenyang pasti mengantuk. Cantik sih cantik tapi yah mungkin memang begitu kali yah kebiasaan jelek dia. Asal gak pelor aja mungkin masih terkondisikan.
"Huu dasar. Gak cuma sangklek, ngebonya juga kumat." Umpat Dina yang memang sudah hapal dengan kebiasaan sahabatnya itu.
Pletak!
"Aduh, Zaa. Kamu itu kenapa suka banget sih KRDT sama aku? Lama-lama aku laporin kamu ke bapak penghulu."
Azalea menaikkan alisnya sebelah. "Apa hubungannya? Lagian siapa yang KDRT? KDP tuh baru bener."
"Hah, apa tuh KDP?"
"Dasar kepo."
"Ihhh Zaa. Awas loh ya, aku sumpahin kamu nikah sama duda." Sambung Dina.
"Do'amu jelek banget sih, Din. Tapi, bodoamat lah, lagian aku belum mau mikir soal laki-laki atau pasangan. Ah udah gak usah dibahas, kamu kan juga tau sendiri aku orangnya kaya apa dan gimana. Lagian, kamu juga masih jomblo. Ih jomblo kok nyumpahin jomblo."
Azalea terkekeh karena hal itu.
"Yee, awas lo ya jangan nangis kalau do'aku dikabulin."
Azalea memutar bola matanya malas, Ia tak menghiraukan Dina. Ia beranjak dari tempat duduknya diikuti oleh Dina.
"Mang, kita berdua udah nih makannya, kita mau bayar, ini uangnya." Azalea menyerahkan beberapa lembar uang kertas pada Mang Asep.
"Udah, Neng? Cepet amat sih, Neng? Ingat ya Neng, jangan lupa mampir kesini walau kalian udah lulus." Ucap Mang Asep pada mereka berdua.
"Siap Mang" Sahut Dina singkat.
Mereka berdua pun menuju ke parkiran. Azalea dan Dina pulang dengan berboncengan. Tujuan Azalea adalah mengantar Dina pulang. Setelah mengantar Dina baru Ia akan pulang ke rumah.
Hai, semua. Selamat membaca novel pertama saya. Semoga kalian suka. Jika ada kesalahan tulisan maupun yang lain tolong dimaafkan. Terima kasih.