Di paksa ikut ke salah satu club malam, Amara tidak tahu jika ia di jadikan barang taruhan oleh kakak tirinya di atas meja judi. Betapa hancurnya hati Amara karena gadis berusia dua puluh tiga tahun harus ikut bersama Sean, seorang mafia yang sudah memiliki istri.
Amara di jadikan istri kedua oleh Sean tanpa sepengetahuan Alena, istri pertama Sean. Tentu saja hal ini membuat Alena tidak terima bahkan wanita ini akan menyiksa Amara di saat Sean pergi.
Seiring berjalannya waktu, Sean lebih mencintai Amara dari pada Alena. Hingga suatu hari, ada rahasia yang terbongkar hingga membuat Sean menceraikan Alena dan membuat Amara menjadi istri satu-satunya kesayangan Sean.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27
Pukul tiga sore Amara baru saja bangun tapi, tidak dengan Sean yang sudah bangun dari pukul sebelas siang. Amara mencari suaminya tapi, Sean tidak ada di mansion.
Yang di cari saat ini sedang berada di markas untuk melihat berapa mayat musuh dan juga musuh yang tertangkap masih hidup. Seperti biasa jika ada mayat pasti akan di jadikan makanan buaya milik Sean. Sedangkan yang masih hidup akan di introgasi kemudian di siksa.
"Mereka mengincar Amara," ucap Leon memberitahu Sean. "Kau pergi tanpa di kawal anak buah membuat mereka yakin bisa membunuh mu."
"Kenapa mereka mengincar Amara?"
Sean mengerutkan keningnya berpikir.
"Kalau soal Amara kau pasti tahu jawabannya. Kalau masalah teratai hitam mereka ingin balas dendam. Perkara obat-obatan, mereka rugi banyak."
"Kau urus mereka, aku harus pulang sekarang." Titah Sean.
"Sekarang kau jenis suami yang takut istri," singgung Leon.
"Amara jauh berbeda dengan Alena. Dia istri yang normal seperti istri pada umumnya," ucap Sean kemudian tertawa.
"Jadi, selama ini Alena tidak normal begitu?"
"Menurut mu?" Sean bertanya balik kemudian pergi.
Dengan santainya Sean mengendarai motor kesayangannya menembus hutan pinus yang berada di samping mansion.
Tiba-tiba, Sean menghentikan laju motornya saat melihat Amara yang berada di hutan.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Sean seraya menggelengkan kepalanya.
"Mencari suami ku, kalau gak salah sedang mencari kayu bakar di hutan." Jawab Amara sembarangan.
"Kau ini perempuan tapi, seperti tidak ada lelahnya. Ayo naik...!" Titah Sean.
Amara langsung naik ke atas motor.
"Masih sore, kenapa tidak mengajak ku jalan-jalan di sekitar kawasan mu ini?"
"Apa kau tidak lelah?"
"Lelah tapi, setelah bersama ku lelahku mendadak hilang." Jawab Amara seketika membuat hati Sean mekar selebar bunga sepatu..
Tidak pulang, Sean menuruti kemauan istrinya untuk pergi jalan-jalan sebentar. Naik motor berdua bersama seorang wanita, seumur hidup baru sekarang Sean lakukan.
"Masa iya sih kawasan ini milik mu semua?" Tanya Amara tidak percaya. "Gimana cara membuatnya?"
"Pohon ini sudah ada dari Zaman kakek buyut ku. Setiap pewaris harus wajib mengurus tempat ini bahkan pemerintah sendiri tidak bisa menyentuhnya." Jelas Sean memberitahu istrinya.
"Nenek moyang mu mafia semua ternyata!" Ucap Amara. "Kenapa nenek moyang mu bukan pelaut saja?" Imbuhnya membuat Sean tertawa.
"Seharusnya kau berada di atas panggung untuk menghibur penonton dengan kelucuan mu." Ucap Sean yang merasa lucu.
"Hidup itu jangan selalu di respon serius. Ada kalanya kita harus bercanda biar awet muda." Sahut Amara.
"Sudah mulai gelap, kita pulang sekarang ya." Ajak Sean.
Sean memutar motornya, menuju jalan mansion. Sesampai di mansion, Sean bergegas mandi begitu juga dengan Amara setelah itu mereka turun untuk makan malam berdua.
"Kamar utama sudah selesai, malam ini kita akan tidur di sana." Ujar Sean memberitahu.
"Aku sudah nyaman di kamar atas. Kenapa harus pindah sana sini seperti kucing saja!"
"Kau ingin memelihara kucing?" Tawar Sean.
"Hem, dari pada aku tidak punya teman."
"Besok kita akan membeli kucing." Jawab Sean.
Makan malam selesai, Sean langsung membawa Amara pergi ke kamar utama meskipun harus sedikit memaksa.
"Bagaimana, bagus gak?" Tanya Sean. "Tempat tidurnya juga lebih besar dari pada di kamar mu."
"Hem, bebas dong mau melakukan gaya apa. Tidak akan jatuh seperti seminggu yang lalu." Sahut Amara membuat Sean langsung membuang pandangnya.
Malu, tentu saja malu karena pada malam saat mereka bercinta tanpa sengaja Sean jatuh terguling ke bawah karena saking liarnya.
"Barang-barang ku, sejak kapan mereka berjalan sampai ke kamar ini?" Tanya Amara terkejut karena sebelum ia turun makan malam semua barang-barang miliknya masih berada di kamar lantai tiga.
"Tidak usah banyak tanya, ada baiknya kau istirahat sekarang. Kau pasti masih lelah!"
Sean benar, tempat tidur di kamar utama jauh lebih empuk dan lembut. Amara mulai merasa nyaman bahkan tanpa sadar ia terlelap begitu saja.
Di lain tempat, Remon dan James sedang mengabsen anak buah mereka yang pulang tidak utuh.
"Sisa berapa?" Tanya Remon pada James.
"Sisa delapan puluh tujuh orang," jawab Remon.
"Sean bajingan, dia memang setan. Entah bagaimana dia melatih anak buahnya yang selalu menang?" Remon semakin dendam pada Sean.
"Kita hanya membawa anak buah sekitar seratus dua puluh orang sedangkan dia jauh lebih banyak. Sudah pasti kita kalah." Sahut James.
"Hanya untuk menangkap istrinya pun kita kewalahan," ucap Remon.
"Kenapa kau begitu bersikeras ingin menangkap istrinya?" Tanya James yang masih penasaran karena tujuan pria ini hanya untuk membalas dendam masalah obat beberapa waktu yang lalu.
"Jika kita bisa mendapatkan istri Sean, percayalah jika Sean akan menyerahkan diri secara sukarela. Jika kita ingin menghancurkan mereka, tangkap dulu induknya!"
"Ya, aku pernah dengar jika kekuatan seorang suami ada pada istrinya jadi, aku setuju pada mu!"
"James, kau harus mengajak geng lain untuk bekerjasama menghancurkan Sean. Selama Sean masih hidup, kita tidak akan tenang dalam menjalankan bisnis."
James membenarkan, mereka mulai mengatur rencana lagi untuk menyerang Sean. Seolah tak memikirkan nasib para anak buahnya yang tertangkap atau pun mati, mereka berdua sama sekali tidak peduli. Berbeda dengan Sean, sekali pun hanya seorang anak buah yang tidak pandai jika mati, Sean tetap akan memberikan sumbangan kepada keluarganya.
Di sisi lain, Sean yang saat ini gelisah tak bisa tidur merasa heran pada dirinya sendiri. Hanya dengan melihat wajah istrinya yang sedang tidur bisa membuat tongkat ajaibnya bergerak bangun meminta kehangatan.
"Hanya dengan Amara dia selalu bangun tanpa di minta. Saat dengan Alena, entah kenapa hasrat ku begitu mati?" Batin Sean.
Ingin membangunkan istrinya tapi, Amara terlihat nyenyak sekali. Tidak di bangunkan tapi, yang di dalam celana sejak tadi sudah mengeras.
Sean membuang nafasnya kasar mau tidak mau demi kesehatan batinnya pria ini membangunkan sang istri.
"Ada apa?" Tanya Amara dengan suara mengantuk.
"Anu, aku butuh kehangatan!" Ujar Sean.
"Ini selimut tebal sudah pasti hangat, kenapa harus membangunkan ku?"
"Maksudnya burung di bawah ingin masuk ke dalam sangkar!"
"Bicara yang jelas, jangan berbelit!"
"Aku ingin berhubungan badan!" Seru Sean dengan jelas.
"Kau seperti anak kecil, seharusnya jika kau sedang ingin langsung saja."
Sean tak menanggapi, pria ini langsung masuk ke dalam selimut hendak melepas celana istrinya tapi,...
"Kok ada darah?" tanya Sean heran.
"Oh, aku sedang datang bulan!" Jawab Amara dengan santainya.
Sean langsung berguling-guling menahan kesal di hatinya. Amara tidak peduli, ia kembali melanjutkan tidurnya dan membiarkan suaminya yang sedang stres di lantai.
Mafia somplak! 🤣🤣🤪🤪😅😅
baga bgt deh menurut aku
baca chat story aku judul nya takdir cinta emma sampai episode 3 aja sampai selesai
oke semngat kak