NovelToon NovelToon
Di Antara Sepasang Kembar

Di Antara Sepasang Kembar

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni
Popularitas:490
Nilai: 5
Nama Author: HniHndyni

Cinta, sebuah anugerah yang tak selalu mudah didapatkan. Apalagi ketika harus memilih di antara dua hati yang begitu dekat, dua jiwa yang begitu mirip. Kisah mengharukan tentang cinta, pengorbanan, dan pencarian jati diri di tengah pusaran emosi yang membingungkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HniHndyni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sakit

Kemudian, tiba-tiba saja Anya teringat sesuatu. Ia meletakkan cangkir cokelat yang masih setengah penuh, lalu meraih ponselnya. Wajahnya tampak serius.

"Migo," katanya, suaranya sedikit gemetar, "aku baru ingat sesuatu. Ada satu hal yang belum sempat kukatakan pada Kanaya sebelum ia pergi."

Migo mengerutkan dahi, khawatir. "Apa itu, Anya? Ceritakan padaku."

Anya menghela napas panjang, lalu menceritakan tentang sebuah kalung kecil yang selalu ia simpan, kalung yang merupakan pemberian dari nenek mereka. Kalung itu sangat berharga bagi Anya dan Kanaya, merupakan simbol ikatan persaudaraan mereka. Anya berniat memberikan kalung itu kepada Kanaya sebagai kenang-kenangan, tetapi ia lupa untuk memberikannya sebelum Kanaya berangkat.

"Aku… aku harus memberinya kalung itu," kata Anya, suaranya hampir tak terdengar karena isakan. "Aku harus mengirimkannya ke Kanaya."

Migo langsung mengerti. Ia meraih tangan Anya, menenangkannya. "Tenang, Anya. Kita akan mengirimkannya. Kita bisa mengirimkannya melalui pos kilat, sehingga Kanaya menerimanya secepatnya."

Anya mengangguk, sedikit lega. Ia mengambil kalung kecil itu dari dalam laci, kemudian bersama-sama dengan Migo, mereka mengemas kalung itu dengan hati-hati, menuliskan alamat Kanaya di amplop, dan membawanya ke kantor pos terdekat.

Di kantor pos, Anya merasa sedikit lebih tenang. Meskipun ia masih sedih karena ditinggal Kanaya, ia merasa sedikit lega karena telah melakukan sesuatu untuk Kanaya. Ia merasa telah melakukan yang terbaik untuk menjaga ikatan persaudaraan mereka.

Setelah mengirim kalung itu, Migo mengantar Anya pulang. Di perjalanan, suasana terasa lebih ringan. Meskipun kesedihan masih ada, tetapi ada secercah harapan yang mulai tumbuh di hati Anya. Harapan akan masa depan, harapan akan kekuatan untuk melewati masa-masa sulit ini. Dan di sampingnya, ada Migo, seorang teman yang selalu ada untuknya, seorang teman yang mungkin akan menjadi lebih dari sekadar teman. Waktu akan menjawab semuanya. Dan untuk saat ini,Anya hanya perlu fokus untuk tetap tegar, untuk dirinya dan untuk Kanaya.

"Aduh, Anya, kamu kenapa bersin-bersin terus? Kehujanan ya tadi di taman kampus?" tanya Migo, raut wajahnya dipenuhi kekhawatiran. Ia meraih tangan Anya, yang terasa dingin.

Anya menggeleng lemah, "Enggak kok, Mig. Aku cuma... agak nggak enak badan aja. Mungkin kecapean." Ia berusaha tersenyum, tapi terlihat dipaksakan. Bersinnya masih sesekali terdengar.

Migo mengerutkan kening. "Kecapean? Tapi kita cuma mengantarkan kalung itu ke kantor pos kok. Kamu yakin nggak papa?" Ia memperhatikan Anya lebih saksama. Wajah Anya memang terlihat pucat.

"Iya, beneran kok. Mungkin aku kurang tidur semalam," jawab Anya, mencoba meyakinkan Migo. Tapi di dalam hatinya, ia merasa ada yang tak beres. Bersinnya semakin sering dan terasa lebih kuat.

Migo masih terlihat khawatir. Ia menawarkan untuk membelikan Anya minuman hangat atau obat di warung terdekat. Anya menolak, merasa tak ingin merepotkan Migo lebih jauh. Mereka melanjutkan perjalanan pulang ke rumah Anya, langkah Anya tertatih-tatih. Migo terus berada di sampingnya, memberikan dukungan dan perhatian. Di tengah perjalanan, Anya kembali bersin, kali ini disertai batuk kecil. Migo semakin cemas, namun tetap berusaha menenangkan Anya. Sesampainya di rumah Anya, Migo membantu Anya masuk dan memastikan Anya beristirahat dengan nyaman.Ia berjanji akan menjenguk Anya besok.

"Mig... jangan pergi..." lirih Anya, suaranya hampir tak terdengar, tangannya masih menggenggam pergelangan tangan Migo dengan erat. Mata Anya setengah tertutup, wajahnya pucat pasi.

Migo tersentak. Ia menoleh, melihat Anya yang sedang mengigau dalam kondisi lemah. Hati Migo terasa sesak. Ia tak tega meninggalkan Anya sendirian dalam keadaan seperti ini. "Anya... kamu kenapa?" tanya Migo lembut, mencoba melepaskan tangannya dengan perlahan, tapi Anya malah menggenggamnya lebih kuat.

"Jangan... tinggalin aku..." bisik Anya lagi, matanya mulai berkaca-kaca. Air matanya mengalir perlahan di pipinya yang pucat.

Migo menghela napas panjang. Ia tahu ia tak bisa meninggalkan Anya begitu saja. "Gak papa, Anya. Aku nggak akan ninggalin kamu," kata Migo, suaranya terdengar penuh kelembutan dan kepedulian. Ia duduk di tepi tempat tidur Anya, menggenggam tangan Anya dengan lembut. "Istirahat ya, Anya. Aku di sini kok."

Anya sedikit tenang, namun tetap memejamkan mata erat-erat. Napasnya masih tersengal-sengal. Migo tetap duduk di sampingnya, sesekali mengusap lembut rambut Anya. Ia merasa bertanggung jawab untuk menjaga Anya sampai kondisinya membaik. Mungkin ia akan menelepon orang tua Anya atau meminta bantuan tetangga. Tapi untuk saat ini, ia akan tetap berada di sisi Anya, memberikan dukungan dan ketenangan.

1
Jiwa Samudera
Karyanya lumayan bagus
HniHndyni: THANKYOu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!